inFAKTA.com. Medan- Anggota DPRD Medan Renville Napitupulu menyebutkan Pemerintah dan Masyarakat Kota Medan mewaspadai terhadap penyebaran kasus Demam Berdarah Dengeu (DBD) yang setiap bulannya selalu terjadi kasus tersebut hingga menyebabkan kematian.
Berdasarkan data dinas kesehatan kota Medan Pada tahun 2021 kasus DBD jumlahnya mencapai 600 orang, namun meningkat secara signifikan di tahun 2022 menjadi 1.405 dan di tahun 2023 setiap bulannya kasus DBD selalu terjadi mulai dari Januari hingga Juni sudah 437 dan dua orang diantaranya meninggal dunia.
Menurut Renville Pemerintah Kota Medan terutama dinas Kesehatan haruslah serius dalam melakukan pencegahan sejak dini dan meminta masyarakat tetap waspada serta selalu menjaga kebersihan lingkungan dengan menerapkan 3-M (Menguras,Menutup dan Mengubur).
“Saya harap kita semua berhati- hati kasihan nanti anak cucu kita, mari bersama kita sepakati untuk menjaga kebersihan jangan sampai ada aliran air drainase yang tergenang alias tidak mengalir, tumpukan sampah itu harus dibersihkan. “Kata Renville Napitupulu kepada wartawan. Rabu, 21/06/2023.
Renville menyebutkan, untuk mengantisipasi tidak terjadinya lebih banyak lagi korban jiwa akibat wabah DBD, PSI Kota Medan sudah menyediakan fooging gratis yang siap kapan saja datang kerumah atau lingkungan warga untuk di semprotkan guna mencegah penyebarannya.
“Kalau ada warga yang rumahnya mau kita semprot saya paling pertama nanti datang. Silahkan nanti hubungi saya. Apalagi fooging kita aman dan nyaman, tidak berbunyi, dan tidak bau. Jadi kalau warga sedang santai dirumahnya tidak akan terganggu karena foging yang saya lakukan sama sekali tidak menggangu warga. “Urainya.
Lebih lanjut Renville juga mengkritisi kebijakan puskesmas dan dinas kesehatan kota Medan yang sepertinya tidak serius mengantisipasi penyebaran DBD sehingga setelah ada korban dulu berjatuhan barulah foging dilakukan.
“Saya minta maaf dulu ya sebenarnya saya juga bingung ini. Sepertinya saya harus pindah dulu ini duduk di komisi dua DPRD Medan khusus bidang kesehatan, karena laporan setiap hari yang saya lihat dan saya dengar dari warga adalah setelah orang terkena DBD dan meninggal dunia barulah di foging oleh puskesmas, ini berarti sama saja kita membiarkan ada korban dulu baru kita atasi. Jadi itu sebenarnya yang menjadi polemik bagi saya. Karena beberapa contoh kasus, warga harus laporan dulu kekantor kelurahan nah baru setelahnya fooging dilakukan oleh puskesmas, padahal orangnya dah meninggal. “Tegasnya.
Lebih lanjut, Politisi dan Ketua DPD Partai Solidaritas Indonesia Medan ini menyebutkan ke depan diharapakan kepada Pemerintah Kota Medan yaitu Dinas Kesehatan agar fokus terhadap masalah kesehatan terutama dalam kasus DBD yang hari ini angkanya masih cukup tinggi. Bukan hanya fokus penyakitnya saja namun bagaimana upaya pencegahan nya.
“Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Jangan setelah banyak korban baru dilakukan upaya pencegahan . Itu yang salah. “Tutup Renville.
Michael J Pasaribu