Liputan4.com, Banjarmasin-PANDEMI virus Corona (Covid-19) yang melanda Indonesia memaksa masyarakat untuk tetap kreatif dan produktif. Kuncinya ada pada literasi, sehingga tiap orang mampu membaca situasi dengan baik, mengeksplorasi pengetahuan lebih jauh, dan bisa mentransformasikannya menjadi pengetahuan sehingga meningkatkan kualitas hidup.
Hari ini Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimatan Selatan melaksanakan talkshow virtual ke 26 kalinya selama musim pandemi dalam kurun waktu kurang lebih 1 tahun
Hal ini menjadi inti dari talkshow virtual bertajuk ‘Literasi Pintu Gerbang Kreatifitas” yang digelar Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimatan Selatan dan menghadirkan narasumber tunggal Andi Arsyil Rahman, Aktor, Author, dan Entrepreneur, dan Moderator Puja Mandela, Redaktur Media Online apahabar.com sekaligus juga penulis buku “tak semua hal masuk akal”, pada Jumat, (23/4/2021), Acara diikuti 453 peserta, selain via zoom kegiatan ini juga bisa diakses melalui live streaming channel youtube Dispersip prov Kalsel.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimatan Selatan Hj Dra Nurliani Dardie M.AP, mengatakan, sebenarnya sejak setahun yang lalu kita sudah merencanakan dengan matang mendatangkan langsung Andi Arsyil ke Dispersip Provinsi Kalimantan Selatan untuk mempromosikan minat baca dan mempromosikan perpustakaan pada tanggal 6 April 2020, namun karena terkendala pandemi sehingga kita masih bersabar menunggu pandemi berakhir. Namun nampaknya situasi dan kondisi masih belum memungkinkan sehingga kita adakan secara virtual pada hari ini.
Kita masih berharap semoga pandemi cepat berlalu dan kita bisa mendatangkan langsung Andi Arsyil kemari, beber Bunda Nunung sapaan akrab Kadispersip Kalsel ini.
Sementara itu dalam rilisnya, Bunda Nunung mengatakan, perpustakaan menjadi solusi meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa yang memiliki dampak hasil akhir yang signifikansi bagi penggunanya. Hal ini menjadi peningkatan infrastruktur akses informasi dan pengetahuan, penguatan sumber pengetahuan dan nilai informasi serta penguatan konteks informasi bagi individu.
“Ada 4 tingkatan literasi yakni kemampuan mengumpulkan sumber-sumber bacaan, mampu memahami apa yang tersirat dari yang tersurat, mengemukakan ide atau gagasan baru, teori baru, kreativitas dan inovasi baru serta akhirnya menciptakan barang atau jasa yang bermutu bagi kehidupan,” kata Bunda Nunung.
Dengan demikian, lanjut Bunda Nunung menghasilkan keadilan informasi dan pengetahuan bagi setiap orang serta penguatan literasi bagi setiap orang sehingga tercipta inovasi disertai kreativitas. Hasilnya terjadi peningkatan kapabilitas individu dan kesejahteraan masyarakat.
Saat ini transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial sebagai pusat ilmu pengetahuan menjadikan perpustakaan wahana pembelajaran sepanjang hayat melahirkan berbagai inovasi dan kreativitas masyarakat.
Bunda Nunung, mengaku ada adaptif di Pandemi Covid 19, seperti perpustakaan beradaptasi menyesuaikan layanannya, melakukan inovasi layanan, membantu masyarakat untuk beradapatasi. Banyak perpustakaan tetap mengadakan kegiatan untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat. Ini kesempatan bagi perpustakaan untuk berkontribusi kepada masyarakat di masa pandemi ini.
Selain itu juga terjadi transformasi pada layanan perpustakaan, koleksi perpustakaan, dan ruang perpustakaan dengan menerapkan protokol kesehatan, kebersihan lingkungan, sarana dan prasarana layanan. Lalu responsif dalam menghadapi perubahan demografi, kebutuhan dan minat pemustaka dengan tetap menjaga jarak aman. Jadi literasi untuk kesejahteraan menegaskan setiap orang berhak atas penghidupan yang layak agar mereka bisa tersenyum kembali.
Bunda Nunung menegaskan, penting untuk memperkuat budaya literasi masyarakat, sebagai salah satu upaya agar mampu bangkit dari keterpurukan. Hal ini penting karena literasi sebagai bentuk cognitive skills memiliki peran besar dalam upaya pemulihan sosial-ekonomi masyarakat pascaCovid-19.
“Masyarakat dengan kemampuan literasi lebih baik cenderung akan lebih siap menghadapi dampak buruk pandemi. Ini karena mempengaruhi sikap seseorang dalam menentukan respons terhadap suatu persoalan. Kepanikan masyarakat timbul sebagai reaksi spontan yang sering dipicu oleh informasi tidak benar (hoax) yang beredar luas. Masyarakat dengan tingkat literasi tinggi akan selalu melakukan konfirmasi atas kebenaran informasi yang diperoleh,” jelas Bunda Nunung.
Masyarakat dengan kemampuan literasi terkait informasi kesehatan yang lebih baik cenderung akan lebih sadar terhadap rentannya kondisi pandemi. Mereka akan mampu mendeteksi gejala secara mandiri, lancar dalam berkomunikasi dengan tim medis, sehingga selalu siap melindungi diri seperti konsumsi obat secara tepat guna dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Bunda Nunung menyatakan bahwa dengan paradigma literasi sebagai praxis social, perpustakaan seyogyanya tidak hanya menjadi tempat meminjam dan membaca buku, melainkan dapat menjadi pusat pengetahuan dan informasi, serta pusat pembelajaran bersama masyarakat melalui peer learning activities dan berbagai kegiatan pelatihan kecakapan hidup berbasis literasi.
Dengan pendekatan literasi sebagai praxis social, perpustakaan memfasilitasi masyarakat para pemustaka untuk dapat memahami dan mentransformasikan pengetahuan dan informasi yang diperoleh dengan kegiatan nyata untuk mengatasi persoalan hidup untuk tetap produktif dan meningkatkan kesejahteraan menghasilkan beragam inovasi meski dalam kondisi pandemi.
Pemulihan sosial ekonomi masyarakat dampak pandemi akan lebih cepat dengan adanya pusat-pusat layanan literasi sampai ke tingkat desa. Perpustakaan desa atau taman bacaan masyarakat dapat berperan sebagai pusat informasi dan pengetahuan, sekaligus sebagai pusat pemberdayaan masyarakat berbasis literasi untuk menggerakkan masyarakat bangkit dari keterpurukan.
“Upaya penguatan literasi terus dilakukan pemerintah, antara lain kebijakan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial untuk meningkatkan partisipasi dan pelibatan masyarakat dalam berbagai kegiatan pemberdayaan berbasis literasi,” kata Bunda Nunung.
Lalu kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik untuk meningkatkan kualitas pelayanan perpustakaan umum provinsi dan kabupaten/kota. Selanjutnya mendorong pemanfaatan dana desa untuk pengembangan perpustakaan desa dan taman bacaan masyarakat sebagai pusat pengetahuan dan pemberdayaan masyarakat. Terakhir perluasan kegiatan pembudayaan gemar membaca di daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar dengan melibatkan para pegiat literasi di daerah.
Bunda Nunung mengatakan pihaknya melakukan penguatan literasi daerah di tengah pandemi.
Bunda Nunung sangat berterimakasih dan mengapresiasi khususnya kepada semua staf Dispersip Palnam yang di koordinir Dr Ramadan SE ME.Ak CA sekretaris Dispersip Palnam dan Wildan Ahyar SE M.Si kabid pelayanan dan pembinaan yang telah mempersiapkan acara talkshow virtual sejak awal hingga yang ke 26 pada hari ini, ujarnya.
Pesan saya agar kita tetap menjaga Kesehatan dengan 4 M, Mencuci Tangan pakai sabun dengan air mengalir, Memakai Masker, Menjaga Jarak aman dan Menjaga daya tahan tubuh dengan berolahraga dan makan makanan bergizi serta yang tak kalah pentingnya adalah Berdoa agar kita bisa melewati Pandemi ini dengan selamat dan sehat. Selamat menjalankan ibadah Puasa semoga kita senantiasa dikaruniakan kesehatan lahir dan bathin, selamat dunia akhirat, pungkas Bunda Nunung.
Berita dengan Judul: Usung Tema Literasi Pintu Gerbang Kreatifitas, Dispersip Palnam Gelar Talkshow Virtual ke 26 Bersama Andi Asyil Rahman pertama kali terbit di: Berita Terkini, Kabar Terbaru Indonesia – Liputan4.com oleh Reporter : Tornado