Aku tumbuh besar di keluarga Muslim keturunan Pakistan yang tinggal di Bradford, Inggris utara. Aku tak pernah absen pergi ke masjid sepulang dari sekolah. Keluargaku juga suka kumpul-kumpul dan menghabiskan waktu bersama. Kedua orang tuaku sebenarnya sangat liberal dan kebarat-baratan. Ibu bahkan tidak mengenakan hijab. Akan tetapi, aku tidak pernah mendengarkan musik sejak kecil karena katanya haram.
Aku pertama kali mengetahui keyakinan tersebut saat baru tujuh tahun. Kalau tidak salah, televisi tengah menayangkan iklan orang menari mengikuti iringan lagu pada saat itu. Nenek bilang mendengarkan musik dilarang agama. Kita bisa masuk neraka jika melakukannya. Masjid di dekat rumah juga mengumandangkan hal serupa. Katanya, kuburan orang yang mendengarkan musik akan dipenuhi “ular” dan “kalajengking”.
Sebagai Muslim, aku harus menghindari larangan-Nya. Karena itulah aku menurut dan tak pernah mendengarkan musik sepanjang hidupku.
Aku tidak merasa ada yang salah dengan ini. Bradford memiliki komunitas umat Muslim yang besar. Banyak teman sekolahku yang juga tidak mendengarkan musik. Beberapa bahkan lebih religius dan tidak mau berpartisipasi dalam acara sekolah apa pun yang melibatkan bernyanyi. Orang-orang ini juga tidak pernah menonton acara televisi yang ada nyanyiannya. Dengan kata lain, aku tidak sendiri.
Akan tetapi, persepsiku mulai berubah sejak lulus sekolah pada Maret 2020, khususnya setelah menjadi satu-satunya Muslim di angkatan kuliah. Teman-temanku mendengarkan musik sepanjang waktu. Mereka memutar lagu di perpustakaan, bus dan lewat ponsel. Aku tidak mungkin bisa menghindarinya. Dari situ, aku mulai bertanya-tanya: memangnya mendengarkan musik seburuk ucapan nenek?
Aku memutuskan untuk mencari tahu sendiri. “Huncho For Mayor” ciptaan M Huncho adalah lagu pertama yang aku dengar. Banyak teman yang mengikuti musisi trapwave itu di Instagram, jadi seharusnya lagu mereka bagus.
Aku merasa biasa-biasa setelah mendengarkan lagunya. Tidak ada yang aneh dengan diriku. Kenapa, ya, aku diajarkan seperti itu dulu?
Walaupun tidak ada rujukan atau kutipan langsung dari ayat Alquran, sejumlah Hadis mengharamkan musik. Contohnya seperti riwayat Abu Hurairah yang mendengar Rasulullah SAW bersabda: “lonceng adalah alat musik setan”.
Namun, tak sedikit pula yang berpandangan mendengarkan musik diperbolehkan. Dalam kajian berjudul ‘Musik dan Nyanyian’, filsuf Imam Al-Ghazali menjelaskan: “Jika musik haram, maka kicauan burung haram pula.”
Tidak ada bukti pasti tentang boleh tidaknya orang Islam mendengarkan musik. Namun, semacam ada kesepakatan umum yang membedakan mana musik yang boleh didengarkan dan tidak.
Qiraah atau tilawah adalah “jenis musik” yang halal untuk umat Muslim karena pada dasarnya berupa azan dan pembacaan ayat Alquran. Seseorang diperbolehkan memainkan musik selama itu memuji dan memuliakan kebesaran Allah SWT dan Nabi. Sementara itu, musik haram mengandung kemaksiatan dan ajakan sesat. Kebanyakan lagu modern menceritakan tentang seks, minum-minum dan ganja. Sudah pasti ini dianggap haram. Lagu-lagu M Huncho berarti sesat juga.
Sekarang, aku berusaha menghindari lagu-lagu rap yang ‘sesat’ dan mencari musik yang berisi pesan positif.
“Question Time” ciptaan Dave adalah lagu favoritku. Liriknya sangat relevan dengan kehidupan kita. Dalam lagunya, Dave bercerita tentang perjuangan kita untuk bertahan hidup setiap harinya.
Musik memotivasiku untuk tetap berpikiran positif selama lockdown. Musik telah menjadi elemen penting dalam menjaga kewarasan di tengah kegilaan dunia. Selera musikku juga bukan cuma rap saja. Belakangan ini, aku suka banget dengan lagu hit TikTok “Driver’s License” Olivia Rodrigo. Aku merasa sangat tenang setiap mendengarkannya.
Aku akhirnya jujur kepada nenek empat bulan kemudian. Aku kira beliau akan marah, tapi reaksi nenek malah sebaliknya. “Setiap orang membawa amal ibadahnya masing-masing,” kata nenek dengan tenang. “Hanya Allah yang bisa menentukan mana yang baik dan salah.”
Aku tidak menyesal sama sekali baru mendengarkan musik sekarang. Nilai positifnya aku tidak menghambur-hamburkan uang orang tua untuk beli CD, merch dan nonton konser.
Aku juga tidak menyesali keputusanku dulu. Aku bukan satu-satunya orang yang tidak mendengarkan musik. Banyak temanku yang konsisten tidak melakukannya sampai sekarang. Kalau pun ada yang disesali, mungkin karena aku tidak membuat persepsi sendiri lebih awal.
Aku harap dulu bisa belajar dan mencari tahu sendiri tentang hukum musik dalam agama. Tapi yah… bocah tujuh tahun macam mana yang sudah mengerti begituan? Yang terpenting sekarang aku sangat menikmati musik.