Berita  

Tidak Suka Sama Rezim Putin, Lelaki Rusia Berenang Semalaman Sampai ke Jepang

tidak-suka-sama-rezim-putin,-lelaki-rusia-berenang-semalaman-sampai-ke-jepang

Vaas Feniks Nokard merasa muak dengan pemerintahan “totaliter” Presiden Vladimir Putin.

Bermodal nyali besar, lelaki 38 tahun asal kota Izhevsk di pantai barat Rusia ini berenang sejauh 24 kilometer, sampai akhirnya selamat sampai pesisir Hokkaido, pulau paling utara Jepang. Nokard tidak punya paspor. Dia menyeberangi lautan demi mencari suaka di negara lain.


Namun, setelah perjalanan panjang yang memakan waktu 23 jam, dia berakhir di tahanan. Belum jelas apa nasibnya nanti di tangan otoritas imigrasi Jepang.

Pada akhir Agustus lalu, dia berangkat pukul lima pagi dari Kepulauan Kunashiri yang merupakan wilayah sengketa. Mengenakan pakaian selam, Nokard melintasi Selat Nemuro dan tiba di Shibetsu pada pukul 4 pagi keesokan harinya. Dia tak membawa apa-apa selain satu pakaian ganti.

Dia dikabarkan memohon kepada pihak berwenang Jepang untuk memberikannya suaka. Menurut pengakuannya, setelah pindah ke Kepulauan Kunashiri, dia diinterogasi militer Rusia saat ingin pulang ke kampung halaman di Izhevsk. Nokard juga merasa pemerintahan Vladimir Putin tak memberi banyak peluang ekonomi bagi orang kecil sepertinya. Dia terpaksa bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Belum jelas apakah permintaannya akan dikabulkan. Kepala sekretaris kabinet Jepang Katsunobu Kato mengatakan pemerintah akan terus mengkaji kasus permintaan suaka yang unik ini.

Ketika diwawancarai surat kabar lokal dari balik jeruji, Nokard sempat pesimis akan tiba dengan selamat di negara tujuan.

“Gelombang Samudra Pasifik sangat dingin. Saya tidak bisa melihat apa-apa di malam hari. Kondisinya juga hujan saat itu. Saya takut bertemu paus pembunuh. Saya memikirkan ibu dan mengira takkan bisa lagi bertemu dengannya,” katanya kepada surat kabar Asahi Shimbun melalui pembatas kaca.

Setibanya di daratan, Nokard beristirahat sebentar sebelum mengganti pakaian. Biro Imigrasi Sapporo menangkapnya saat mampir membeli makanan di toko kelontong. Curiga dengan gerak-gerik lelaki Rusia itu, seorang warga melaporkannya ke polisi setempat.

Dia sudah 20 hari lebih mendekam di kantor imigrasi, dan sedang mengumpulkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk tinggal di Jepang.

Nokard wajib mengajukan permohonan suaka di kantor imigrasi, memberikan bukti persekusi di tanah air, dan melakukan tes wawancara dengan petugas imigrasi. Peraturan Jepang sangat ketat, sehingga kurang dari satu persen permohonan suaka yang diterima setiap tahunnya.

Media lokal Rusia melansir, Nokard sudah pernah ke Jepang sebelumnya. Pada 2011, dia mengunjungi Hiroshima dan pergi ke Tokyo naik bus dan sepeda. Dia lalu dideportasi karena masa berlaku visanya sudah habis.

Banyak warga negara Rusia yang mencari suaka ke luar negeri dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2016, 2.770 pengungsi Rusia mencari suaka di Jerman agar mendapatkan jaminan kesehatan yang lebih baik, atau menghindari persekusi politik. Pada 1974, ahli kelautan Stanislav Kurilov lompat dari kapal pesiar untuk melarikan diri dari pemerintahan Soviet yang melarangnya bekerja di luar negeri. Dia mengarungi lautan selama tiga hari dan tiba di pulau Siargao Filipina. Kurilov akhirnya menerima suaka di Kanada.

Kedutaan Besar Rusia di Jepang telah menanyakan keberadaan Nokard. Mereka mendesak pemerintah Jepang mengizinkan anggota konsulat Rusia mengunjunginya untuk “memastikan hak hukumnya” terpenuhi.

Follow Hanako Montgomery di Twitter dan Instagram.