Berita  

Staf Perpus SMPN 6 Bekasi Kerap Mengirim Pesan Mesum ke Siswi, Memicu Demo Pelajar

staf-perpus-smpn-6-bekasi-kerap-mengirim-pesan-mesum-ke-siswi,-memicu-demo-pelajar

Dwi Prasetyo, staf perpustakaan SMP Negeri 6 Kota Bekasi, menjadi pemicu terjadinya unjuk rasa pelajar bersama alumni. Ia diduga sudah melecehkan siswi di SMP tersebut sejak 2013. Modusnya dengan mengirim foto porno dan pesan cabul ke WhatsApp siswa yang sudah ia target. Setidaknya sudah 11 siswa dan alumni mengaku jadi korban. 

Kasus ini terkuak setelah akun Instagram @menfesspondokgede mengunggah sekumpulan chat yang diyakini dikirim Dwi ke korbannya. Pada unggahan itu, terlihat pesan-pesan pelaku penuh nada seksual. Begitu kasus ini viral, sekolah langsung didemo alumni. Pada 1 Agustus 2022, alumni dan pelajar SMPN 6 Kota Bekasi berkumpul di depan gerbang alma maternya mendesak pihak sekolah mengusut tuntas dugaan pelecehan seksual ini.


Staf humas SMPN 6 Kota Bekasi, Alis Maryamah, membenarkan kabar ini. Alis menyebut pelaku juga pernah meminta korban video call sambil buka baju.

“[Bentuk pencabulannya] berupa chat, ada dikirim video porno, terus ada permintaan video call minta buka baju, seperti itu. Itu [keterangan] dari anak-anak. Saya baru menemukan seperti itu, ada juga yang dipegang tangannya, ada yang seperti dirangkul,” kata Alis dilansir dari Detik.

“[Jumlah korban ada belasan] lebih, kemarin saja tujuh [korban] dengan alumni, barusan empat [orang]. Mereka takut kan. [Saya bertanya] ’Kenapa kok enggak cerita sama Ibu?’ katanya takut karena orangnya ada di sini. Itu saja,” tambahnya.

Alis juga menyebut, sekolah sudah memanggil pelaku. Dwi membantah segala tuduhan itu. Alasannya ia cuma “sekadar chat” dan mengklaim siswa yang ia dekati juga “memberikan respons”. 

Alis mengatakan pihak sekolah tidak akan melindungi pelaku pelecehan seksual, namun kewenangan pemecatan Dwi ada di Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Alis mengaku pihak SMPN 6 sudah merekomendasikan agar pelaku dikeluarkan dari sekolah.

Pada Selasa (2/8), Kapolres Metro Bekasi Kombes Hengki menyatakan Dwi sudah ditangkap polisi, tapi statusnya belum tersangka. Kasubag Humas Polres Metro Bekasi Erna Ruswing mengatakan pihaknya masih terus mendalami kasus.

“Ini lagi ditindaklanjuti. Benar memang, tapi dicek dulu. Kita tahu dari media sosial. Belum tahu jumlah [korban] berapa-berapanya. Cuma [pelecehan diduga] dari 2013,” ujar Erna dilansir dari Tribunnews.

Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Bekasi yang kini mendampingi korban mengatakan ada korban yang trauma kareha pelecehan ini. “Ada trauma, salah satunya ketika mereka lewat ke ruang perpustakaan. Karena memang dia [terduga pelaku] salah satu staf perpustakaan, jadi memang mereka [korban] takut lewat perpustakaan,” kata Komisioner KPAD Kota Bekasi Novrian, dilansir Suara.

Kasus di SMPN 6 Bekasi ini melanjutkan tren terkuaknya kasus kekerasan seksual di institusi pendidikan belakangan. Akhir Juli lalu, Pendiri SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Julianto Eka Putra dituntut 15 tahun penjara. Ia didakwa melakukan kekerasan seksual, pemerkosaan, dan pencabulan terhadap siswanya sendiri. Setidaknya 15 siswa SMA SPI jadi korban.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat 207 anak telah menjadi korban kekerasan seksual sepanjang 2021, dengan rincian 126 perempuan dan 71 laki-laki. Mayoritas kasus terjadi di satuan pendidikan dengan fasilitas asrama dan pelaku terbanyak adalah para guru. Bukan tidak mungkin di tahun ini angkanya jadi lebih mengkhawatirkan.

Lewat penelusuran singkat saja, kami menemukan pemberitaan kasus kekerasan seksual di institusi pendidikan sepanjang 2022 telah terjadi di Kota Kediri, Kabupaten Asahan, Kabupaten Tangerang, Kota Semarang, Kota Malang, Kabupaten Subang, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bengkayang, Kota Bandar Lampung, dan Kabupaten Bandung.