Berita  

Wajar Gak Sih Kalau Kita Sering Mengenang Mantan?

wajar-gak-sih-kalau-kita-sering-mengenang-mantan?

Setiap orang pernah memiliki fantasi seksual, entah itu bersama pasangan, bintang film dewasa maupun teman dekat. Tapi menariknya, dibandingkan laki-laki, perempuan diketahui lebih sering membayangkan hubungan intim dengan mantan.

Fantasinya bisa jadi kesenangan semalam yang membekas di hati, atau bahkan melibatkan seseorang yang sempat menjalin hubungan serius denganmu. Di sinilah segalanya menjadi rumit: Bagaimana kamu bisa membedakan pikiran seksi yang tabu dengan mengenang kembali cinta yang dulu terukir?


Psikolog Stefano Verza berspesialisasi dalam hubungan non-monogami yang etis. Dia menjelaskan, ketertarikan terwujud dalam berbagai bentuk. Yang pertama ada ketertarikan sensual, yang berarti seseorang tertarik akan sentuhan fisik “tapi ketertarikan itu tak selamanya memiliki komponen erotis”. Setelah itu, ada ketertarikan platonis yang berakar pada “perasaan dan ikatan emosional”. Yang terakhir baru bersifat seksual dan berkaitan dengan erotisme dan keintiman.

Mimpi berhubungan seks dengan mantan mungkin sekadar bentuk perwujudan dari kerinduan kita akan komponen seksual yang telah hilang, dan tidak memiliki makna tersirat di dalamnya. Namun, seperti yang ditambahkan Verza, “Kita mungkin tidak bisa langsung membedakan – dan memisahkan – perasaan itu dari ketertarikan romantis yang pernah ada.”

Apa pun jenis ketertarikannya, kamu pasti akan merasa ganjil saat pemikiran liar ini terlintas di benakmu. Verza berpendapat ketidakmampuan kita untuk membedakan dengan jelas perasaan-perasaan ini berasal dari konteks sosiokultural yang berkembang di masyarakat. “Ini mengajari kita pandangan normatif tentang hubungan yang semua jenis ketertarikannya melebur dalam satu wadah besar.”

Amy Muise, peneliti ilmu perilaku di York University, memimpin serangkaian penelitian yang mendalami alasan seseorang sulit melupakan pengalaman seksual positif di masa lalu. Penelitiannya menemukan kita cenderung “bernostalgia seksual” ketika sedang melajang atau berada dalam hubungan yang kurang memuaskan. Selain itu, orang lajang dan tidak puas yang nyaman dengan kedekatan emosional lebih sering berfantasi tentang mantan daripada mereka yang memiliki status hubungan serupa dan terlepas secara emosional.

Verza menekankan fantasi seksual tentang mantan bisa berarti apa saja, sehingga sulit untuk menafsirkannya. “Fantasi setiap individu bisa memiliki arti yang berbeda dalam waktu yang berbeda di hidup kita,” terangnya. Tergantung pada siapa dan apa yang kita alami, “kita mungkin merindukan pengalaman seksual bersama orang itu, atau justru lebih merindukan orangnya atau representasinya bagi kita”.

Menurutnya, kita cenderung memikirkan segala pikiran seksual kita secara berlebihan dan menganggap ada yang salah dengan diri kita. Padahal, kata Verza, “fantasi yang berasal dari kenangan merupakan hal alami.”

“Itu hanyalah bagian dari aliran pikiran kita yang tiada habisnya. Wajar jika kita memikirkan momen-momen yang berharga bagi kita,” lanjutnya.

Misalnya, kamu merasa bersalah karena membayangkan orang lain saat bercinta dengan pasangan. Verza mengingatkan bahwa kita sulit mengendalikan pikiran selama seks, termasuk siapa yang tiba-tiba muncul di kepala. “Itu aktivitas otak yang normal, jadi kamu tidak perlu merasa bersalah,” ucapnya.

Namun, harus diakui ada kalanya fantasi tersebut menandakan hubungan kamu saat ini kurang memuaskan. Ini bukan berarti kamu harus segera mutusin pacar, tapi menjadi pertanda ada kebutuhan dan prioritasmu yang berubah atau tidak terpenuhi.

Jika ini yang terjadi, kamu bisa bertanya pada diri sendiri: Apakah fantasinya hanya pikiran random atau kamu secara aktif mengubahnya menjadi fantasi yang lebih dipertimbangkan dengan sempurna? Dan yang terpenting, haruskah kamu memberi tahu pasangan soal ini?

Bagi Verza, setiap orang harus terbuka dengan kekasihnya tentang fantasi yang mereka miliki, tak peduli seberapa rumit atau sulitnya itu. “Sejak awal, kamu perlu membentuk gaya komunikasi yang membebaskanmu membicarakan hal-hal semacam itu. Baik tentang fantasi yang ingin diwujudkan maupun yang cukup menjadi fantasi.”

Menurutnya, hal ini tidak akan menimbulkan masalah jika hubungannya sehat. “Tidak ada rasa takut kehilangan pasangan, tidak ada kecemburuan,” tutur Verza. Agar obrolannya berjalan lancar dan tidak berakhir canggung, kamu bisa meyakinkan pasangan bahwa ini hanyalah fantasi. Itu tak selalu diikuti komponen emosional. Kalaupun memang ada, kamu tetap memilih pasangan sekarang, bukan mantan. “Jika kamu jujur tentang hal-hal ini, reaksi pasangan akan menunjukkan seperti apa mereka sebenarnya.”

Terlepas dari status hubunganmu saat ini, fantasi cenderung mengidealkan orang dan situasi, menciptakan kembali pengalaman intens tanpa kekurangan dan kesalahan yang merupakan bagian dari kehidupan seksual sehari-hari. “Kita memodifikasi imajinasi ini sesuai keinginan kita,” terangnya. “Setiap kali saya mengenang pengalaman seksual sebelumnya, sulit bagi saya untuk membayangkan aroma, suara atau momen-momen spesifik yang tidak saya sukai.”

Apabila fantasi ini menggodamu untuk balikan sama mantan, sebaiknya kamu mempertimbangkan lagi dengan hati-hati. Kamu putus sama mereka bukan tanpa alasan.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Italy.