Selama ini, video game lebih sering dikaitkan dengan hal-hal negatif, seperti menurunkan fungsi otak dan menghambat perkembangannya. Namun, penelitian terbaru menunjukkan, bermain game dapat melatih kemampuan kognitif dan motorik seseorang ketika diterapkan dalam konteks medis.
Buktinya, game virtual reality (VR) dinilai jauh lebih efisien dalam melatih ribuan ahli bedah di seluruh dunia jika dibandingkan dengan pelatihan tradisional. Teknologi ini bahkan dinobatkan sebagai penemuan terbaik tahun 2019 menurut majalah Times. Selain itu, video game memberikan dukungan emosional dan sosial yang begitu besar bagi anak-anak yang dirawat di rumah sakit dan juga keluarga mereka. Para ilmuwan kini berusaha menjadikan video game sebagai alat mempertahankan fungsi otak orang tua.
Ilmuwan di Pusat Neuroscape Universitas California tengah mengeksplorasi efek video game yang sengaja dikembangkan untuk meningkatkan fungsi kognitif yang menurun seiring bertambahnya usia. Mereka telah mengumpulkan sejumlah video game yang dipercaya mampu melakukan tugas ini, seperti memperbaiki memori jangka pendek dan panjang, serta meningkatkan perhatian pada orang lanjut usia. Co-creator Adam Gazzaley optimis game ciptaannya dapat dimanfaatkan sebagai bentuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Salah satu game yang diuji adalah game ritme musik yang dikembangkan bersama drummer band Grateful Dead, Mickey Hart.
Video game tersebut mengajarkan 47 orang lansia berusia antara 60-79 untuk bermain drum. Para peneliti melaporkan, setelah bermain game, para peserta menunjukkan peningkatan dalam kemampuan mengingat wajah. Hasil penelitiannya diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) pada awal Oktober lalu.
Sebelum eksperimen dimulai, para peserta dites untuk mengingat wajah yang mereka lihat beberapa detik lalu. Tesnya bertujuan mengukur kapasitas memori jangka pendek mereka. Setelah itu, mereka diberi pelatihan bermain game ritme musik atau pencarian kata selama delapan minggu. Para peneliti merekam pola aktivitas listrik di otak peserta sebelum dan sesudah pelatihan.
“Hanya pelatihan ritme musik yang mampu meningkatkan memori wajah, yang dikaitkan dengan peningkatan aktivitas di wilayah parietal superior otak pada saat mengenali dan mengingat wajah,” demikian bunyi penelitiannya.
Daerah parietal superior di otak mengatur fungsi atensi dan mencerna informasi visual. Dari temuannya, para peneliti menyimpulkan otak lansia menjadi lebih fokus pada suatu tugas setelah mereka melakukan latihan ritme musik pakai video game. Informasi itu terekam dalam memori, dan mereka mampu mengingatnya kembali ketika diperlukan.
“Tampaknya ini menjadi aspek kontrol perhatian dari memori… hal itu mengarahkan perhatian kamu hingga mampu mengodekan informasi ke dalam memori dan kemudian mengingatnya kembali,” peneliti bernama Theodore Zanto memberi tahu NewScientist.
Berbagai studi telah mencapai kesimpulan serupa. Video game diketahui dapat meningkatkan kinerja memori anak-anak hingga bertahun-tahun kemudian, bahkan setelah mereka berhenti main game. Lalu ada penelitian yang menemukan latihan musik (di luar video game) memiliki efek positif pada memori visual dan perhatian seseorang.
Dua game lain yang dikembangkan Neuroscape juga memiliki efek serupa. Video game motion-capture meningkatkan tekanan darah, keseimbangan dan atensi pada orang dewasa sehat, sedangkan video game VR mampu meningkatkan kemampuan memori jangka panjang.
“Semua latihan ini terjadi dengan cara yang sangat personal dan menyenangkan, dan otak kita merespons melalui proses yang disebut plastisitas,” kata Gazzaley dalam siaran pers. “Pengalaman merupakan cara ampuh mengubah otak, dan kami dapat membuat perubahan dengan bentuk pengalaman yang mudah diakses.”
Follow Romano Santos di Instagram.