Baru-baru ini, para ilmuwan mendeteksi pancaran gelombang radio unik yang berlangsung secara teratur di sebuah galaksi berjarak miliaran tahun cahaya menggunakan teleskop Canadian Hydrogen Intensity Mapping Experiment (CHIME).
Semburan gelombang radio cepat (FRB) umumnya merupakan kilatan cahaya kuat yang muncul di luar angkasa selama sepersekian milidetik. Fenomena ini masih menjadi misteri karena asal-usulnya yang tak jelas, serta pola ledakannya yang berbeda-beda. Ada kalanya FRB memancar secara acak, ada juga yang semburannya terjadi secara konsisten. Durasi waktunya pun tak menentu, bisa muncul setiap beberapa hari hingga beberapa minggu sekali.
Namun, ada yang menarik dari temuan terbaru, yang telah dilabeli FRB 20191221A. Diterbitkan dalam jurnal Nature pada Rabu (13/7), makalahnya mengungkapkan sinyal radio ini meledak setiap 0,2 detik dalam pola periodik yang jelas dan berlangsung hingga tiga detik.
“Ini tidak biasa,” tutur Daniele Michilli, mahasiswa postdoktoral di Kavli Institute for Astrophysics and Space Research MIT, dalam siaran persnya. “Pancarannya tak hanya berlangsung lama sekitar tiga detik, tetapi juga ada puncak periodik yang sangat tepat, memancarkan boom boom boom layaknya detak jantung setiap sepersekian detik. Ini pertama kalinya sinyal muncul secara periodik.”
Banyak orang langsung berspekulasi FRB merupakan tanda kehidupan alien, namun ilmuwan sepakat sinyal radio misterius ini bisa muncul karena penyebab alami, seperti ledakan bintang mati, magnetar — bintang neutron dengan bidang magnet sangat kuat — atau ada kaitannya dengan lubang hitam. Meski pernah sekali, pancaran itu berasal dari microwave milik manusia di Bumi.
Akan tetapi, kali ini, sinyal radio terbaru diduga berasal dari magnetosfer bintang neutron.
Para ilmuwan yang mendeteksi FRB 20191221A optimis kemunculannya dapat memberi pemahaman baru mengenai jagat raya dan seisinya. “Penemuan ini menimbulkan pertanyaan seputar penyebab munculnya sinyal ekstrem yang belum pernah ditemukan sebelumnya, serta bagaimana kita bisa memanfaatkannya untuk mempelajari alam semesta,” terang Michilli.