Seorang teller bank yang kabur usai menggelapkan uang di Tiongkok lebih dari 25 tahun lalu akhirnya berhasil ditangkap. Perempuan itu kedapatan menjalani kehidupan baru dengan identitas palsu di kota lain.
Perempuan itu, yang diidentifikasi dengan nama samaran “Chen Yile”, didakwa di kota Yueqing atas tuduhan korupsi dan penipuan pada Selasa (17/1) pekan lalu. Menurut postingan jaksa di WeChat, Chen mengakui perbuatannya setelah ditangkap Desember lalu.
Pada 1997, perempuan yang saat itu berusia 26 tahun menemukan celah pada sistem bank tempatnya bekerja di China Construction Bank cabang kota Yueqing. Dia bisa mengubah nominal dalam sebuah rekening sehingga tidak akan ketahuan jika uangnya ditarik. Namun, ia baru melancarkan aksinya setelah pindah tugas ke cabang lain yang tutup di akhir pekan.
Pada 12 April tahun yang sama, Chen menyelinap ke bank yang tutup, lalu memasukkan total 5,66 juta yuan (setara Rp12,48 miliar dengan kurs sekarang) ke beberapa rekeningnya.
Dia kemudian minggat membawa koper dari rumahnya, dan menarik uang sebesar 3,98 juta yuan (Rp8,7 miliar) di gerai ATM. Setelah itu, dia menjalani operasi plastik di sebuah klinik kecantikan.
Chen pulang ke rumah orang tuanya untuk menyembunyikan 1,43 juta yuan (Rp3,1 miliar) di beberapa lokasi sekitar rumah. Setelah selesai, dia langsung cabut ke Fujian, provinsi di wilayah selatan negara itu. Maksud tujuannya di sana yaitu untuk mendepositokan uang sebesar 2,1 juta yuan (Rp4,6 miliar) ke rekening baru yang ia buka bersama ketiga saudaranya.
Tiga hari kemudian, Chen diam-diam kembali ke rumah orang tuanya untuk memberi tahu soal keberadaan uang yang ia sembunyikan. Ia juga menyerahkan empat buku tabungan sebagai pegangan. Namun, sang ayah tidak mau menerima uang haram itu. Dia menasihati putrinya untuk menyerahkan diri ke polisi.
Berdasarkan keterangan departemen kehakiman setempat, Chen tidak menuruti omongan ayahnya, sehingga sang ayah yang melaporkannya ke pihak berwajib setelah Chen pergi. Namun, dikarenakan keterbatasan teknologi pada saat itu, polisi tak mampu mengejar Chen yang hilang begitu saja.
Rupanya, dengan bantuan seorang perantara, Chen membuat identitas baru sebagai Jiang yang lahir di Guizhou, provinsi di barat daya Tiongkok yang berjarak 1.700 kilometer dari kampung halamannya. Selanjutnya dia menjalani kehidupan baru di provinsi Guangdong, Tiongkok tenggara.
Berkat identitas barunya, Jiang menjadi pengusaha makmur di bidang alat kebersihan. Dia juga membangun keluarga bersama suami barunya dan memiliki seorang anak perempuan. Usut punya usut, dia meninggalkan suami pertamanya tanpa menceraikannya terlebih dahulu. Suaminya yang sekarang diyakini tak tahu-menahu soal identitas palsu Jiang sampai akhirnya dia ditangkap pada Desember.
“Tim penyelidik tidak pernah menyerah untuk menangkap Chen selama 25 tahun terakhir,” tulis Kejaksaan Rakyat Yueqing dalam postingannya di WeChat. Pihak kejaksaan menyebut bekerja sama dengan pemerintah daerah lain untuk melacak keberadaan Chen, tapi tidak menjelaskan lebih lanjut maksudnya.
Aksi cerdik Chen sontak menyoroti kelemahan dalam sistem perbankan negara. Pasalnya, ini bukan kasus pertama pegawai bank mengakali celah guna menggelapkan uang nasabah di Tiongkok. Pada 2014, 42 nasabah bank di Hangzhou mengalami kerugian total 95 juta yuan (Rp209 miliar) setelah pegawai mentransfer uang mereka ke rekening pribadinya. Lebih dari dua tahun lalu, warga Henan mendapati uang tabungannya sebesar 1 juta yuan (Rp2,2 miliar) ludes dari rekening China Construction Bank. Usut punya usut, uangnya diambil pegawai bank untuk berjudi dan berinvestasi.
Follow Koh Ewe di Twitter dan Instagram.