Ketika mendengar istilah binaraga, kalian pasti akan membayangkan lelaki atau perempuan berbadan kekar yang rutin latihan angkat beban untuk membentuk otot. Namun bagi Soumen Halder, dibutuhkan keberanian dan ketekunan luar biasa untuk diakui sebagai binaragawan andal.
Lelaki 33 tahun dari Kolkata, Benggala Barat telah menderita polio paralitik sejak masih balita. Fungsi motorik pada bagian bawah pinggangnya tidak bekerja secara normal. “Saya diberi obat tetes polio yang sudah kedaluwarsa,” ungkap Soumen. Hingga 2019, hampir setengah dari kasus polio di dunia berasal dari India. Penyakit infeksi menular tersebut sangat sulit dibasmi karena minimnya akses kesehatan yang memadai di negara ini.
“Umurku baru satu tahun waktu itu. Saya masih ingat saat ibu bilang bahwa anggota tubuh saya berisiko lumpuh,” kenangnya. Untung saja, hanya kedua kakinya yang lumpuh.
Ketika dia berusia 17, teman Soumen mengundangnya ke tempat gym dan memperlihatkan foto binaragawan difabel yang tak sengaja dia temukan. “Dia menyemangatiku untuk mengalahkan mereka, dan saya merasa menemukan tujuan hidup. Saya mulai berolahraga di sana, tapi teman-teman menyuruhku berhenti karena malu berolahraga bersamaku.”
Ibu Soumen menasihati agar dia pantang menyerah dan tidak perlu memedulikan apa kata orang. Dia akhirnya mengganti jadwal dan terus berlatih, meski orang-orang di sekitar heran kenapa dia tetap melakukannya.
Semakin gigih dia berlatih, semakin ketat pula dietnya. Soumen membutuhkan banyak asupan protein yang terlalu mahal untuknya. “Ibu tidak pernah mengeluh, dan bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhanku. Ibu satu-satunya dukungan yang kumiliki,” tutur Soumen. Sayang sekali, sang ibu meninggal dunia beberapa bulan sebelum dia memenangkan kejuaraan pada 2016. “Ibu tidak menyaksikan langsung kesuksesanku. Saya sedih setiap kali memikirkannya.”
Dia meraih posisi kedua dalam kejuaraan Mr India yang diselenggarakan Federasi Kebugaran Dunia pada 2018, dan juara pertama dalam Kejuaraan Asia Pasifik setahun kemudian.
Soumen juga melatih siapa saja yang tertarik dengan binaraga. Dia hanya memasang tarif 50 Rupee (Rp10 ribu) ketika melatih murid pertamanya pada 2011. “Dia memenangkan kejuaraan di seluruh India dan Asia, lalu bergabung dengan Angkatan Darat India. Saya jadi termotivasi untuk melatih lebih banyak orang.”
Dia melatih lebih dari 20 murid selama berjam-jam di tempat gym tradisional yang disebut akhara. “Saya ingin memberikan mereka dukungan yang tidak saya dapatkan dulu. Saya tak ingin mereka mengalami itu.”
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Soumen bekerja sebagai kontraktor di bidang pengadaan tenaga kerja untuk pemerintah negara bagian. Menurutnya, India kurang memberikan dukungan terhadap dunia olahraga, khususnya binaraga. “Orang-orang hanya menghormati pemain kriket,” keluhnya.
Soumen berharap bisa mendirikan tempat gym miliknya pribadi suatu saat nanti. “Saya ingin mewariskan semua yang telah saya pelajari dan membantu generasi selanjutnya dalam bidang ini.”
Fotografer Avijit Ghosh mengabadikan perjuangan Soumen dalam proyek fotonya. “Saya menyaksikan bagaimana atlet India berjuang keras karena kurangnya sumber daya,” Avijit memberi tahu VICE. Dia ingin menangkap kegigihan manusia. Ketika menemukan Soumen di Facebook, Avijit berpikir “kisah seperti inilah yang ingin saya abadikan.”
“Saya banyak belajar darinya. Sikap optimis Soumen tampaknya muncul dari segala kesulitan yang dilalui semasa muda. Saya harap bisa menunjukkan kepada dunia seberapa besar perjuangannya dan bagaimana Soumen mengubah dunia binaraga [di India].”
Follow Jaishree di Twitter dan Instagram.