Pada 7 November 2022, Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat telah menyita dan memblokir salah satu situs berbagi buku digital terbesar di internet. Dilansir Torrentfreak, Z-Library sudah tidak dapat diakses dan laman utamanya menampilkan tanda peringatan dari Departemen Kehakiman AS.
Z-Library disebut-sebut sebagai perpustakaan elektronik terlengkap yang menyediakan puluhan juta buku, jurnal ilmiah dan teks akademik secara cuma-cuma. Situs ini sudah lama beredar dan menyediakan akses gratis bagi pelajar berkantong pas-pasan, namun keberadaannya semakin mendapat perhatian setelah beberapa pengguna TikTok dengan polos berbagi tips dan trik memperoleh buku gratisan. Z-Library merupakan nama yang paling sering disebut dalam video mereka.
“Tagar #zlibrary telah ditonton 19 juta kali di platform media sosial populer TikTok. Banyak sekali pelajar di seluruh dunia memposting video yang mempromosikan situsnya sebagai tempat memperoleh e-book gratis,” demikian bunyi pengaduan yang diajukan Authors Guild, organisasi perkumpulan penulis profesional di Negeri Paman Sam, kepada Kantor Perwakilan Dagang AS 7 Oktober lalu.
Kabar ini menjadi kesekian kalinya pengguna TikTok menyebabkan keributan besar di dunia perbukuan. Awal tahun ini, banyak BookToker, sebutan untuk konten kreator yang berbagi rekomendasi bacaan di TikTok, memberikan kiat-kiat memanfaatkan kebijakan mengembalikan e-book di Amazon supaya orang bisa mendapatkan kembali uang mereka setelah membaca buku yang dibeli.
Pasalnya, pengguna Amazon mendapat hak membatalkan pesanan dalam tujuh hari untuk barang yang tidak sengaja terbeli. Cara tersebut dicoba oleh kalangan pencinta buku, yang mengakibatkan kerugian besar bagi industri penerbitan dan penulis. Trennya begitu merajalela sampai-sampai Amazon memperketat kebijakan returnya.
Namun, Dave Hansen selaku direktur eksekutif Author Alliance, organisasi nirlaba yang membantu penulis menyebarluaskan karya mereka, beranggapan pemblokiran bukan sepenuhnya salah BookToker. Ia melihat penyitaan domain Z-Library sebagai upaya terbaru pemberantasan repositori digital yang menawarkan alternatif gratis terhadap akses informasi berbayar.
“Ini ibarat [permainan] whack-a-mole,” tuturnya kepada Motherboard, rubrik teknologi VICE. “Berbagai yurisdiksi telah menentangnya, bahkan sudah ada perintah pengadilan untuk menghapus materi dari situs tersebut.”
Permasalahannya adalah, menurut Hansen, pemblokiran akan sangat merugikan pelajar dan ilmuwan yang membutuhkan teks akademik, tapi tidak punya cukup uang untuk membelinya atau berlangganan di situs resmi.
“Kejadian ini menandakan betapa rusaknya sistem yang kita miliki, terutama dalam hal mengakses artikel ilmiah,” terang Hansen, menambahkan bahwa situs bajakan semacam Z-Library bisa muncul karena kegagalan industri menyediakan akses yang terjangkau untuk semua orang.
Penelitian terbaru menemukan ilmuwan yang kesulitan mengakses jurnal berbayar, atau kekurangan sumber daya untuk berlangganan karya ilmiah, cenderung bergantung pada situs bajakan untuk keperluan studi mereka.
“Sistem yang ada lebih mementingkan profit daripada mendahulukan kepentingan masyarakat,” lanjutnya. “Para pengguna situs ini bukan penjahat. Mereka hanyalah orang-orang yang ingin melakukan riset, tapi uang mereka tidak cukup untuk berlangganan jutaan dolar sesuai tarif yang telah dipasang penerbit besar. Mereka mengandalkan situs-situs bajakan semata demi keperluan riset.”
Penutupan Z-Library terjadi pada saat arsip dan repositori digital menghadapi tuntutan hukum. Sci-Hub digugat atas pelanggaran hak cipta oleh penerbit jurnal akademik ternama Elsevier. Sementara itu, perpustakaan digital nirlaba Internet Archive dituntut empat penerbit besar karena menyediakan layanan peminjaman digital terkontrol, yang menyewakan buku digital untuk batas waktu tertentu. Sementara itu, banyak negara bagian di AS mulai menyusun undang-undang yang secara khusus mengatur lisensi e-book guna mengurangi biaya perizinan yang tak masuk akal.
BookToker tampaknya belum kapok dengan pemblokiran Z-Library. Beberapa masih terus membagikan domain alternatif situs tersebut, meski kali ini secara diam-diam.