Kekerasan dan kerusuhan terus terjadi selama seminggu penuh di antara militan Israel dan Palestina, mendorong kedua negara ke ambang perang besar. Potensi pengusiran paksa empat keluarga Palestina di wilayah yang diduduki di Yerusalem Timur menjadi inti persoalan dari ketegangan yang terus meningkat.
Keluarga Iskafi, Al-Kurd, Al-Jauni dan Al-Qasim di Sheikh Jarrah cemas menunggu hasil putusan pengadilan yang tertunda dalam kasus yang pertama kali dipermasalahkan pemukim Yahudi, di mana mereka mengklaim lahannya secara historis dimiliki orang Yahudi.
Nasib keempat keluarga masih terombang-ambing, tak jelas apakah akan diusir dari tempat tinggal mereka atau tidak. Sementara tiga keluarga lainnya—Hammad, Dagani dan Daoudi—telah diperintahkan untuk mengosongkan rumah mereka pada awal Agustus 2021.
Mereka termasuk dari 750.000 orang yang menetap di Sheikh Jarrah mulai 1950-an, tepatnya setelah terusir selama perang Arab-Israel pada 1948. Rumah-rumahnya dibangun oleh Kerajaan Hasyimiyah Yordania dengan persetujuan Agensi Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
Situasi memanas sepanjang bulan suci Ramadan. Anggota kelompok sayap kanan Yahudi Lehava meneriakkan “Ganyang Arab” selama pawai di wilayah barat Yerusalem. Ketegangan memuncak akibat serangkaian video TikTok yang memperlihatkan warga Palestina menyerang orang Yahudi ortodoks, dan orang Israel menyerang orang Arab.
Kekerasan terjadi pada saat pemilu pertama Palestina dibatalkan karena Israel tidak memberi izin pemilihan di Yerusalem Timur, serta kekosongan politik Israel setelah pemilu keempat yang tidak pasti dalam dua tahun terakhir. Benjamin Netanyahu masih menjabat sebagai Perdana Menteri Israel di tengah skandal korupsi, tetapi pemimpin oposisi Yair Lapid saat ini ditugaskan untuk membentuk pemerintahan koalisi.
Pertempuran antara pasukan Israel dan anak muda Palestina juga terjadi di malam hari di sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa, situs tersuci ketiga bagi umat Islam dan situs paling suci dalam Yudaisme. Pekan lalu, polisi Israel menyerbu umat Muslim yang sedang iktikaf dan demonstran yang terjebak di dalamnya dengan granat setrum, gas air mata dan meriam air.
Mahkamah Agung dijadwalkan memutuskan penggusuran di Sheikh Jarrah pekan lalu, tapi sidang ditunda di menit-menit terakhir. Namun, kerusuhan keburu pecah dan kekerasan telah meluas ke wilayah lain. Serangan udara Israel di Jalur Gaza menewaskan 119 warga Palestina. Delapan orang Israel tewas dalam serangan roket yang diluncurkan militan Palestina.
Terlepas dari spekulasi yang intens, Israel belum putuskan serangan darat di Jalur Gaza, yang akan menandai serangan darat pertama sejak peperangan pada 2014.
Namun, kekerasan pekan ini memiliki beberapa aspek baru: serangan roket sukses melewati sistem pertahanan Kubah Besi Israel.
Perang dua front menjadi ketakutan terbesar Israel. Dengan perbatasan Lebanon yang bergolak dan pasukan Israel yang menyerang pengunjuk rasa di Tepi Barat dengan peluru tajam, kemerosotan di front mana pun akan menyebabkan eskalasi militer yang lebih serius.
Dan di luar semua itu, empat keluarga Palestina tak kunjung mendapat kepastian akankah mereka diusir bulan depan.