Berita  

Setelah K-Pop dan Drakor, Bersiaplah Menyaksikan Webtoon Menjajah Dunia

setelah-k-pop-dan-drakor,-bersiaplah-menyaksikan-webtoon-menjajah-dunia

Aria adalah anak hasil hubungan gelap seorang count kaya dengan pelacur. Hidupnya bergelimpangan harta sejak ibu Aria resmi dinikahi oleh sang ayah. Sekarang dia tinggal di rumah bak istana bersama adik tirinya yang lemah lembut, Mielle. Namun, Aria malah berperilaku buruk. Dia terus mengganggu dan berbuat jahat kepada adiknya. Aria berulang kali mencoba mencelakai Mielle, seperti mendorongnya dari tangga hingga meracuninya. 

Keluarga besar pun menjatuhkan hukuman pancung karena tak tahan dengan perbuatannya yang semakin menjadi-jadi. Akan tetapi, di ambang kematian Aria, Mielle membisikkan sebuah rahasia besar kepada kakaknya. Ternyata Aria hanya dijebak. Adik tiri yang baik hati itu telah mengatur segalanya agar Aria menjadi pihak bersalah.


Dia tak sudi melihat anak rendahan seperti Aria hidup bahagia. Mielle jugalah yang membunuh ibu Aria. Sebelum kepalanya dipenggal, Aria seperti melihat jam pasir yang terbalik. Aria memohon dalam hati agar dia bisa hidup kembali dan membalas dendam atas kematiannya. Permohonan Aria terkabul. Dia kembali ke masa lalu, dan bertekad mengubah takdirnya sejak itu.

Adegan di atas disadur dari manhwa (manga versi Korea) bertema reinkarnasi, The Villainess Turns the Hourglass, yang terbit secara online di KakaoPage Korea. Webtoon ini memiliki 57 episode dan sudah diterjemahkan dalam empat bahasa, termasuk bahasa Indonesia. The Villainess Turns the Hourglass telah dibaca lebih dari 999.999 kali.

Webtoon mengangkat kisah fantasi romantis dan drama penuh aksi dalam bentuk episode. Webtoon hampir tidak ada bedanya dengan komik biasa, hanya saja webtoon dibuat khusus untuk komputer dan ponsel. Muncul dalam format strip vertikal, pembaca cukup menggulir layar HP untuk menikmati Webtoon. Mereka tak perlu membolak-balikkan halaman layaknya buku komik.

Webtoon mulai populer di Korea Selatan sejak awal 2000-an, bersamaan dengan menurunnya popularitas komik di negara tersebut. Berbagai platform webtoon, seperti Naver, Daum dan Yahoo! Korea, berlomba-lomba mendigitalkan manhwa yang diadaptasi dari novel ringan. Meski genre dan tema webtoon bermacam-macam, sekitar 70 persennya kental akan reinkarnasi dan isekai.

Poster ‘The Skeleton Soldier Failed to Defend the Dungeon’ di stasiun Hongdae, Seoul. Foto: Ant Studio
Poster ‘The Skeleton Soldier Failed to Defend the Dungeon’ di stasiun Hongdae, Seoul. Foto: Ant Studio

Korea Creative Content Agency (KOCCA) memperkirakan industri webtoon Korea Selatan bernilai sekitar 577 juta Dolar AS (Rp8,3 triliun) pada 2019, dan diproyeksikan tumbuh setiap tahunnya. Menurut penyedia data seluler App Annie, webtoon Korea bahkan menguasai lebih dari 70 persen pangsa pasar di Jepang, yang terkenal sebagai surganya manga dan anime.

Di Seoul sendiri, konten berbau webtoon bisa ditemukan di mana-mana, dari papan iklan di stasiun kereta sampai toko ritel. Banyak sekali webtoon yang telah diangkat menjadi film dan drama TV. Serial horor apokaliptik Sweet Home diadaptasi oleh Netflix dari webtoon.

Sementara itu, Along with the Gods: The Two Worlds menjadi film terlaris ketiga sepanjang masa di Korsel. Surat kabar Chosun Ilbo melansir, saat ini ada lebih dari 70 serial webtoon dan adaptasi film yang sedang digarap di Korea. 

Tangkapan layar dari manhwa ‘The Villainess Turns the Hourglass’. Gambar: Ant Studio
Tangkapan layar dari manhwa ‘The Villainess Turns the Hourglass’. Gambar: Ant Studio

“Satu kesamaan dari semua webtoon populer ini adalah alur ceritanya yang sensasional,” Lee Do-hyun, developer permainan papan, memberi tahu VICE sembari membaca webtoon favoritnya di sebuah kafe kota Paju. Dia dengan sabar menunggu episode baru terbit setiap Jumat malam.

“Saya biasanya mengakhiri hari dengan baca webtoon,” tuturnya. “Webtoon adalah hiburan murah dan tidak memakan waktu.”

Kebanyakan webtoon terbit secara cuma-cuma atau dengan biaya langganan yang terjangkau. Berdasarkan laporan KOCCA pada 2020, lebih dari setengah responden yang berlangganan webtoon menghabiskan kurang dari 5.000 won (Rp63 ribu) setiap bulan, lebih murah dari harga tiket bioskop di Korea. COO Ant Studio Lee Hyun-chul berujar, mereka hanya mengeluarkan sekitar 10 juta won (Rp127 juta) untuk memproduksi satu episode webtoon.

“Biaya produksi yang relatif rendah memungkinkan kami untuk bereksperimen dengan karya-karya kami. Penulis kami memiliki kebebasan untuk membuat apa pun yang mereka suka,” ujar Hyun-chul kepada VICE. “Sementara industri film Korea fokus pada film yang menguntungkan, kami berusaha keluar dari pola pikir ini.”

Layar ponsel menampilkan webtoon berbahasa Korea
Pembaca webtoon di sebuah kafe di kota Paju. Foto: David D. Lee

Naver Webtoon adalah anak perusahaan raksasa teknologi Naver. Sebagai salah satu platform webtoon paling populer di dalam negeri, Naver Webtoon memiliki 65 persen dari total traffic baca di Korea pada 2019. Platform ini telah meluncurkan versi internasionalnya di bawah nama Line Webtoon, dan menyediakan konten dalam sembilan bahasa di lebih dari 100 negara. Naver Webtoon memiliki 72 juta pengguna aktif di pasar global.

“Alasan terbesar webtoon Korea Selatan menerima respons positif di luar negeri yaitu karena banyaknya penulis amatir,” terang Lee So-young, perwakilan humas Naver Webtoon. “Kami bisa memilih penulis berkualitas dan kontennya dari pool yang menampilkan orang-orang dari berbagai belahan dunia.”

Terlepas dari 3.000 pencipta webtoon yang sudah debut di Korea Selatan, KOCCA mencatat platform terbuka Naver Webtoon, CANVAS, menampilkan lebih dari 1,3 juta pencipta webtoon amatir. Di CANVAS, siapa saja bisa mengunggah karya mereka. Webtoon populer macam The Sound of Your Heart, Tower of God, danTrue Beauty awalnya berasal dari CANVAS. Digandrungi oleh pembaca perempuan di seluruh dunia, True Beauty berhasil mengumpulkan 6,1 juta subscriber di Line Webtoon berbahasa Inggris. Webtoon ini juga diadaptasi menjadi serial TV di Korea. 

Ilustrator menggambar ekspresi karakternya. Foto: David D. Lee
Ilustrator menggambar ekspresi karakternya. Foto: David D. Lee

Ant Studio, penerbit The Villainess Turns the Hourglass, ingin menjadi “Pixar”-nya industri webtoon. Bermarkas besar di Seoul, suasana studio ini super santai dan tidak ada senioritas. Rak-rak komik dan pajangan karakter animasi menghiasi setiap dinding kantor. Semua pegawainya berusia sekitar 20 dan 30-an. CEO dan pendiri Ant Studio saja baru 31 tahun.

Seok Ji-hwan menjabat sebagai direktur produksi Ant Studio, tapi karyawan memperlakukan Ji-hwan layaknya abang mereka sendiri.

“Sebagian besar karyawan kami mengambil jurusan ilustrasi grafis, tapi ada juga yang suka nonton kartun sepertiku,” kata lelaki 35 tahun itu.

Sebelum bergabung dengan Ant Studio, Ji-hwan berprofesi sebagai desainer produk di perusahaan desain industri. Dia berhenti kerja karena merasa kurang cocok dengan pekerjaan itu. Dia memantapkan hati untuk mewujudkan impian masa kecilnya. Ji-hwan direkrut Ant Studio berkat karya-karyanya di situs webtoon.

“Kalian cuma butuh pulpen untuk menjadi penulis atau ilustrator webtoon,” tuturnya. “Tingkat pemula untuk profesi ini lebih rendah daripada profesi lain di industri konten.”

Namun, dia merasa persaingan di industri webtoon semakin kompetitif dan kompleks sekarang. Kalian harus bekerja keras untuk menjadi pencipta webtoon sukses.

Ant Studio melarang karyawannya lembur, tapi banyak penulis dan ilustrator bekerja semalam suntuk demi menciptakan karya yang bagus. Studio ini sedang menggarap 30 judul dan menerbitkan sekitar 15-20 episode setiap minggunya. 

Seok Ji-hwan membimbing timnya di Ant Studio. Foto: David D. Lee
Seok Ji-hwan membimbing timnya di Ant Studio. Foto: David D. Lee

Siklus cepat inilah yang membedakan webtoon dari buku komik. Tak seperti komik yang terbit sebulan sekali, episode baru webtoon dirilis setiap minggu. Bahkan ada juga yang keluar beberapa kali dalam seminggu. Karena itu jugalah pembaca ketagihan dengan webtoon. Formatnya sangat cocok untuk generasi yang tumbuh bersama internet dan media sosial yang cepat berubah. Film dan serial TV sulit bersaing dengan webtoon. Sebanyak 2.767 serial webtoon dirilis pada 2019, sedangkan jumlah drama dan film Korea yang dirilis pada tahun sama hanya ratusan. Webtoon populer dapat mengumpulkan hingga puluhan ribu tayangan untuk setiap episodenya.

Pencipta webtoon selalu berinovasi dalam karya mereka. Ada yang memasang soundtrack lagu K-Pop (webtoon asal Indonesia, Tweening, sering memainkan komposisi sang penulis) atau menambahkan animasi 3D, ada juga yang mengintegrasikan teknologi augmented reality dan interaksi pembaca. Suatu saat nanti, kita bisa melihat lebih banyak webtoon seperti Encountered yang menampilkan avatar pembaca sebagai tokoh protagonis.

Selain karena kecepatan, kuantitas dan keterjangkauan, Ji-hwan menyebut “aksesibilitas terbuka” adalah fitur terkuat webtoon. Siapa saja bisa membaca webtoon, tak peduli mereka tinggal di mana.

“Semua orang punya HP, jadi siapa saja bisa baca webtoon,” ucapnya.

Do-hyun bisa selesai baca satu episode dalam hitungan menit. Nongkrong sendirian di kafe, dia menggulir panel demi panel dengan kecepatan tinggi. Setiap hari, dia menenggelamkan dirinya dari satu dunia ke dunia lain.