Ketegangan antara pasukan militer Meksiko dan kartel narkoba meningkat pasca penangkapan salah satu bos kartel awal Juli 2022. Aksi baku tembak pun terjadi lantaran tentara menolak untuk membebaskan Francisco Torres “El Duranguillo’’, pemimpin kartel di Altar, negara bagian Sonora. Peristiwa yang berlangsung satu jam menewaskan seorang pria dan melukai sedikitnya empat orang tentara.
Dalam rekaman CCTV dan video warga pada 2 Juli waktu setempat, terlihat mobil pikap terparkir di tengah jalan untuk memblokir akses, sedangkan segerombolan laki-laki gencar melepaskan tembakan ke arah pasukan militer.
Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador menyampaikan keterangan melalui konferensi pers, Senin (4/7), anggota kartel siap menebus sebesar 10 juta peso (Rp7,3 miliar) agar Torres bebas, namun pihak berwenang menolak tawarannya. Melihat serangkaian aksi baku tembak dan penangkapan di Meksiko baru-baru ini, banyak orang mulai bertanya-tanya apakah janji presiden memberantas narkoba dengan damai hanya bualan belaka.
Bentrokan lain meletus pada hari yang sama di negara bagian Baja California. Media lokal mengabarkan, serangan ini dipicu oleh upaya pembunuhan Luis Edgar Herrera “El Tolín”, terduga bos kartel Sinaloa cabang Mexicali dan Rosarito, dua kota di bagian utara Meksiko.
Menurut keterangan pihak berwajib, Herrera terlibat baku tembak dengan Tentara Meksiko dan Kepolisian Negara Bagian Baja California ketika mengantar putranya yang baru lima tahun ke rumah sakit karena diduga terluka dalam serangan. Herrera ditangkap setelahnya.
Operasi berantas narkoba semakin berkurang sejak Presiden López Obrador bersumpah akan menggunakan metode “peluk bukan peluru” dalam menuntaskan kejahatan terorganisir di negaranya. Sumpah itu diikrarkan saat ia terpilih menjadi presiden pada 2018. Namun, metodenya dinilai semakin memperparah kasus pembunuhan yang melibatkan kartel narkoba di Meksiko.
Pihak berwajib Meksiko membekuk bos kartel ketiga dalam hitungan dua hari sejak penangkapan 2 Juli. Yang menjadi target polisi kali ini adalah Neri Ramírez “El Neri”, yang dicurigai mendalangi lusinan kasus pembunuhan di kota pesisir Guaymas, Sonora.
Penangkapan anggota kartel terkemuka jarang terjadi sejak insiden Culiacanazo pada Oktober 2019. Pasukan militer berhasil menangkap Ovidio Guzmán, putra bos Sinaloa Joaquin “El Chapo” Guzmán, tapi terpaksa membebaskannya kembali. Tentara yang dikerahkan dalam operasi tersebut kalah jumlah dari pasukan kartel. Ini merupakan insiden memalukan bagi pemerintahan López Obrador.
Eduardo Guerrero, analis keamanan dan pendiri firma intelijen Lantia, menilai penangkapan akhir pekan lalu menandai pergeseran sikap pemerintah dalam perang narkoba.
“López Obrador mengalami perubahan strategi yang penting. Dia benar-benar mengerahkan kekuatan dalam operasi keamanan,” terangnya kepada VICE World News.
Guerrero memperhatikan pihak berwenang fokus menargetkan satu kartel saja. “Dulu pemerintah Meksiko fokus memerangi New Generation Jalisco Cartel, tapi mulai tahun ini, mayoritas serangan ditujukan kepada Kartel Sinaloa,” lanjutnya.
Pengamat lain melihat gencarnya penangkapan anggota kartel belakangan ini dimaksudkan untuk memperbaiki reputasi pemerintah dan meningkatkan kepercayaan masyarakat. “Penangkapan gembong narkoba selalu terlihat lebih baik di mata masyarakat, tapi pemerintahan sekarang telah memperjelas bahwa mereka takkan melawan pemimpin kartel besar,” tutur pengamat Alejandro Hope saat diwawancarai surat kabar lokal El País.
“Pemerintah berada dalam posisi terpaksa karena situasinya semakin tidak aman untuk rakyat Meksiko,” ujar Guerrero.