Dalam proses pemilu yang sama sekali tidak mengejutkan, Teodoro Obiang Nguema, Presiden Republik Guinea Khatulistiwa (dalam bahasa Inggris Equatorial Guine) kembali terpilih. Teodoro meraup 99 persen dukungan, memperpanjang masa jabatannya yang kini sudah mencapai 43 tahun.
Bagi pembaca yang belum tahu, ada banyak presiden di luar sana yang masa jabatannya lebih lama dari Suharto. Teodoro ini bahkan memegang rekor sebagai presiden paling lama menjabat berturut-turut di dunia.
Pemilu di Guinea Khatulistiwa berlangsung pada 19 November 2022, secara serentak mencakup pemilihan presiden, anggota legislatif, sampai pemilihan bupati/walikota. Berdasarkan perhitungan resmi, Teodoro meraup 67 ribu suara. Sementara kandidat presiden lain yakni Andres Enono dan Monsuy Asumu Buenaventura, kalau digabung dukungan keduanya tidak lebih dari 200 suara.
“Ini kemenangan mutlak bagi partai dan presiden petahana,” ujar Wapres Teodorin Obiang Nguema, yang “kebetulan” masih anak kandung Teodoro. “Kemenangan ini berkat karisma presiden kita yang selalu mengupayakan agar agenda pembangunan dapat dilanjutkan di Guinea Khatulistiwa.”
Teodoro Obiang kini sudah berusia 80 tahun. Dia pertama kali menjabat sebagai presiden pada 1979, setelah menyingkirkan pamannya sendiri Francisco Macías Nguema, lewat kudeta. Nguema adalah bapak bangsa Guinea Khatulistiwa, yang menjadi tokoh penting kemerdekaan negara di kawasan Afrika Tengah itu dari Kerajaan Spanyol.
Namun Teodoro Obiang yang pernah menuding pamannya sebagai diktator sehingga perlu dilengserkan lewat kudeta, ternyata juga menyukai kekuasaan. Buktinya, dia selalu menang telak di setiap pemilu Guinea Khatulistiwa. Apakah rakyat segitu cintanya pada Obiang? Sebenarnya sih tidak ya. Catatan dari lembaga pemantau HAM di Afrika menyatakan Obiang rutin menangkapi oposisi, serta mengerahkan militer untuk mengintimidasi masyarakat agar memilih dirinya. Di Ibu Kota Malabo selama pemilu, yang lebih banyak terlihat adalah tentara dibanding masyarakat antre ke TPS.
Jika Teodoro Obiang kelak meninggal, banyak pihak meyakini putranya Teodorin, yang sekarang sudah dijadikan wapres, akan meneruskan kekuasaan dinasti politik ini. Keluarga Obiang dikenal sebagai salah satu politikus paling korup di dunia, serta bergaya hidup mewah meski mayoritas rakyat Guinea Khatulistiwa hidup di bawah garis kemiskinan. Ini bukan cuma rumor. Teodorin pada 2021 sudah dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Prancis karena terlibat kasus korupsi.
Aset properti Teodorin senilai jutaan dollar di Amerika Serikat dan Swiss juga telah disita, karena terkait dengan pengemplangan pajak. Teodorin tidak pernah hadir di pengadilan, dan berkukuh kalau dia tidak pernah korupsi. Dia merasa wajar meski gajinya sebagai wapres “hanya” US$5000 per bulan, namun sanggup membeli vila seharga US$124 juta di Paris.
Guinea Khatulistiwa merupakan salah satu negara kecil yang dikaruniai ladang minyak produktif di Benua Afrika. Ironisnya, tidak seperti Brunei, kekayaan minyak itu tidak dirasakan rakyat. Data terbaru menunjukkan 67 persen penduduk Guinea Khatulistiwa masuk kategori miskin absolut.