Seorang penduduk di Kota Shanghai sedang naik metro pada 19 Oktober lalu, ketika notifikasi AirDrop mendadak muncul di iPhone-nya. Tulisan notifikasinya seperti ini: “iPhone Xi Jinping berniat berbagi foto denganmu.”
Ketika permintaan transfer data itu diiyakan, hapenya lantas mengunduh sebuah poster mengkritik kepemimpinan otoriter Xi Jinping, Ketua Partai Komunis Tiongkok sekaligus presiden negara itu yang sangat berkuasa. “Mari kita tolak diktator, totalitarianisme dan otokrasi,” demikian bunyi kalimat di poster berwajah Xi Jinping tersebut.
Poster macam ini sangat jarang disebarkan, karena pemerintah mengontrol ketat semua gerak-gerik kelompok oposisi. Demonstrasi termasuk tindakan terlarang yang bisa membuat siapapun masuk penjara. Namun mereka yang anti dengan partai komunis ternyata menemukan cara untuk lepas dari jeratan negara mengekspresikan pandangan politik mereka. Yakni memanfaatkan AirDrop, teknologi berbagi file khusus iPhone, ponsel buatan Apple yang cukup populer bagi penduduk Tiongkok.
Poster anti Xi Jinping ini diedarkan menjelang kongres Partai Komunis yang dimulai pada 20 Oktober 2022. Xi Jinping diyakini bakal mendapatkan mandat menjadi presiden untuk periode ketiga, lebih lama dibanding pemimpin partai komunis lain sesudah era Mao Zedong.
“Kritik terhadap pemerintah itu sebenarnya sering terjadi, tapi cara menyebarkannya pakai AirDrop ini sesuatu yang baru,” ujar seorang warga yang mendapatkan poster tersebut lewat iPhone saat dikontak VICE World News. Dia meminta namanya tidak ditulis untuk menghindari problem hukum. “Seringnya sih kritik pemerintah disampaikan getok tular aja, ketika kita nongkrong bareng, tidak memakai teknologi seperti ini.”
Penyebaran poster anti Xi Jinping ini menunjukkan tidak semua aspek teknologi berhasil dicengkeram oleh partai komunis. Lazimnya, semua hal yang terkesan mengkritik partai maupun sosok Xi Jinping akan disensor dengan cepat dari internet (termasuk meme menyamakan Jinping seperti Winnie the Pooh). Bahkan ponsel-ponsel Apple biasanya berhasil dipantau oleh rezim sensor Beijing. Sebelumnya pernah dilaporkan bila aplikasi pesan para aktivis antikomunis atau tokoh oposisi Tiongkok di luar negeri mengalami penyensoran.
Namun AirDrop, karena sebelumnya tidak terlalu populer di Tiongkok, kemungkinan besar lepas dari perhatian petugas sensor. Protes-protes kali ini dipicu aksi lelaki bernama Peng Lifa, berusia 48 tahun, yang membuat coretan di sebuah jembatan Ibu Kota Beijing menolak Xi Jinping kembali jadi presiden.
Tindakannya menginspirasi kelompok oposisi seantero Tiongkok dan di luar negeri. Selain AirDrop, beberapa orang membuat coretan anti pemerintah di toilet, papan kampus, serta ada yang membikin panduan menghindari sensor pakai WeTransfer. Aksi-aksi ini acak dan tidak terorganisir, namun menunjukkan tidak semua aspek politik berhasil dikuasai oleh Partai Komunis China.
“Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa anak muda Tiongkok semakin tidak bisa didoktrin begitu saja. Pandangan politik serta ide nasionalisme di Tiongkok juga akan berubah di masa mendatang. Ini bakal menjadi problem baru bagi partai komunis,” ujar Bi Xu, guru besar Sosiologi serta pengamat Tiongkok dari Emory University Atlanta saat dikontak VICE World News.
Follow Rachel Cheung di Twitter dan Instagram.