Jelas bukan ini yang dibayangkan Mendikbud Ristek Nadiem Makarim saat meminta sekolah kembali ngadain pembelajaran tatap muka (PTM). Bukannya rindu bertemu teman dan belajar secara langsung, pelajar Jakarta dan Tangerang ini malah kangen berantem. Baru aja PTM diuji coba, sebanyak 34 pelajar SMK Negeri 1 Jakarta dibawa ke kantor Polsek Kota Tangerang. Anak-anak Boedoet ini, begitu “nama jalanan” SMK ini, digelandang polisi bersama 36 pelajar gabungan dari beberapa sekolah di Kota Tangerang. Alasannya: mereka ketahuan aparat sedang ngerencanain tawuran.
Kapolres Metro Tangerang Kota Deonijiu De Fatima bilang mereka tahu rencana anak-anak ini dari laporan masyarakat. Dari sana, polisi langsung meluncur ke Taman Skateboard, Kota Tangerang. “Dari hasil interogasi pelajar dari SMK N 1 Jakarta sebelumnya benar telah melaksanakan sekolah tatap muka dan pulang [jam] sebelas siang,” ujar Deonijiu dilansir iNews. “Diamankan beberapa senjata tajam, total ada delapan senjata tajam. Semuanya jenis celurit.”
Polisi saat ini menahan lima pelajar yang diduga menjadi dalang tawuran dan berperan membagi-bagikan senjata tajam, sementara 65 pelajar lain langsung dipulangkan setelah “dibina”.
Bukan kali pertama ini aja proses PTM dipakai buat ajang kangen-kangenan tawuran. Di Kota Cirebon, Jawa Barat, polisi langsung siap-siap razia tawuran begitu dengar PTM akan digelar kembali. Hasilnya, saat patrol di jam pulang sekolah yang disebut polisi Cirebon sebagai jam rawan tawuran, mereka berhasil memergoki puluhan pelajar siap baku hantam antarsekolah.
“Kita berhasil cegah tawuran, petugas lagi patroli, mereka lari berhamburan. Sekarang [Juni 2021] situasi kan masih daring, tapi ternyata ada yang berangkat ke sekolah. Pihak sekolah [diminta] agar melakukan pengawasan,” kata Kapolsek Kesambi Sudarsono kepada Radar Cirebon. Pelajar yang tertangkap juga “dibina” dulu sebelum dipulangkan.
Di sejumlah kota, hobi tawuran para pelajar bahkan jadi pertimbangan untuk ngadain PTM. Dewan Pendidikan (Wandik) Kota Bogor sampai minta Pemkot Bogor untuk tidak mengizinkan PTM di sekolah-sekolah dengan sejarah panjang tawuran. Selain karena tawuran itu sendiri berbahaya, pelajar yang hobi tawuran ditakutkan memancing kerumunan.
“Takutnya pada uji coba PTM mereka nongkrong-nongkrong di pinggir jalan dan memicu kerumunan. Jadi, alangkah lebih baiknya kita lihat dulu track record sekolahnya. Kalau sekolah yang sering tawuran lebih baik jangan diizinkan untuk uji coba PTM,” ujar Ketua Wandik Kota Bogor Deddy Karyadi dilansir dari Ayo Bogor.
Pemerintah memperbolehkan PTM kembali digelar pada semester ganjil 2021 berdasarkan SKB Empat Menteri No. 23425/A5/HK.01.04/2021, diteken Mendikbud Ristek, Menag, Menkes, dan Mendagri. Sebanyak 63 persen sekolah yang berada di daerah PPKM level 1, 2, dan 3 mendapat izin memulai PTM sejak Senin (30/8) kemarin. Angka ini naik dua kali lipat setelah seminggu sebelumnya hanya 31 persen sekolah yang diperbolehkan menggelar PTM.
Beberapa syarat termaktub PTM ini, antara lain kapasitas kelas hanya boleh setengah, pemerintah daerah wajib memonitor langsung pelaksanannya, serta keputusan sang murid untuk masuk sekolah atau tetap daring diserahkan sepenuhnya kepada wali murid masing-masing.
Peneliti The Indonesian Institute Nisaaul Muthiah mewanti-wanti pelaksanaan PTM agar dilakukan dengan hati-hati. “Pemangku kepentingan di dunia pendidikan untuk berhati-hati dalam melaksanakan PTM terbatas karena jumlah anak usia 12 tahun hingga 17 tahun yang sudah divaksinasi masih sangat minim, yakni 9,87 persen,” ujar Nisaaul dilansir dari Antaranews.
“Sebaiknya masing-masing sekolah juga memiliki Satgas Covid-19, yang ditujukan untuk mengawasi berlangsungnya PTM, mulai dari proses kedatangan hingga kepulangan siswa, agar semuanya dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan.”