JAKARTA – Di masa yang akan datang jumlah penduduk dunia akan terus mengalami peningkatan. Dengan semakin banyaknya jumlah penduduk maka manusia akan semakin tinggi resiko untuk bertemu orang yang memiliki perbedaan pandangan, khususnya tentang beragama.
Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, S.U menyatakan, agar tidak terjadi gesekan antar manusia perlu pemahaman beragama yang benar dan tepat dalam pergaulan manusia sehari-hari.
“Di sini dibutuhkan kalau saya menyebut substansialisasi, jadi kita hatus menangkap hakikat dasar filosofis dari agama itu, sehingga kita bisa mengedepankan kemanusiaannya,” kata Abdul Munir di Podcast Aksi Nyata Perindo, Senin (19/12/2022).
Ia melanjutkan, semua agama memiliki keyakinan kebenarannya masing-masing. Untuk itu, masyarakat yang beragama merasa apa yang berbeda dengan yang mereka yakini adalah sesuatu yang salah.
Agar bisa berdampingan dengan manusia yang memiliki perbedaan khususnya dalam hal agama, menurutnya kita perlu memasuki dimensi spiritualnya. Menurutnya, manusia zaman sekarang kerap kali mematerialisasi wujud tuhan. Padahal, wujud tuhan tidak bisa ditafsirkan secara tepat oleh nalar manusia.
“Sehingga Tuhan yang maha sempurna dimaterialisasi jadi terbatas, kalau sudah kita miliki tidak bisa dimiliki orang lain,” ujarnya.
Menurut agama islam, Abdul Munir menyebutkan Tuhan tidak bisa dicitra seperti apa. Dengan demikian, setiap individu mempunyai hak untuk mencitrakan Tuhan sesuai keyakinan mereka masing-masing.
“Kita harus menghormati itu, dengan jalan begitulah kita bisa hidup bersama dengan yang lain yang berbeda,” ucapnya.
Berita dengan judul: Prof. Abdul Munir Mulkhan: Tuhan Tidak Bisa Dimaterialisasi pertama kali tampil pada LIPUTAN4.COM. Reporter: taufik