Berita  

Mengenang Demam ‘Harlem Shake’, Tren Viral Satu Dekade Lalu Moyangnya TikTok

mengenang-demam-‘harlem-shake’,-tren-viral-satu-dekade-lalu-moyangnya-tiktok

Sekitar satu dekade lalu, jagat maya bisa dibilang belum segaduh sekarang. Sebagian besar dari kita masih belajar beradaptasi dengan perkembangan internet. Pada saat-saat inilah, kawula muda mulai keranjingan nge-subscribe kanal YouTube populer dan mengoleksi video kocak di Vine. Masa-masa ketika orang berselancar di internet sebatas untuk mencari hiburan, bukan hidup di dalamnya.

Netizen sedang kepo-keponya dengan Twitter dan Facebook setelah bosan mempercantik tampilan Friendster dan MySpace. Budaya internet yang kita kenal sekarang, seperti meme, tantangan joget dan video komedi singkat, baru mulai bermunculan sepanjang era 2000-an hingga awal 2010-an.


Salah satu pusat kegilaan dunia maya terletak pada fenomena “Harlem Shake”. Gerakan ikonik ini bukan cuma menjangkiti ABG, bahkan orang tua sekali pun tergelitik menggoyangkan pinggul di tengah keramaian. Begitu tempo musik berubah cepat, orang di sekeliling mendadak ikutan joget. Mereka yang pertama menari biasanya mengenakan kostum aneh.

Demam “Harlem Shake” menular di mana-mana, dari dalam rumah, ruang kelas, hingga markas militer. Gerakannya simpel dan mudah diikuti, sehingga tak mengherankan tarian konyol ini cepat mendunia.

10 tahun telah berlalu, tapi kenangan tersebut akan selalu membekas dalam ingatan. Meski lagu pengiring “Harlem Shake” sudah jarang sekali diputar, siapa saja pasti langsung teringat gerakannya jika mendengar “con los terroristas”. Namun, mungkin hanya segelintir yang tahu awal mula “Harlem Shake” bisa begitu populer.

Lagunya sendiri diciptakan oleh Harry Bauer Rodrigues, kini dikenal bernama Baauer, pada 2012. DJ amatir di Brooklyn, New York, menciptakan lagu yang kental bass dengan nge-sample “Miller Time” karya grup hip-hop Plastic Little. Penggalan lirik “con los terroristas” diambil dari lagu “Los Terroristas” ciptaan musisi Puerto Rico, Hector Delgado.

Baauer menyebarkan demo lagunya ke mana-mana dengan harapan menemukan label rekaman. Sayang sekali, upayanya tak membuahkan hasil. Lagu itu akhirnya dirilis cuma-cuma oleh label Mad Decent milik Diplo pada Mei 2012, dan baru menarik perhatian pendengar delapan bulan kemudian.

Video “Harlem Shake” pertama kali diunggah di kanal YouTube DizastaMusic pada 30 Januari 2013. Videonya mempertontonkan gerombolan orang berkostum aneh memaju-mundurkan badan dengan tangan terkepal. 11 hari kemudian, sekelompok remaja Australia menirukan gerakannya. Video mereka sontak viral dan menggemparkan seisi internet.

Menurut hasil pencarian Google Trends, totalnya ada 12.000 video “Harlem Shake” yang diunggah ke YouTube pada 11 Februari, hanya sehari setelah video dari Australia muncul. Angkanya bertambah lebih dari tiga kali lipat pada 14 Februari, yaitu 40.000 video dengan jumlah tayang 175 juta kali. Lagu “Harlem Shake” ikutan tenar dan merajai tangga lagu Billboard selama lima minggu berturut-turut. Berkat lagu itu, DJ yang tadinya tidak terkenal sama sekali, sukses meraih dobel platinum.

Kala itu, musisi amatiran macam Baauer bereksperimen dengan Soundcloud untuk memperkenalkan karya mereka ke dunia. Tapi menurut pengakuan Baauer dalam wawancara Pitchfork, dia tidak dapat untung apa-apa dari tren “Harlem Shake”. Dia justru terseret kasus pelanggaran hak cipta. Mad Decent akhirnya mengeluarkan sejumlah uang untuk menyudahi gugatan Plastic Little dan Delgado dua bulan kemudian.

Baauer juga dikritik karena menggunakan istilah “Harlem Shake” tanpa mengakui pencipta aslinya. Usut punya usut, gerakan itu diciptakan oleh warga Harlem bernama “Al B” untuk menirukan orang mabuk, lalu diikuti dalam sejumlah video klip era 80-an dan 90-an. Video klip lagu rapper P. Diddy menampilkan gerakan itu. Plastic Little bahkan menyebut Harlem Shake dalam lagunya, yang kemudian disampel oleh Baauer.

Baauer memulai sepak terjang sebagai DJ dan produser musik setelah namanya dikenal dunia. Sejauh ini, dia telah berkolaborasi dengan berbagai musisi papan atas, dari Tom Morello, The Prodigy, Missy Elliott, Kodak Black hingga Gorillaz. Album keduanya, bertajuk Planet’s Mad, masuk nominasi Grammy tahun lalu. Namun, tak ada satu pun karya barunya yang mampu menyaingi ketenaran “Harlem Shake”. Siapa sangka, keisengan Baauer meng-sample lagu musisi lain akan membawanya hingga ke panggung dunia.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Yunani.

Follow Antonis Konstantaras di Instagram.