Sementara banyak warga Ukraina melarikan diri ke luar negeri, para perantau berbondong-bondong menaiki kereta dan bus untuk mengusir pasukan Rusia dari negara mereka.
Ledakan yang menghantam sejumlah kota besar Ukraina menjadi buntut deklarasi perang yang disampaikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis pagi waktu setempat. Pasukan Rusia melancarkan serangan melalui darat, laut dan udara.
Alih-alih takut, situasi ini justru membakar semangat warga Ukraina di negara-negara tetangga untuk kembali ke tanah kelahiran mereka. Beberapa orang yang tinggal di Polandia berbicara kepada lembaga penyiar swasta TVN24, mereka sedang dalam perjalanan pulang. Menteri pertahanan telah mengajak semua orang yang memiliki paspor Ukraina untuk bergabung menjadi tentara.
Ivanka memberi tahu surat kabar Polandia Gazeta Wyborcza, dia sedang dalam perjalanan menuju Vinnytsia, Ukraina tengah, untuk menjemput orang tua dan dua putrinya, berusia 8 dan 10. Dia berencana memboyong mereka ke Polandia, lalu kembali ke Ukraina untuk membela negara.
“Suami saya, Igor, akan tetap tinggal di Polandia bersama anak-anak dan orang tuaku… Dia yang akan bekerja untuk menghidupi mereka,” tuturnya. “Sedangkan saya pulang ke Ukraina.”
“Kami ingin hidup normal, tapi masyarakat yang diciptakan Putin akan penuh kekerasan dan kematian,” lanjutnya dalam bahasa Polandia. Ivanka dan suaminya bermimpi membangun rumah di Vinnytsia. Mereka merantau ke Polandia hanya untuk mengais rezeki.
Dima, warga Ukraina 29 tahun yang bekerja di Polandia, sedang menunggu kereta saat diwawancarai awak media. Kepada Gazeta Wyborcza, dia menyebut bergegas mengepak barang begitu mendengar Rusia melancarkan serangan.
“Ukraina akan selalu menjadi Ukraina… Saya siap berperang membela negara,” katanya dalam bahasa Polandia.
Seorang pensiunan bernama Lyubov awalnya ingin menyelamatkan diri dari Kyiv karena ketakutan, tapi terjebak macet selama tujuh jam. Sekarang perempuan itu tinggal di rumah temannya di luar ibu kota. “Saya akan tetap tinggal di Ukraina dan saya yakin kami akan MENANG!” serunya. Lyubov “bangga” dengan orang-orang yang pulang ke Ukraina untuk bertempur.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta warga Ukraina yang siap berjuang untuk maju, dan telah mempersiapkan senjata bagi siapa saja yang bersedia. Tampaknya banyak yang memilih tinggal dan mengerahkan tenaga mereka untuk melawan Rusia.
Pavlo, pengurus lingkungan di Podil, memutuskan untuk tetap berada di Ukraina karena merasakan ikatan yang kuat dengan sesama warga.
“Mereka wargaku. Saya memiliki ikatan yang kuat dengan mereka, dengan tempat tinggalku,” ujarnya. “Contohnya, kami baru saja menyebarkan pesan di Signal supaya orang-orang mudah mendapatkan informasi tentang serangan terdekat, atau kehadiran orang mencurigakan di lingkungan mereka […] Informasi semacam ini membuat kami merasa lebih aman karena tahu kami tidak sendirian.”
Lelaki itu mengungkapkan ketertarikan untuk bergabung dengan pasukan cadangan bersama tiga temannya. Sahabat karib Pavlo bahkan siap pegang senjata. Pavlo sendiri merasa akan jauh lebih baik baginya untuk tetap tinggal di Ukraina karena orang tua dan kakek-neneknya juga ada di sana.
“Kami perlu membela negara,” tegasnya. “Siapa yang akan melakukan itu kalau semuanya pergi? Kalau tidak mungkin berjuang di garis depan, kita masih bisa membantu di belakang. Saya bisa mendonorkan darah, misalnya. Saya yakin saya masih bisa bantu-bantu di sini… Saya bertanggung jawab atas keselamatan rakyat.”
Zelenskyy telah mengerahkan 900.000 pasukan cadangan, banyak di antaranya kaum milenial dan Gen Z. Dalam laporan VICE News sebelumnya, mereka menceritakan apa yang akan mereka lakukan dalam menghadapi musuh yang lebih banyak sumber dayanya.
“Sudah hampir delapan tahun kami [hidup] dalam kondisi seperti ini,” terang seorang veteran dalam artikel VICE News sebelumnya, saat ditanyakan tentang prospek perang melawan Rusia pada pertengahan Januari. “Kami sudah siap.”
Melalui pesan Telegram, Kementerian Dalam Negeri Ukraina mengumumkan Kamis malam, semua warga laki-laki berusia 18 hingga 60 dilarang meninggalkan negara. Larangan tersebut akan tetap berlaku selama keadaan darurat militer berlangsung.
Pemberlakuan darurat militer, yang diumumkan setelah militer Rusia menginvasi Ukraina, berarti pasukan militer wajib memutuskan dan menegakkan hukum negara. Warga yang ketahuan melanggar darurat militer terancam menghadapi pengadilan militer.
Zelenskyy mengambil tindakan ini di tengah serangan rudal dan gempuran agresi militer Rusia. Sementara itu, larangan meninggalkan negara diberlakukan untuk “menjamin pertahanan Ukraina dan organisasi mobilisasi tepat waktu,” menurut layanan Penjaga Perbatasan Negara Ukraina (DPSA).
Follow Trone dan Anya di Twitter.