Kebakaran di Taman Nasional Komodo (TNK) terjadi untuk kedua kalinya pada 2021, di Bukit Loh Serai yang tertutup sabana. Letaknya di sisi barat Pulau Rinca, wilayah yang menjadi habitat terbesar komodo di TNK.
Balai TNK memperkirakan api melalap lahan seluas 10 hektare, namun penyebab kebakaran masih diselidiki. Mengerikan membayangkan wilayah seluas itu jadi api semua, namun setidaknya menurut Balai tak ada korban manusia dan komodo, karena lokasi kebakaran jauh dari pemukiman dan habitat hewan dilindungi tersebut.
“Tidak terjadi evakuasi. Semua dipastikan aman dan selamat, termasuk para ranger,” terang Kepala Dinas Pariwisata NTT Zet Sony Libing, seperti dikutip Tempo.
Menurut kronologi yang disampaikan Balai, kebakaran pertama kali dilaporkan Kepala Resort Gili Lawa, Rijal Mewar, pada Selasa (2/11) pukul 15.25 WITA. Balai lalu mengerahkan 32 orang jagawana dan 11 warga dari Kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) dan Masyarakat Mitra Polhut (MMP) Desa Pasir Panjang. Total 43 orang ini lalu berpencar dalam dua tim, bergerak ke arah utara dan selatan Loh Serai.
Dalam lima jam pertama proses pemadaman, api tak kunjung tumpas. Tujuh orang tambahan diturunkan untuk membantu kedua tim, seluruhnya 50 orang bekerja memadamkan api. Baru setelah sembilan jam sejak api terlihat, pada pukul 00.15 WITA, tim pertama berhasil memadamkan api di sisi utara bukit. Mereka lalu bergeser ke selatan, membantu tim kedua memadamkan api. Dilaporkan, api sepenuhnya padam pada 07.15 WITA keesokan harinya, Rabu (3/11), atau 16 jam setelah api terlihat.
Proses pemadaman api berlangsung sangat berat karena angin kencang menyebarkan api. Balai menyebut NTT sedang berada di puncak musim kemarau, yang membuat kebakaran tersebut memburuk dengan cepat. Suasana kelelahan di antara para jagawana dan warga ini tertangkap oleh foto yang disebarkan Instagram @labuanbajo_info.
“Kerja semalaman, para ranger dan warga kelelahan. Belum ada bantuan pemadam kebakaran profesional. Beginilah cara kita kelola World Heritage Site yang katanya kebanggaan bangsa dan sumber devisa itu,” seperti ditulis Instagram @kawanbaikkomodo_updates yang ikut membagikan foto tersebut.
Kasubbag Tata Usaha Balai TNK Dwi Putro Sugiarto mengatakan kepada wartawan, para pemadam harus bekerja keras memadamkan api sebelum menjalar ke ekosistem hutan gugur terbuka di Pulau Rinca. Jika bagian ini ikut terbakar, selain satwa liar akan jadi korban, pengembalian kondisi ekosistem akan butuh waktu lama. Sampai saat ini belum ada yang bisa menemukan penyebab kebakaran di pulau yang didiami sekitar 1.500 komodo tersebut.
Akun @KawanBaikKomodo segera menyorot kedekatan lokasi kebakaran dengan area “wisata Jurassic Park” yang pengerjaannya dikomandoi Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan.
Adapun Sony Libing mengakui insiden kebakaran berjarak 3-4 kilometer dari titik pembangunan infrastruktur wisata yang tengah digarap Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Sejauh ini, Dinas Pariwisata NTT menilai tidak ada keterkaitan antara kebakaran yang terjadi kemarin dengan proyek wisata Jurassic yang sudah rutin dikritik pegiat lingkungan hingga UNESCO.
Ironisnya, kebakaran sabana di TNK Agustus lalu pun belum ada kabar apa penyebabnya hingga saat ini. Kebakaran itu melalap sabana di Bukit Laju Pemali, Pulau Komodo. Hanya ada dugaan bahwa api datang dari gesekan rumput dan ranting kering.
Saat itu, kebakaran juga melalap, diperkirakan, 10 hektare lahan, serta tak memakan korban manusia maupun komodo. Dan ya, Agustus lalu bukan kebakaran pertama di kawasan TNK. Sebelumnya, pada 2018 wilayah ini juga dua kali dalam setahun mengalami kebakaran.