Pekan lalu, ratusan narapidana di Thailand menggelar unjuk rasa selama dua hari mendesak pengelola lembaga pemasyarakatan (lapas) menjalankan protokol kesehatan lebih ketat mencegah Covid-19. Unjuk rasa itu berujung kericuhan, serta pembakaran beberapa gedung penjara di Provinsi Krabi, wilayah tenggara Thailand.
Kerusuhan terparah terjadi pada 18 Desember 2021, ketika lebih dari 400 napi menuntut rekan mereka yang tertular Covid-19 dirawat di rumah sakit terdekat. Selain itu, napi menganggap petinggi penjara tidak serius menjalankan tes PCR ataupun antigen, ataupun menerapkan kebijakan social distancing, sehingga sangat mungkin kasus Covid di lapas mereka sudah tinggi.
Sipir berkeras agar napi yang demam tetap menjalani isolasi mandiri di sel, namun sikap tersebut makin menyulut emosi para tahanan lain.
Selepas tengah malam, pada 19 Desember, beberapa napi membakar sel yang memuat bangsal tidur dalam jumlah besar, sembari menyerang sipir. Akibatnya, salah satu gedung di area lapas Krabi terbakar hebat, yang asapnya membumbung tinggi. Meski terjadi insiden pembakaran, otoritas penjara mengklaim tidak muncul korban jiwa.
“Hanya ada korban luka beberapa saja,” kata Wakil Kepala Kepolisian Thailand Kissana Phathanacharoen dalam jumpa pers. Sesuai permintaan napi, pemerintah segera mengirim alat tes Covid-19, dan ditemukanlah fakta bila lebih dari 200 tahanan sudah tertular virus. Dengan demikian, penjara di Krabi resmi menjadi klaster penularan baru.
“Kini bisa kami sampaikan bila kondisi di dalam lapas [Krabi] sudah jauh lebih tenang dan terkendali,” imbuh Kissana Phathanacharoen.
Dalam kerusuhan di Lapas Krabi, polisi menerjunkan tim yang menembakkan peluru karet. Sebanyak 14 napi dikabarkan luka-luka akibat tembakan aparat. Polisi juga menangkap 31 tokoh napi yang dianggap pengorganisir aksi unjuk rasa, seperti dilaporkan Bangkok Post.
Lapas Krabi, yang berada di provinsi kawasan tujuan utama wisata Thailand, sudah mengalami overkapasitas sejak lama. Penjara kecil tersebut menampung 2.100 narapidana, meski statusnya bila dibandingkan Indonesia lebih layak disebut rutan.
Thailand sendiri termasuk negara yang mengalami overkapasitas penjara terburuk di Asia. Total ada 300 ribu tahanan di seluruh lapas Negeri Gajah Putih, yang jumlahnya tiga kali lipat melampaui batas daya tampung normal. Menurut LSM pemerhati kebijakan penjara, imbas dari kepadatan ini adalah rendahnya upaya pencegahan pandemi merebak di kawasan lapas.
Pemerintah Thailand sudah berniat melepas dini lebih dari 50 ribu narapidana pada awal 2021, demi mencegah munculnya klaster-klaster penularan baru Covid-19. Namun kebijakan itu urung dilaksanakan tanpa alasan jelas. Angka penularan Covid-19 di fasilitas penjara Thailand terhitung mengkhawatirkan. Menurut data pemerintah, muncul 84.432 kasus penularan Covid-19 di seluruh lapas, menyebabkan 185 tahanan meninggal.
Follow Heather Chen di Twitter.