Aksi protes Iran begitu kencang terdengar selama pembukaan ajang Piala Dunia 2022 di Doha, Qatar.
Suporter tampak membentangkan bendera negara yang berisi slogan “Woman, Life, Freedom” (“Perempuan, Kehidupan, Kebebasan”) pada saat tim nasional sepakbola Iran bertanding melawan Inggris, Senin (21/11) kemarin. Mereka juga meneriakkan yel-yel anti-pemerintah sementara para pemain Iran menolak bernyanyi ketika lagu kebangsaan Iran berkumandang.
Aksi kompak penonton dan kesebelasan dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap gelombang unjuk rasa yang meledak di negaranya menyusul kematian Mahsa Amini pada September lalu. Perempuan Iran itu diduga tewas dianiaya polisi moral karena memakai jilbab berantakan.
Langkah ekstrem yang diambil aparat guna meredam protes tak berhasil menyurutkan semangat demonstran menentang aturan berpakaian yang diwajibkan oleh pemerintah kepada perempuan Muslim di Iran. LSM Hak Asasi Iran memperkirakan kekerasan polisi telah menewaskan sedikitnya 378 demonstran, yang 47 korban di antaranya masih anak-anak.
Atlet Iran yang mengikuti turnamen internasional umumnya diberi kelonggaran baik di dalam maupun luar negeri, sehingga tak jarang mereka memanfaatkan keistimewaan ini untuk menghindari kontrol rezim di Teheran, terlepas dari upaya pemerintah mencampuri institusi olahraga.
Pesepakbola profesional Iran dikenal vokal mengkritik penguasa yang represif. Tak jarang mereka menyuarakan isu-isu yang ada di negaranya dan menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Iran. Mantan kapten timnas Iran, Ali Karimi, dikabarkan nyaris diculik akibat terang-terangan mendukung aksi protes.
Sementara itu, pemerintah Iran menuding demonstrasi ditunggangi oleh pihak asing.
Timnas Iran kalah 2-6 dari Inggris.