Lebih dari satu abad yang lalu, penjelajah Sir Ernest Shackleton berambisi mengukir namanya sebagai orang pertama yang melintasi Antartika melalui Kutub Selatan. Namun, kapal yang ditumpanginya tenggelam di tengah perjalanan.
Kisah penyelamatan diri Shackleton dan kru yang luar biasa memulai pencarian panjang untuk menemukan bangkai kapal Endurance yang terperangkap dalam es. Selama ini, para ilmuwan hanya bisa berharap kapal yang tenggelam di Antartika pada 1915 meninggalkan bongkahan atau semacamnya. Tapi siapa sangka, Endurance berhasil ditemukan dalam kondisi masih terjaga utuh pada Rabu (9/3).
Penemuan tersebut dikomandoi oleh Falklands Maritime Heritage Trust melalui tim ekspedisi Endurance22.
“Endurance telah ditemukan,” bunyi twit tim ekspedisi, memamerkan foto buritan kapal yang namanya masih tertera di atas logo bintang lima.
“Kami berhasil menyelesaikan pencarian bangkai kapal paling menantang di dunia,” ujar John Shears, yang menangani geografi kutub selama ekspedisi, dalam pernyataan resminya.
Sementara itu, sejarawan Dan Snow mengungkapkan betapa takjubnya dia melihat bangkai kapal masih utuh dalam akun Twitter pribadi.
“Tidak ada mikroorganisme pemakan kayu di dasar laut Antartika, sehingga airnya sejernih air suling,” terangnya. “Kami bisa mengabadikan bangkai kapal dalam definisi tinggi. Hasilnya sangat menakjubkan.”
Kru Shackleton berlayar di atas Endurance untuk menjalani ekspedisi Imperial Trans-Antarctic yang berlangsung dari 1914 hingga 1917. Petualangan mereka menghadapi banyak hambatan, termasuk kondisi lingkungan yang ekstrem dan keras.
Dia dan ke-27 awaknya terdampar di Laut Weddell setelah kapal terperangkap dalam gumpalan es pada 21 November 1915. Selama berbulan-bulan, mereka berjuang untuk tetap hidup di tengah cuaca dingin yang menggigit. Mereka berkemah di atas bongkahan es hingga meleleh pada April 1916. Dari situ, mereka naik sekoci untuk menyelamatkan diri ke Pulau Gajah, lalu menuju ke arah Georgia Selatan, yang berjarak sejauh 1.300 kilometer.
Tim ilmuwan Shears menaiki kapal pemecah es S.A. Agulhas II milik Afrika Selatan untuk melihat langsung bangkai kapal yang terkubur di bawah lautan es. Endurance dinobatkan sebagai monumen bersejarah dalam Perjanjian Atlantik, sehingga mereka tidak berani menyentuh kapalnya. Meskipun demikian, para ilmuwan tertarik melakukan penelitian lebih lanjut terhadapnya.
“Kami ingin memperkenalkan kisah Shackleton dan Endurance kepada generasi baru, yang akan diberi kepercayaan untuk melindungi wilayah kutub dan planet. Kami harap temuan ini dapat menginspirasi anak muda dan memberi mereka keberanian dan ketabahan seperti yang dimiliki para penjelajah Endurance di Antartika,” kata Mensun Bound, direktur ekspedisi, dalam pernyataan resmi.