Sudah seminggu Siti Raisa Miranda alias Echa (17) belum terbangun dari tidurnya yang dimulai sejak Jumat (2/4) malam. Remaja asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tersebut diduga mengalami sindrom ‘Putri Tidur’ atau biasa disebut Kleine-Levin syndrome (KLS), kelainan langka yang membuat penderitanya merasa ngantuk sepanjang waktu.
Problemnya Echa tak cuma tidur. Ia terlelap sambil mengalami kejang di bagian leher dan tangan, membuat ayahnya, Akhmad Mulyadi Noor, memutuskan membawa anaknya ke rumah sakit. Kejang-kejang itu masih berlanjut hingga awal April 2021.
“Dokter belum berani kasih obat, mau dilihat dalam 24 jam. Kemudian hari kedua kejang-kejang sudah hilang. Nah, setelah itu enggak ada lagi [kejang-kejangnya]. Hasil lab [menunjukkan] enggak ada penyakit. Karena di rumah sakit enggak ada obatnya, [dan] kami sendiri juga yang merawatnya untuk makan, akhirnya di hari ketiga kami bawa pulang,” kata Mulyadi kepada Banjarmasin Post.
Selama tertidur, Echa disebut masih mau makan dengan cara dibantu dalam posisi duduk dan disuapi. Meski matanya terpejam, Echa tetap akan mengunyah makanannya apabila ingin makan. Ia juga mengeluarkan tanda-tanda apabila ingin buang air, dan akan dibantu ke toilet meski dalam keadaan terkantuk-kantuk.
Kelainan yang dialami Echa dimulai setelah ia mengalami kecelakaan motor pada Mei 2017, di usia 13 tahun. Semenjak itu Echa mengalami episode tidur panjang tiap 4-5 bulan sekali. Durasi tidur terpanjangnya tercatat pada 10-22 Oktober 2017 atau 13 hari. Mulyadi mengaku sudah memeriksakan syaraf Echa pada kepala bekas benturan kecelakaan, namun hasil MRI memperlihatkan tak ada masalah.
Saat pemeriksaan pada 2017, Wakil Direktur Pelayanan RSUD Ansari Saleh Banjarmasin, Yuyun Sukaesi, menjelaskan meski terlelap, tubuh Echa sedang tidur. “Perkembangan kondisi Echa masih positif. Setelah diperiksa melalui alat untuk gelombang tidur, yang dialami Echa terlihat normal. Artinya, dia sedang tidak dalam kondisi tidur. Secara medis dia dikatakan sadar karena masih makan dan bisa diajak bicara,” kata Yuyun, dilansir dari Media Indonesia. Yuyun mengatakan pihaknya sudah berusaha maksimal dengan menugaskan dokter spesialis saraf, kesehatan jiwa, dan anak untuk mengobservasi Echa secara mendalam.
Dokter spesialis saraf RSUD dr. Soetomo Surabaya, Wardah Rahmatul Islamiyah, mengatakan pengidap KLS biasanya mengalami gangguan berpikir, kelebihan nafsu makan, dan keresahan. Ia menyarankan penderitanya dirawat di rumah sakit sebab durasi tidur lama membuat asupan makan dan cairan berkurang sehingga berpotensi memunculkan dehidrasi dan kekurangan gizi.
Sebelum Echa, kasus KLS pernah juga ditemukan di Indonesia. pengidapnya adalah Rau Surya Danif, bayi yang tertidur selama setahun lebih sejak berumur 8 bulan. Video Rau viral karena akun Tik Tok @shaka_17 yang dikelola sang ibu kerap mengunggah video Danif sedang “tertidur” sampai akhirnya Danif meninggal dunia pada Oktober 2020.
KLS adalah gangguan tidur langka yang ditandai rasa kantuk sepanjang waktu, lebih banyak menjerat laki-laki daripada perempuan, dan umumnya muncul di usia remaja. Hingga kini belum diketahui pasti penyebab gangguan dan bagaimana cara menyembuhkannya. Namun, sindrom diyakini berhubungan dengan cedera pada hipotalamus, bagian otak yang mengontrol tidur, nafsu makan, dan suhu tubuh.