Mantan anggota parlemen Afghanistan, Mursal Nabizada, dan seorang pengawal tewas ditembak di kediamannya di Kabul pada Minggu (15/1) pagi. Menurut keterangan polisi, pelakunya sekelompok orang bersenjata yang tak dikenal.
Saudara laki-laki Nabizada dan satu satpam lainnya mengalami luka-luka akibat serangan tersebut. Polisi hingga saat ini masih menyelidiki motif penembakannya, sedangkan pihak keluarga mengatakan korban tidak punya musuh. Namun, seorang satpam diduga kabur membawa perhiasan dan uang dari rumah Nabizada.
“[Nabizada] tidak pernah terlibat masalah dengan orang lain. Entah motifnya karena masalah politik atau bukan, tapi setahu saya dia tidak punya musuh,” kata saudara perempuan korban, dikutip kantor berita ToloNews.
Perempuan yang berusia 30 itu merupakan salah satu mantan pejabat dari pemerintahan sebelumnya yang memilih tetap tinggal di Afghanistan setelah Taliban merebut Kabul pada 2021 lalu.
Semasa hidupnya, Nabizada dikenal aktif memperjuangkan perdamaian dan berani mengkritik Taliban. Dia menjabat sebagai anggota parlemen pada 2019, di saat yang sama ia menjadi anggota komisi pertahanan parlemen di Kabul.
Nabizada kerap menyuarakan aspirasinya di akun Twitter pribadi, yang sudah lama tidak aktif sejak Taliban menggulingkan pemerintahan yang didukung Barat. Postingan terakhirnya berupa foto bersama sejumlah mantan anggota kabinet, seperti Hamid Karzai dan Abdullah Abdullah, pada 19 Agustus 2021. “Kami akan terus berjuang mewujudkan perdamaian dan stabilitas negara ini,” demikian bunyi keterangan fotonya.
Ucapan belasungkawa hingga kecaman terhadap peristiwa nahas yang menimpa Nabizada terus mengalir dari seluruh dunia. Sesama mantan anggota parlemen, Mariam Solaimankhil, menyatakan duka cita melalui postingan Facebook. “Sementara kita berduka atas kepergiannya, mari kita angkat suara untuk kaum perempuan Afghanistan yang menghadapi kekejaman Taliban yang luar biasa. Saudari kita sudah tidak bersama kita lagi, tapi perjuangannya akan terus diteladani.”
Sementara itu, anggota parlemen Eropa Hannah Neumann ngetwit, “Ia dibunuh dalam kegelapan, tetapi Taliban secara terang-terangan membangun sistem apartheid gender mereka.”