Salvator Mundi resmi memecahkan rekor lukisan termahal sedunia pada 2017, ketika sosok tajir Timur Tengah menebusnya dengan harga US$450 juta (setara Rp6,4 triliun) di Balai Lelang Christie’s. Sejak menghiasi pemberitaan media internasional karena harganya fantastis, lukisan disebut karya Leonardo da Vinci yang sempat hilang itu terus menyisakan pertanyaan. Misalnya, kenapa pangeran Kerajaan Arab Saudi Badr bin Abdullah rela menghabiskan uang banyak membeli Salvator Mundi, yang sebetulnya menggambarkan konsep iman Kristen?
Tapi ada satu pertanyaan yang paling menggelitik, dan menjadi bahan perdebatan para pelaku seni rupa sekian tahun terakhir: benarkah lukisan tersebut sepenuhnya karya Leonarno da Vinci, seniman terbesar Italia dari periode Renaisans Abad Pertengahan?
Sebuah film dokumenter yang bakal dirilis pada 13 Agustus 2021 berusaha menjawab berbagai pertanyaan tersebut. Judul proyek dokumenter tersebut adalah The Lost Leonardo.
Plot filmnya akan dimulai dari awal penemuan lukisan tersebut dalam kondisi compang-camping, di sebuah rumah lelang Kota New Orleans, Amerika Serikat. Lukisan itu awalnya dianggap karya klasik dari seniman tanpa nama, yang terjual dengan harga hanya US$1.100 (setara Rp15 juta). Setelah dilakukan proses restorasi, pelan-pelan pakar seni rupa menduga ini karya Leonardo da Vinci.
Kesimpulan itu diambil tim restorasi setelah menganalisis lapisan cat dan goresan yang dipakai si seniman. “Tidak ada yang bisa melukis seperti itu,” menurut salah satu anggota tim restorasi kepada pembuat dokumenter The Lost Leonardo, “kecuali Leonardo [da Vinci].”
Salvator Mundi menggambarkan sosok Yesus Kristus dalam tafsiran abad Pertengahan. Yesus mengenakan jubah kain biru, yang biasa digunakan bangsawan era Renaisans di Italia. Tangan kanan Yesus di lukisan itu membentuk simbol salib, sementara tangan kirinya menggenggam bola kristal.
Beberapa pemerhati seni rupa menjuluki lukisan ini versi lelaki Mona Lisa, karya da Vinci lain yang mendunia. Tapi berbeda dari Mona Lisa, da Vinci kali ini tidak membuat kita bertanya-tanya tentang makna lukisannya. Yesus dalam lukisan tersebut digambarkan secara harfiah sebagai Salvator Mundi, sang juru selamat dunia.
Menariknya, ketika diteliti lebih lanjut sebelum dan sesudah proses lelang di Balai Christie’s pada 2017, muncul keraguan beberapa pengamat mengenai labelnya sebagai karya da Vinci. Ada beberapa sentuhan ulang yang muncul dari analisis cat dan goresan. Sebagian menduga, da Vinci tidak bisa disebut sebagai satu-satunya seniman yang terlibat pembuatan lukisan tersebut.
Dokumenter The Lost Leonardo juga akan menyorot rekor lelang lukisan ini sebagai gambaran betapa abu-abunya industri seni rupa dunia. Sebab ada banyak intrik demi menggoreng harga karya klasik. Bisnis seni rupa sendiri sudah sering disebut sebagai cara legal mencuci uang bagi pengusaha pengemplang pajak. “Seiring reputasinya menanjak sebagai lukisan termahal sedunia, maka kita harus menjawab pertanyaan penting berikut: benarkah lukisan ini benar-benar karya Leonardo da Vinci?” demikian kutipan sinopsis dari The Lost Leonardo.
Peran Pangeran Badr bin Abdullah setelah membeli Salvator Mundi juga diselimuti misteri. Setelah membeli lukisan tersebut, Badr berencana memamerkannya di Museum Louvre cabang Abu Dhabi. Namun, rencana pameran itu batal tanpa alasan. Sampai sekarang, lokasi Salvator Mundi tidak diketahui.
Hingga The Lost Leonardo tayang kelak, pertanyaan-pertanyaan di atas tentu belum akan terjawab. Dan, proyek dokumenter inipun belum tentu bisa menjawab semua misteri yang menyelimuti cerita di balik lukisan termahal sedunia.
Follow i-D di Instagram dan TikTok untuk mendapat informasi terbaru seputar seni, fashion, dan budaya pop.