Berita  

Releksi Dalam Haul Gus Dur, Belajar Menertawakan Diri Kita Sendiri

releksi-dalam-haul-gus-dur,-belajar-menertawakan-diri-kita-sendiri

Releksi Dalam Haul Gus Dur, Belajar Menertawakan Diri Kita Sendiri

LIPUTAN4.COM, Salatiga- Sosok Gus Dur adalah sosok yang tidak akan habis untuk di teguk segala keteladananya. Semasa hidup dianggap kontroversi, segala sikap dan ucapanya tak jarang menuai banyak polemik – lebih lebih bagi orang orang yang berseberangan dengan beliau maka segala tindakan Gus Dur selalu ditanggapi dengan sikap yang skeptis dan nyinyir.


Gus Dur dan segala ide idenya selalu tampil diluar jangkauan pemikiran orang pada umumnya, Gus Dur selalu menggunakan jalur berfikir diluar mainstream. Bagi oang awam bahkan bagi para intelektual sekalipun sering gagal paham untuk bisa memahami pikiran dan gagasan-gagasan Gus Dur secara simultan. Gus Dur semasa hidupnya memang adalah sosok yang sangat unik dan nyleneh bahkan dianggap gila namun pada kenyataannya Gus Dur sebagai manusia dianggap telah mampu mewujudkan diri dalam kehidupan secara multi dimensional.

Gus Dur adalah sosok multitalent karena dalam satu waktu hidupnya, beliau sekaligus bisa bermetamorfosis menjadi seorang ulama – Kyai, seorang seniman, seorang budayawan, seorang politisi, seorang ilmuwan, seorang negarawan bahkan juga sebagai seorang santri yang dapat menjelma sebagai seorang presiden sekalipun. Banyak kisah kisah teladan tertoreh dalam penggalan kisah hidupnya yang membekas secara manis bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, bukan hanya kaum nahdliyin namun juga masyarakat lain lintas agama, suku maupun golongan.

Banyak diantara tokoh tokoh nasional maupun internasional yang sempat berdekatan dengan Gus Dur sewaktu masih hidup telah memberikan kesan yang positif terhadap Gus Dur yang lain selebihnya kemudian menjuluki Gus Dur dengan sebutan manusia genius, karena Gus Dur dianggap telah mampu menjalani proses hidup yang teraktualisasi dalam cara berpikir yang positif sehingga mampu membuat loncatan berfikir yang jauh dan tinggi melampaui masanya, hal inilah yang kemudian menjadi kontroversi bagi mereka yang gagal paham.

Waktu itu sering muncul polemik di tengah tengah kehidupan masyarakat terkait dengan ucapan dan sikap Gus Dur, bagi yang tidak paham dan sudah terlanjur nyinyir pada Gus Dur maka ada yang menyebut Gus Dur abnormal bahkan majnun. Padahal setelah sekian waktu berjalan apa yang disampaikan oleh Gus Dur benar benar terbukti yang baru disadari jika ketidaknormalan segala sikap dan ucapan Gus Dur justru sebagai sesuatu hal yang sangat genius, intuitif, lurus dan apresiatif yang bervisi kedepan.

Jika dahulu ada yang menyebut Gus Dur gila, maka selanjutnya dapat terjawab Gus Dur memang “gila” yang tidak diartikan sebagai gila karena kehilangan ingatan atau terputusnya sel sel syaraf otaknya, tetapi justru kelebihan dan tersambungnya sel sel syaraf otak beliau yang sangat kuat dan presisi sehingga mampu berpikir lebih enegik untuk melompat melampaui masanya. Bertolak dari indikasi cara berfikir Gus Dur maka paling tidak dapat terbaca jika memori otak Gus Dur sangat kuat dan luar biasa melebihi memori otak manusia pada umumnya, sebab sel syaraf otak yang sudah berlebih tersebut ternyata ditunjang pula dengan gairah spritualitas yang tinggi, sehingga sensifitas indra yang dimiliki mampu secara maksimal menunjang cara berfikirnya sehingga cara kerja fikir Gus Dur adalah labirin yang sangat komplek jika dirunut dengan pola berdikir manusia pada umumnya.

Releksi Dalam Haul Gus Dur, Belajar Menertawakan Diri Kita Sendiri

Segala keanehan Gus Dur menjadi citra yang unik karena telah ditopang dengan kekuatan daya tingkat tinggi kecerdasan berpikir yang di suport pula dengan daya intuitif yang terproses dari laku sprititual yang disiplin sehingga Gus Dur dianggap telah mampu secara sempurna menginternalisasi antara kecerdasan otak dengan dorongan bathin yang tajam, hal inilah yang selanjutnya menjadikan Gus Dur sebagai sosok yang hidup melampaui masanya karena memang penuh dengan kejutan.

Gus Dur memang milik semua umat, buktinya Gus Dur sangat dicintai oleh semua golongan hal ini yang menjadikan Gus Dur sebagai seorang tokoh pluralisme, hal ini cukup beralasan sebab segala proses hidup Gus Dur dianggap telah purna didalam melakukan bergaulan yang sangat luas dengan berbagai tokoh lintas agama, budaya, aktivis, etnis dan golongan bahkan Gus Dur mampu mengikis jarak dalam jurang pemisah dalam premis pemikiran – idiologi kanan maupun kiri.

Meski Gus Dur berlatar belakang santri yang pada akhirnya lekat dengan predikat seorang Kyai yang tidak hanya duduk dimenara gading kepesantrenan sehingga Gus Dur sedemikian luwes didalam menciptakan optik alternatif sebagai problem solver. Gus Dur adalah orang yang mampu menghilangkan segala sekat sekat perbedaan melalui apresiasi terhadap karya budaya tanpa diskriminasi dengan konsep dan kerangka berpikir adalah membela yang benar, membela yang lemah dan orang-orang yang teraniaya dan orang orang minoritas. Inilah medium humanisme dalam rekam jejak pemikiran Gus Dur.

Gus Dur yang merupakan seorang intelektual yang genius, segala kekomplekfitasan konsep dan kerangka berpikirnya sering diekspresikan dalam bentuk joke joke yang jenaka bernada satire. Guyonan Gus Dur tersebut selanjutnya dikenal sebagai salah satu metode untuk menjaga kewarasan manusia di tengah pahitnya realita. Guyonan yang diajarkan Gus Dur adalah salah satu cara kita belajar menertawakan diri kita sendiri.

Ngono Wae Kok Repot..!!!!!
Hi Hi Hi Hi Hi

Pesan yang tertempel dalam benak untuk refleksi Haul Gus Dur yang diselenggarakan oleh PCNU Kota Salatiga, Jumat, 7/01/22. Di Rumah Makan Banyubening, Jl. Patimura Salatiga yang dihadiri oleh Poro Masyayikh PCNU Salatiga, seluruh pimpinan Banom dan Pengurus PKB DPC Kota Salatiga adalah :
” Rentenir memang melakukan kerja manipulatif, karena ia mengambil keuntungan dari penderitaan orang lain. Sementara Tuhan tidak memanipulasikan apa-apa. Yang diberikan-Nya hanyalah kehidupan itu sendiri. Terserah mau diapakan oleh manusia, dijadikan ajang pengrusakan, atau lahan penyejahteraan hidup”.

Lantas bagaimana kabar toleransi di Kota Salatiga….??

———————————————————————————
Bersambung…….

———————————————————————————
* Esai dalam Haul Gus Dur sekaligus tasyakuran Muktamar NU Ke 34 di Rumah Makan Banyubening, Jl. Patimura Salatiga. 7/01/22.
Oleh : @ Sofyan Mohammad**
———————————————————————————
** Penulis adalah anggota NU dan Penggemar Gus Dur

Berita dengan Judul: Releksi Dalam Haul Gus Dur, Belajar Menertawakan Diri Kita Sendiri pertama kali terbit di: Berita Terkini, Kabar Terbaru Indonesia – Liputan4.com oleh Reporter : Jarkoni