Berbagai situs resmi pemerintah Rusia di Internet, termasuk situs Kremlin, tak lagi dapat diakses sejak Kamis (24/2) siang waktu setempat. Situs-situs tersebut down beberapa jam setelah tentara Rusia menggempur Ukraina dari darat, laut, maupun udara, menjadikannya agresi militer terbesar pernah terjadi di Eropa setelah Perang Dunia II.
Penyebab tak bisanya situs pemerintah Rusia diakses masih belum diketahui. Namun ada indikasi sedang terjadi upaya peretasan dilakukan kelompok yang masih sulit diidentifikasi. Motherboard, situs teknologi bagian dari VICE, memastikan selain situs Kremlin, laman resmi Duma, alias parlemen Rusia, juga sempat down meski diakses lewat IP address negara lain.
Peretas asal Rusia sepanjang bulan lalu, menurut komunitas keamanan siber sempat melakukan operasi sistematis (biasa disebut DDoS) untuk mengganggu situs entitas bisnis, perbankan, dan kontraktor pemerintahan Ukraina. Pada hari pertama operasi militer Rusia ke wilayah Ukraina, terjadi pula upaya pemotongan kabel optik. Di Kota Karkhiv, para penduduk mengaku sempat kehilangan akses komunikasi dan internet. Menurut data NetBlocks, sebanyak 25 persen pengguna internet di Kharkiv dan sekitarnya kehilangan akses layanan daring. Sebagai kota terbesar kedua di Ukraina, kawasan Kharkiv dan kota kecil sekitarnya memiliki 1,8 juta penduduk.
Akan tetapi, Ukraina juga berusaha meminta jaringan peretas bawah tanah di negara mereka untuk menyerang balik infrastruktur IT Moskow. Kantor berita Reuters mendapat informasi dari Yegor Aushev, selaku pakar keamanan siber yang tinggal di Kiev, bahwa telah disebar seruan agar jaringan hacker turut melakukan aksi bela negara. Kementerian pertahanan Ukraina meminta Aushev membuat postingan di forum-forum terbatas, mengundang para hacker terlibat.
“Komunitas keamanan siber Ukraina, sekarang adalah saatnya melakukan upaya mempertahankan keamanan siber negara kita,” demikian bunyi undangan tersebut, yang ditulis oleh Aushev. Fokus undangan tersebut sejauh ini masih untuk mempertahankan server-server penting bagi sistem internet Ukraina, bukan untuk menyerang balik Rusia.
Sehingga masih belum jelas, siapa aktor yang berusaha mengganggu situs Rusia kemarin. Belum bisa dipastikan juga, apakah jatuhnya situs pemerintahan dilakukan sendiri oleh Rusia sebagai stretch test, alias persiapan, menghadapi kemungkinan diretas hacker luar negeri.
Meski begitu, Aushev menyatakan hacker Ukraina yang bersedia ikut serta sangat mungkin melakukan serangan balik ke Rusia. Fokus utama saat ini melindungi sistem PLTU dan pengairan Ukraina, agar tidak dijebol hacker Rusia. Pada 2015, tim peretas yang disokong Kremlin berhasil merusak jaringan kelistrikan Ukraina dari jarak jauh, menyebabkan lebih dari 225 ribu penduduk negara tersebut mengalami pemadaman listrik.
Akibat serangan besar-besaran Rusia ke berbagai kota Ukraina sepanjang 24 Februari 2022, dilaporkan bila 137 orang tewas, sementara 169 lainnya luka-luka. Angka itu didasarkan pada data Kementerian kesehatan Ukraina. Jumlah korban dari sisi militer kedua negara, termasuk tank maupun pesawat yang berhasil ditembak jatuh, belum bisa diverifikasi. Baik Rusia maupun Ukraina mengklaim berhasil menjatuhkan belasan alutsista lawan, serta sukses merebut kota-kota strategis.