Berita  

Rekaman Satelit yang Luar Biasa Menguak Perubahan Drastis di Permukaan Bumi

rekaman-satelit-yang-luar-biasa-menguak-perubahan-drastis-di-permukaan-bumi

Program Landsat telah mengumpulkan lebih dari 10 juta gambar satelit yang memperlihatkan keadaan permukaan Bumi selama 50 tahun terakhir. Sejak peluncuran pertamanya pada 23 Juli 1972, tujuh satelit lain — tiga di antaranya masih beroperasi, sedangkan satu satelit gagal mengorbit — telah mengabadikan keagungan planet kita yang luar biasa, serta mengawasi perubahannya yang drastis akibat ulah manusia.

Hasil kolaborasi NASA dan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), satelit Landsat menangkap jalur citra selebar 185 kilometer di atas permukaan Bumi. Berkat kehadirannya, kita dapat menyaksikan secara cuma-cuma penampakan gurun pasir bergelombang, kepulauan terpencil, wilayah perkotaan yang luas, dan sungai bercabang yang menyerupai pembuluh darah.


Selain menyediakan data untuk keperluan ilmiah, program ini mengilhami proyek “Bumi sebagai Seni” yang menyoroti bidikannya yang paling menawan. Akan tetapi, gambar-gambar ini pulalah yang menjadi pengingat betapa besarnya peran manusia memengaruhi permukaan Bumi. Landsat telah memantau kebakaran hutan yang semakin ekstrem, dan mengukur kerusakan yang ditimbulkan badai. Hasil jepretan satelit juga memperlihatkan danau yang kian hari makin kering, lahan pantai yang terkikis dan penggundulan hutan besar-besaran.

Gambar Landsat 7 dan Landsat 8 memperlihatkan banjir yang merendam wilayah sekitar pantai teluk Texas, Amerika Serikat, usai dihajar Badai Harvey pada Agustus 2017. Foto: NASA/USGS
Gambar Landsat 7 dan Landsat 8 memperlihatkan banjir yang merendam wilayah sekitar pantai teluk Texas, Amerika Serikat, usai dihajar Badai Harvey pada Agustus 2017. Foto: NASA/USGS
Kazakhstan Timur yang diabadikan oleh Landsat 8. Foto: NASA/USGS
Kazakhstan Timur yang diabadikan oleh Landsat 8. Foto: NASA/USGS

Landsat 1 relatif sederhana dibandingkan dengan satelit-satelit penerusnya yang jauh lebih modern dan canggih. Namun, wahana antariksa tersebut, yang pensiun pada 1978, akan selalu dikenal sebagai “gelombang masa depan”.

“Satelit itu jelas telah merevolusi cara kita mengamati Bumi seiring berjalannya waktu,” terang Jim Irons, ilmuwan yang telah puluhan tahun menjalani program Landsat di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA, saat dihubungi bersama rekan kerjanya Temilola Fatoyinbo.

“Walaupun sekarang kita memiliki banyak sekali data beresolusi tinggi yang jauh lebih menakjubkan, kita masih bisa membandingkannya dengan Landsat,” kata Fatoyinbo, ilmuwan yang mendalami ekosistem pesisir di Laboratorium Ilmu Biosfer Goddard, menimpali. “Hanya dengan Landsat kita mampu membandingkan dan mengamati tempat yang sama di Bumi seiring berjalannya waktu.”

Mata Sahara
Landsat 8 mengabadikan “Mata Sahara”, fenomena pusaran raksasa yang terbentuk di dekat tepi barat Gurun Sahara. Foto: NASA/USGS

Kondisi Bumi yang diamati Landsat 1 sudah banyak berubah, dan itu terlihat dalam setiap bidikan satelit-satelit terbaru hingga Landsat 9. Para ilmuwan telah memperingatkan dampak parah perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia, yang berasal dari emisi gas rumah kaca hasil pembakaran bahan bakar fosil. Konsekuensinya yang luar biasa telah berhasil didokumentasikan dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya selama 50 tahun terakhir. 

Irons menyebut Landsat bisa sangat berguna dalam memahami dampak perubahan iklim yang terjadi melalui berbagai cara, mengutip hasil pengamatan “pencairan gletser, deforestasi dan kerusakan hutan Amazon, pertumbuhan kota, [serta] perubahan ekosistem yang semuanya mencerminkan perubahan iklim”.

“Bagiku yang fokus mempelajari wilayah pesisir, saya melihat banyak sekali perubahan yang terjadi,” ungkap Fatoyinbo. “Penampakan deforestasi dan perubahan wilayah pesisir sama-sama mengejutkan untuk dilihat.”

Fig2_1.jpg
Gambar Landsat mengabadikan perubahan Mississippi Delta selama 30 tahun terakhir. Kiri ke kanan: 1973, 1989, 2003. Foto: USGS/NASA Landsat.

Landsat juga memperhatikan bagaimana alam semakin tergerus kepentingan manusia. Banyak kerusakan yang terjadi di seluruh dunia akibat pembangunan wilayah perkotaan dan pembukaan lahan pertanian. Mungkin sulit bagi manusia menerima perubahan yang amat menakutkan ini, tapi katalog citra satelit Landsat menyajikan argumen pamungkas untuk tindakan dan penyelesaian yang dibutuhkan guna menghadapi tekanan antropogenik.

Landsat tak hanya menyuguhkan pemandangan planet secara menakjubkan dari luar angkasa, melainkan juga mengekspos kerapuhannya—serta kerapuhan para penghuninya—dalam konteks kosmik. Program ini mengajak kita merenungkan kembali apa yang telah kita perbuat selama ini, dan betapa pentingnya Bumi bagi kehidupan kita.

“Kita sekarang sangat berfokus pada efek antropogenik di seluruh dunia. Banyak waktu yang telah kita habiskan untuk melihat akibat dari bencana, kebakaran hutan dan pertumbuhan kota. Tapi terkadang, ada baiknya kita mengenang kembali gambar-gambar ‘Bumi sebagai Seni’ dan menyadari betapa indahnya mengamati Bumi dari angkasa,” simpul Irons. “Dengan adanya data Landsat, kita semua bisa membayangkan rasanya jadi astronot yang melihat Bumi dari atas sana.”