The Beach mengisahkan petualangan pelancong muda bernama Richard, diperankan oleh Leonardo DiCaprio, menemukan sebuah pulau yang masih asri dengan pemandangan pantai pasir putih. Surga tropis itu sontak menjadi destinasi favorit wisatawan mancanegara. Namun, terlepas dari keindahan “alami” yang hendak disuguhkan sutradara Danny Boyle, film rilisan 2000 itu malah banjir kritik dan kontroversi.
Teluk Maya di pulau Phi Phi Leh, Thailand, mengalami kerusakan parah usai dirombak habis-habisan demi keperluan syuting The Beach sepanjang 1998-1999. Kru film mencabuti tanaman asli Thailand di sekitar pantai dan menggantinya dengan spesies baru—tindakan yang menurut pejabat negara berimbas pada ekosistem lokal. Akibatnya, 20th Century Fox sebagai perusahaan yang memproduksi film dituntut bertanggung jawab atas kerusakan yang telah terjadi.
Pada 13 September 2022 Mahkamah Agung Thailand akhirnya menguatkan putusan, yang menyatakan Departemen Kehutanan Kerajaan wajib melanjutkan proyek rehabilitasi wilayah pantai yang rusak. MA dalam putusannya juga memerintahkan 20th Century Fox dan studio film Thailand Santa International Film Productions menyediakan dana sebesar 10 juta Baht (Rp4,05 miliar) untuk menanggulangi kerusakan di Teluk Maya.
Putusan ini dikeluarkan lebih dari 20 tahun setelah gugatan pertama diajukan. Bersama aktivis lingkungan, otoritas lokal mengajukan gugatan perdata terhadap pejabat senior Thailand dan kedua studio film pada 1999. Para tergugat dituntut mengganti rugi sebesar 100 juta Baht (Rp40,5 miliar). Namun, gugatan baru dibawa ke pengadilan pada 2012, lebih dari satu dekade setelah syutingnya rampung.
Kru The Beach dikabarkan membayar empat juta Baht (Rp1,6 miliar) untuk memperoleh izin syuting dari Departemen Kehutanan Kerajaan. Mereka kemudian secara sembarangan membabat semak belukar yang berfungsi mencegah terjadinya erosi, dan menggantinya dengan pohon palem yang termasuk properti film. Kru melakukannya tanpa izin pakar lingkungan.
Tindakan mereka menuai kecaman, tapi DiCaprio—yang kini terkenal sebagai aktivis lingkungan—meyakinkan pulaunya “akan semakin cantik” setelah dirombak. “Pantainya kelihatan baik-baik saja, kok. Saya tidak melihat ada kerusakan sama sekali,” tukasnya.
Kru film berusaha mengembalikan kondisi pantai seperti sediakala, dan menanam kembali semak-semak yang telah dicabut. Mereka juga memasang pagar bambu di sepanjang pantai agar tidak terjadi erosi, tapi upaya ini tidak menghentikan pasir hanyut terbawa air laut. The Guardian melansir, setelah syuting selesai, saksi mata menggambarkan pemandangan pantainya tak lebih dari “pagar bambu jelek dan tanaman yang sudah mati”.
Setelah filmya dirilis, turis berbondong-bondong mendatangi Teluk Maya untuk membuktikan langsung keindahan ikonik dalam The Beach. Kedatangan mereka membuat kondisi pantai semakin memprihatinkan, dan aktivitas wisata menghancurkan karang di dekatnya.
Pada 2018, pejabat setempat menutup Teluk Maya tanpa batas waktu untuk memperbaiki kerusakan, sebelum akhirnya dibuka lagi awal tahun ini dengan jumlah pengunjung dan waktu berkunjung dibatasi. Namun, pantainya ditutup lagi bulan lalu untuk proyek restorasi lingkungan lanjutan. Teluk Maya diperkirakan akan membuka pintunya bagi wisatawan mulai Oktober mendatang.
Follow Koh Ewe di Twitter dan Instagram.