LIPUTAN4.COM, Solo – Catatan jenaka tentang salah tangkap ayam alas
Oleh : Sofyan Mohammad
—————————————-
“Aku rindu pada masa kecil semua begitu sederhana, saat aku terjatuh hanya kaki dan lututku yang terluka, bukan hatiku yang terluka”
—————————————-
Terkadang ingin mengulang dan rindu sekali dengan masa kecil, karena saat itu aku merasa sangat mudah mencari kebahagiaan meski berawal dari hal yang sangat sederhana.
Suasana batin masa kecil ingin sekali terulang dimana ketika kita bermain petak umpet, atau main bola plastik maka suara melengking adzan Maghrib dari Toa masjid yang adalah peluit panjang mengkakhiri pertandingan.
Masa yang paling menyenangkan adalah masa kecil karena teramat banyak kenangan yang tertoreh dan ingin sekali rasanya mengulang karena telalu banyak kejadian unik yang dialami meski saat ini sering tertawa sendiri ketika mengingatnya. Aku rindu masa-masa kecil dulu, masa yang telah lama terlewatkan suka dukanya.
Seperti aku yang lahir pada paruh tahun 1980an dan tinggal di desa maka banyak ragam cerita jenaka menyertainya dengan bumbu bumbu kehidupan yang polos dan bersahaja.
Saat itu waktu banyak dihabiskan dengan penuh andrenalin nan jenaka karena bermain di area area yang menegangkan baik tempat maupun bentuk keisengan permainan yang menantang. Tiap hari yang terpikirkan hanya main dan main bersama teman-teman, hal itulah yang terkadang membuat kita sekarang sebagai orang dewasa menjadi merasa rindu dengan masa itu.
Rindu bermain permainan tradisional, rindu bermain petak umpet, bola bekel, gasing, congklak, gatrik, lompat tali, engklek, benthek, hujan-hujanan, main yoyo, ketapel, bermain bola sampai Maghrib dan berbagai permainan lainnya yang kini hampir punah karena hadirnya smartphone atau gadget
Saat masa kecil kita pasti banyak menghabiskan waktu bermain bersama teman, disela-sela bermain itu pastinya ada pertengkaran dengan teman. Dengan bertengkar ini pastinya membuat kita sangat kesal dengan teman kita, tetapi saat masa kecil kita mudah sekali memaafkan kesalahan teman kita, karena setelah bermaaf-maafan kita seolah-olah lupa kalau sebelumnya telah bertengkar.
Saat masa kecil kita belum mengerti sebuah permasalahan. Kita lebih mudah untuk berbahagia karena yang kita tahu hanyalah untuk mencari kesenangan, tidak perlu hal-hal yang besar untuk kita bisa berbahagia, cukup hal sederhana itu sudah akan membuat kita bahagia.
Saat ini baru kita menyadari jika waktu berjalan sudah jauh mengiringi perjalan hidup ini, sehingga terasa umur ini kian hari kian berkurang dan masa kecil yang dilewati tentu hanya menjadi kenangan manis.
Kisah – kisah masa kecil menjadi sebuah fantasi diri hingga membuat yang mengingat bisa tersenyum sumringah, kisah konyol bersama teman – teman masa kecil serasa ingin di ulang kembali. Masa kecil adalah masa yang paling membahagiakan karena kita tak mengenal namanya masalah, cinta yang memusingkan atau segala sesuatu tentang segala keruwetan hidup jaman sekarang, masa kecil dulu mungkin kita lebih banyak bermimpi dan berharap menjadi orang – orang sukses, karena masa kecil adalah ruang dimana mimpi menjadi hal yang paling indah untuk di tanyakan saat apapun dan dimanapun.
Aku jadi teringat sebuah kisah masa kecil yang menggoreskan catatan jenaka sekaligus konyol. Cerita yang berlangsung saat itu saya masih kelas IV SD kira kira umur 13an tahun yang pada saat itu saya punya sohib kentel – teman beken yang saban hari selalu bermain bersama.
Sohib saya itu namanya “Karmo” yang dikenal sangat badung, nakal, bebal, liar namun cerdas dan banyak akal.
Seperti kebiasaan maka setiap sore anak anak seusiaku begitu mendengar adzan Maghrib maka semua berhenti bermain main dan langsung tancap gas tunggang langgang menyiapkan sarung dan sandal berlari menuju masjid.
Kami anak anak Desa biasanya mandi bersama di sungai kecil yang ada belik atau Kedung – kolam kecil yang cukup untuk renang “cekluk” sehingga pada saat ke Masjid tidak perlu lagi mandi dan ganti pakaian, sarung dan sandal sudah kami persiapkan sejak siang hari kita keluar rumah untuk berangkat bermain.
Saat itu setelah Imam Masjid mengucapkan salam takhiyatul akhir Sholat Maghrib maka si Karmo teman cs yang duduk di sebelahku langsung berbisik dengan nada menghasut ” ayo kita cepat cepat keluar masjid, jika kamu tidak ikut maka kamu akan menyesal…” Begitu kata Karmo sambil meremas pundaku.
Perlahan lahan dia mulai beringsut mengendap endap berjalan mundur sambil menggeret lenganku..
” ayo….mumpung pak Kyai lagi tidak memandang kita…!” Bisiknya dengan nada menekan.
Aku yang terhasut pada bisikanya ikut mengendap endap, setelah sampai di serambi masjid, kami berdua lari sekencang kencangnya menuju pos Kampling yang tidak begitu jauh dari Masjid. Sambil megap megap saya bertanya pada Karmo
” mo mau kemana kita…?” langsung dijawab oleh Karmo sambil ngos ngosan.
” dipinggir desa kebon sebelah rumah lek Naroh tadi siang saya lihat ada ayam alas yang sangat bagus, sebelum ke Masjid tadi saya masih lihat di bawah pohon kopi, ayo kita tangkap mumpung belum diambil orang..!”
begitu jawaban Karmo meyakinkan saya sambil memegang tangan saya.
Dia mulai berjalan melewati kebun jagung yang rimbun, saya mengikutinya dari belakang daun daun jagung yang lebat dan berlugut kami trabas meski tangan dan tubuh terasa gatal luar biasa.
Setelah menyusuri kebun jagung dan melewati kebun kopi yang tidak begitu luas maka di keremangan malam yang mulai gelap sampailah kami berdua di teras samping rumah lek Naroh yang terbuat dari anyaman bambu, terasa sangat gelap karena rumah itu tidak ada penerangan lampu listrik kecuali hanya terlihat kerlip sinar lampu teplok menembus dinding sesek.
Kami duduk mengendap di samping rumah yang ada sumurnya yang tepat di depan kami adalah peceran “air comberan” sehingga nyamuk leluasa berpesta poranmenggerogoti darah kami berdua.
Si Karmo terus membisiki agar saya tidak bersuara dan tidak bergerak dan si Karmo terus meyakinkanku benar benar telah melihat ayam jago di depannya yang jaraknya sekitar 5 meteran padahal saya waktu itu sama sekali tidak melihat apa apa, namun saya tidak berani protes karena kawatir ketahuan orang, kemudian Karmo berbisik pada saya
“ssstttt kamu disini saja jangan berisik saya mau masuk rumah untuk cari bawang merah,…..sttt jangan banyak tanya pokoknya ayam alas itu kalau mencium bau bawang merah maka akan tertidur pulas dan tidak akan lari jika ditangkap”
begitu kata Karmo sambil berjalan mengendap endap menuju pintu belakang rumah lek Naroh, sementara saya masih berdiam mematung sambil menahan amukan nyamuk dan sambil menutup hidung karena menahan bau busuk air comberan di depan saya.
Tidak begitu lama setelah Karmo masuk kedalam rumah untuk mencuri bawang merah, maka tiba tiba di samping saya diantara rimbun pohon pandan saya melihat ada seorang perempuan berjalan saya yakin itu si empunya rumah yaitu lek Naroh, dengan ketakutan dan gemetaran saya hanya semakin diam mematung agar lek naroh tidak melihat saya.
Diantara rasa takut saya lihat dengan jelas lek naroh mengucir (mengikat dengan karet) rambutnya, setelah itu berjalan menuju tumpukan kayu bakar di bawah pohon kopi dan terlihat saat mau mengambil kayu dengan posisi menungging maka tanpa saya duga sama sekali tiba tiba Karmo langsung menubruk lek Naroh dari arah samping dan tangannya langsung menangkap kepala dan kuciran rambut lek naroh, Brukkkk…lek Naroh terjengkang jatuh demikian Karmo juga jatuh dengan posisi masih memegang kuncir rambut lek Naroh.
Lek Naroh berteriak
” rampok …..rampok, begal,… tolong tolong tolong, ada rampok” begitu lek naroh berteriak kencang…
Saking paniknya saya langsung berjingkat lari sekencang kencangnya demikian Karmo juga berlari tunggang langgang tidak karu karuan menerabas segala aral melintang ditengah kegelapan
Antara saya dan Karmo nampaknya berlari berlawanan arah namun dan pada saat berlari maka Karmo sempat mencari mencari saya dengan menyebut dan memanggil manggil nama saya yang tentu saja juga didengar oleh lek Naroh.
Setelah berlari tunggang langgang melewati kebon jagong, kebon kopi dan menyusuri sungai karena saya berlari memutar saking paniknya maka sampailah saya di depan masjid, demikian tidak begitu lama maka Karmo juga sampai. Setelah itu dengan nafas yang masih ngos ngosan Karmo dengan nada yang tidak merasa bersalah sama sekali menyampaikan..
” Sori…ya kuncir rambut lek naroh tadi saya kira itu adalah ekornya ayam alas makanya langsung saya tangkap begitu saja, sumpah saya tidak tahu jika itu adalah kuncir rambut, karena terlihat seperti ekor ayam alas yang sore tadi saya lihat..”.
Karena hati masih merasa kesal, badan terasa capek dan gatel gatel maka saat itu saya tidak menjawab apapun alasan yang di sampaikan Karmo.
Yang saya rasakan pada saat itu adalah rasa gatal disekujur tubuh akibat amukan nyamuk ditambah goresan daun jagung berlugut yang saya terobos dalam pelarian tersebut.
Pagi pagi pada saat berjalan kaki menuju sekolah maka Karmo meminta pada saya agar merahasiakan kejadian semalam dan Karmo bilang akan bertanggung jawab apabila tiba tiba Lek Naroh mengadukan kejadian semalam kepada orang tua saya, karena Lek Naroh pasti mendengar sebutan nama saya yang disebut oleh Karmo pada saat berlari semalam.
Karena sebagai teman CS maka saat itu saya tidak bertanya bagaimana cara dia bertanggung jawab saya hanya mengikuti dan mempercayainya hingga akhirnya kami bersepakat agar merahasiakan insiden salah tangkap ayam malas semalam.
Dan benar nampaknya Karmo kawan saya ini adalah orang yang selalu banyak akal dan sangat tenang menghadapi segala sesuatu, karena beberapa hari kemudian ternyata Karmo dengan sikap yang sangat Kstaria datang kerumah Lek Naroh dan meminta maaf kepada Lek Naroh atas kejadian salah tangkap kuncir rambut dikira ayam alas dan Karmo dengan sangat gentle mengakui semua perbuatanya sendiri tanpa melibatkan saya sama sekali.
Sejak saat itu saya sangat menghormati dan segan dengan sahabatku itu meskipun sekarang kita jarang bertemu karena kesibukan dan aktifitas masing masing namun aku selalu merindukannya dengan segala hal suka duka yang telah berlalu pada masa kecilku bersamanya di desa tanah kelahiran.
—————————————-
Menceritakan masa kecil ibarat melihat bintang jatuh. Membuat kita begitu bersemangat namun kemudian sedikit kecewa karena ia sudah berlalu. Meski tak semua bagian dari masa kecil terisi cerita indah namun demikian adalah memori indah yang tak terlupakan.
Itulah kisah yang tertoreh untuk mengingat masa kecil yang merupakan refleksi kerinduan mendalam atas kebahagian masa kecil yang sudah terlewati dan secuil penggalan cerita diatas adalah benar benar pengalaman pribadi ketika masih kecil yang saya lalui di Desa tanah kelahiran bersama teman teman yang sangat saya rindukan.
Jika kita bisa memutar waktu maka rasanya ingin mengulang kisah karena menyenangkan rasanya dan ingin kembali ke masa seperti itu lagi, dimana hanya bermain dan bermain tanpa harus memikirkan suatu beban pikiran.
————————————-
“Kangen masa kecil yang selalu polos dan tidak ada rekayasa dalam pertemanan.”
———————————–
———————————–
Solo, 12/06/21.
01.36 WIB
Berita dengan Judul: Rinduku Pada Masa Kecil di Desa pertama kali terbit di: Berita Terkini, Kabar Terbaru Indonesia – Liputan4.com oleh Reporter : Jarkoni