Liputan 4.com – Tapin.
Kampung Bambu, salah satu tempat berwisata di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan yang menawarkan keindahan alam pegunungan meratus untuk dikunjungi.

Kampung Bambu berlokasi di Desa Tandilang, Kecamatan Batang Alai Timur, sejak dua tahun lalu dibuka untuk umum oleh penduduk setempat. Sampai sekarang, fasilitas ditempat rekreasi itu diantaranya sudah ada musala, aula serba guna, area perkemahan, pemancingan ikan, gazebo,  area foto unik beserta layanan lainnya misalnya kuliner dan lainnya.


Di atas tanah perbukitan seluas empat hektar lebih itu pengunjung bisa memandangi salah satu puncak gunung tertinggi di Kalsel yaitu gunung Halau Halau yang bersebelahan dengan gunung Periuk serta rentetan kart dan bukit yang membentang berwarna hijau.
“Awal awal dibuka, sebelum COVID-19 mewabah rata rata pengunjung antara 800 sampai 1.000 orang perbulan datang ke sini. Sekarang, setahun terakhir 300 sampai 500 perbulan. Tiket masuk Rp. 15.000 per orang,” ujar Rusiansyah, pemilik tempat wisata Kampung Bambu.

Wisata Kampung Bambu di Kalsel tawarkan keelokan pegunungan meratus
Wisatawan Kampung Bambu 

Dia mengatakan bahwa ke depan, wisata di atas bukit yang dikelolanya secara mandiri itu akan dibuatkan vila untuk penginapan para wisatawan yang berkunjung ke daerah Batang Alai Timur.

“Selain sebagai tempat rekreasi,  harapannya Kampung Bambu nantinya juga sebagai transit para wisatawan yang ingin mengeksplor wisata wisata lainnya di sini,” ujarnya.

Kampung Bambu awalnya adalah kebun karet dan sejak dua tahun lalu semua berubah ketika Rudiansyah menyadari potensi wisata di lahan miliknya itu.  “Karet tidak banyak menguntungkan, rencananya beberapa hektar kebun karet yang ada di bawah akan di terbang, lahan akan dikembangkan untuk menunjang tempat ini, ditanami pohon pohon besar dan lainnya yang menghasilkan,” ujarnya.

Menuju kampung Bambu, dihitung dari Banjarmasin ibu kota Kalsel menuju Barabai ibu kota HST berjarak sekitar 175 KM, setelah itu menuju Desa Tandilang, Kecamatan Batang Alai Timur sekitar 30 KM dengan jarak tempuh 1 jam perjalanan menggunakan motor.

Dalam perjalanan sekitar 1 KM sebelum sampai ke Kampung Bambu terlihat spanduk bertuliskan izin operasional produksi pertambangan batu andesit oleh CV. Anshari Jaya seluas 602 hektar yang beberapa waktu lalu sempat diprotes aktivis lingkungan karena takut aktivitas industri ekstraktif itu menghancurkan romantisme alam di wilayah setempat.

Selain itu tepat dihadapan Kampung Bambu, pemandangan yang menjadi daya tarik wisatawan misalnya wilayah Desa Batu Tangga sampai Desa Nateh terlihat dari aplikasi minerba one map Indonesia milik Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia  bertengger izin Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) milik PT. Mantimin Coal Mining seluas 5.908 hektar

Apabila dilihat dari peta Resort Pemangku Hutan (RPH) Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan, dicakupan izin PKP2B selain menelan pemukiman, sungai, kawasan kart, rentetan bukit juga menelan sebagian kawasan hutan lindung di Kecamatan Batang Alai Timur.

Kembali ke Rudiansyah, Dia mengharapkan ke depannya wisata yang menjadi tempat usahanya berserta para pekerja, bisa meningkatkan perekonomian sekaligus untuk warga sekitar tanpa merusak alam. (M.Arif).