Baru-baru ini, Wakil Menteri Pembangunan Perempuan, Keluarga dan Masyarakat Siti Zailah Mohd Yusoff menyebarkan video berisi petuah bagi para suami yang ingin memiliki istri penurut. Dia menganjurkan agar suami memukul istri “dengan lembut” jika tak kunjung mengikuti perintah mereka.
Videonya sontak memicu kemarahan para perempuan yang menduduki kursi parlemen, sementara pegiat hak perempuan menentang keras saran tersebut. Beberapa di antara mereka mendesak agar Siti Zailah mundur dari posisinya.
Diunggah pada 12 Februari, video berdurasi dua menit itu merupakan episode terbaru dari seri “Tip Ibu” yang disebarkan ke sejumlah platform media sosial. Menurutnya, suami dapat menegur sang istri apabila berperilaku tidak semestinya. Jika mereka masih tetap keras kepala, suami bisa tidur terpisah selama tiga hari agar istri merenungkan kesalahannya.
“Namun, jika istri masih saja tak mendengarkan nasihat suami atau mengubah sikap, maka suami dapat memberi sentuhan fisik yang lembut tapi tegas guna menunjukkan ketegasan dan keinginannya istri berubah,” terang Siti Zailah, lalu menambahkan tindakan itu harus “bersifat mendidik, penuh cinta dan tidak menimbulkan rasa sakit.”
Dia lalu berpesan kepada para istri: “Berbicaralah dengan suami setelah mereka menenangkan diri, makan, beribadah dan saat santai… Minta izin dulu sebelum mengajak suami ngobrol.”
Wakil menteri menutup pembicaraan dengan memanjatkan doa agar keluarga penonton selalu dilimpahkan keberkahan. Sejauh ini, videonya telah ditonton lebih dari 21.000 kali di Instagram dan 16.000 kali di Facebook.
Komentar yang diterima pun beragam. Beberapa berpendapat sarannya sesuai ajaran Islam, sedangkan yang lain mengemukakan memukul orang bukan tindakan yang dapat dibenarkan.
Koalisi pembela hak perempuan menyebut saran ini akan “mewajarkan kekerasan dalam rumah tangga” dan “melanggengkan gagasan dan perilaku yang bertentangan dengan kesetaraan gender”. Mereka tak tanggung-tanggung mendesak Siti Zailah melepas jabatannya sebagai wakil menteri.
“Amat disayangkan perkataan semacam itu [keluar dari mulut] menteri yang seharusnya bertanggung jawab menegakkan kesetaraan gender dan hak perempuan untuk dilindungi dan dijamin keselamatannya. Ucapan ini justru menyangkal hak-hak perempuan untuk menerima kesetaraan, dilindungi martabatnya dan terbebas dari perlakuan yang merendahkan,” terang Joint Action Group for Gender Equality dalam pernyataan resminya.
“Ini kekeliruan besar dan menunjukkan kepemimpinan yang gagal.”
Ironisnya, Malaysia telah meratifikasi konvensi PBB yang bertujuan menghapus segala bentuk diskriminasi pada perempuan pada 1979. Undang-undang negara itu bahkan memperlakukan KDRT sebagai tindak kejahatan. Joint Action Group for Gender Equality menegaskan, “saran” Siti Zailah tidak mengamalkan nilai-nilai kesetaraan dan perlindungan terhadap perempuan yang dijunjung tinggi konvensi tersebut.
Oposisi Hannah Yeoh ikut mengecam video Siti Zailah. “Silakan tanya dokter, aktivis dan LSM yang menangani kasus KDRT setiap harinya. Apakah pantas membahas topik seperti ini dalam video?” tulisnya di akun Twitter resmi.
Sementara itu, Nurul Izzah Anwar yang juga berada di pihak oposisi menyampaikan kasus KDRT di Malaysia meningkat selama pandemi. 9.015 kasus yang dilaporkan menimpa perempuan.
“‘Saran’ wakil menteri sangat merugikan dan bertentangan dengan realitas dan kebutuhan yang ada saat ini,” bunyi twitnya.
Siti Zailah belum menanggapi permintaan kami untuk berkomentar.
Follow JC Gotinga di Twitter.