India menyalip Brasil sebagai negara kedua yang paling terdampak COVID-19 pekan ini, dengan jumlah kasus positif lebih dari 13 juta orang.
Namun, pada Senin, puluhan ribu orang India memadati Sungai Gangga untuk mandi bersama dalam Kumbh Mela, festival keagamaan Hindu yang diadakan setiap 12 tahun sekali.
Dalam sebulan terakhir, jutaan umat Hindu berkumpul di kota suci Haridwar, Uttarakhand, untuk merayakan Kumbh Mela. Foto ribuan lelaki berdesakkan tanpa masker viral di internet, menuai kritik di tengah gelombang kedua virus corona yang mematikan.
Pejabat setempat memperkirakan lebih dari tiga juta warga menghadiri ‘Shahi Snan’, ritual mandi bersama di Sungai Gangga yang diyakini mampu membersihkan dosa. Sejauh ini, tercatat 102 pengunjung — termasuk jemaah dan orang suci — tertular COVID-19 usai berpartisipasi dalam ritual.
Pakar kesehatan telah mendesak agar acaranya dibatalkan, tetapi pemerintah Uttarakhand memutuskan untuk tetap melangsungkan Kumbh Mela. Ketua Menteri memastikan penerapan protokol kesehatan secara ketat selama festival berlangsung. Mereka mengklaim mewajibkan hasil tes negatif, memeriksa suhu, dan memasang kamera CCTV berteknologi AI untuk melacak para pengunjung yang tidak memakai masker. Akan tetapi, liputan berita dan foto-foto mengungkapkan pengunjung tidak mengindahkan aturan jaga jarak.
Inspektur Jenderal Kumbh Mela Sanjay Gunjyal mengaku kesulitan mengatur pengunjung untuk tetap jaga jarak selama hari kedua ‘Shahi Snan’ pada 11 April. Aparat khawatir akan terjadi situasi yang lebih buruk jika mereka memberlakukan aturan tersebut. Di sisi lain, pakar khawatir ritual mandi bersama dapat meningkatkan penyebaran virus ke negara bagian lain.
Warganet dan jurnalis menyayangkan politikus dan sejumlah kanal berita mainstream yang menutup mata terhadap Kumbh Mela. Padahal saat Jamaah Tabligh tahun lalu, banyak orang berlomba-lomba mempermasalahkannya — bahkan ada yang menyebut acaranya “jihadi” dan “super spreader”.
India saat ini mengalami lonjakan kasus COVID-19 tertinggi dalam satu hari, diperparah oleh kurangnya persediaan vaksin dan ranjang rumah sakit di sejumlah negara bagian.
Follow Shamani di Instagram dan Twitter.