Berita  

Saksikan Drone untuk Pertama Kalinya Merekam Dahsyatnya Pusat Badai di Laut

saksikan-drone-untuk-pertama-kalinya-merekam-dahsyatnya-pusat-badai-di-laut

Untuk pertama kalinya drone buatan manusia berhasil merekam kondisi di dalam badai yang berkekuatan hebat. Rekaman videonya memberikan sensasi seolah-olah kitalah yang terombang-ambing di tengah laut.

Badai Kategori 4 direkam pakai Saildrone Explorer SD 1045, sebagai bagian dari kerja sama perusahaan Saildrone dengan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA).


Mereka melalui siaran pers menjelaskan, ini “video pertama yang direkam kapal tanpa awak dari dalam badai hebat.” Pendiri dan CEO Saildrone Richard Jenkins  kemudian memberikan klarifikasi kepada Motherboard, yang dimaksud “pertama” bukan hanya kendaraan tanpa awak itu saja, melainkan juga rekaman pertama yang diabadikan dari eyewall atau bagian paling kuat dari badai. “Sementara rekaman lain diambil dari kapal ‘dekat’ badai,” tulis Jenkins melalui kantor pers NOAA, “kami belum pernah menemukan rekaman yang diambil dari eyewall badai di permukaan laut.”

Monica Allen, direktur humas NOAA Research, mengungkapkan pihaknya telah bekerja sama dengan Saildrone sejak 2014. Perusahaan itu telah mengembangkan “lebih dari 13 sensor” untuk kepentingan riset mereka. Sensor-sensor tersebut diuji di sejumlah wilayah, seperti Arktik, Pasifik tropis dan Antarktika. Di wilayah-wilayah itu, Allen mengatakan Saildrone “mengelilingi Antarktika selama musim dingin Samudra Selatan (Samudra Antarktika), dan dalam badai hebat.” Saildrone berhasil mengumpulkan pengukuran karbon dioksida untuk pertama kalinya di Samudra Selatan, meski menabrak gunung es.

Jenkins menerangkan Saildrone biasa dapat beroperasi dalam kecepatan angin hingga 45 knot (83 kilometer per jam), jauh dari kecepatan badai yang bisa mencapai 241 kilometer per jam. Itu membuat layarnya lebih kecil namun jauh lebih kuat, memperkuat lambung kapal dan mengatur ulang palka.

Dr. Gregory Foltz dari NOAA berharap data yang dikumpulkan dapat meningkatkan wawasan mereka terkait “sifat alami yang mendasari” badai. Tujuan utamanya yaitu meningkatkan model prakiraan dan lebih tepat dalam memprediksi kapan dan bagaimana badai akan mengalami intensifikasi yang cepat, agar bisa “menyelamatkan lebih banyak nyawa dan properti”.