APA itu Petahana?
Petahana dalam bahasa Inggris adalah Incumbent. Petahana berasal dari kata “tahana”, yang berarti kedudukan, kebesaran, atau kemuliaan.
Dalam politik, Petahana adalah istilah bagi pemegang suatu jabatan politik yang sedang menjabat. Istilah ini biasanya digunakan dalam kaitannya dengan pemilihan umum, di mana sering terjadi persaingan antara kandidat petahana dan non petahana.
Sebagai contoh, pada Pemilihan umum Presiden Indonesia 2019, Jokowi adalah petahana, karena ialah presiden yang sedang menjabat pada saat pemilihan umum untuk pelaksanaan pemilihan presiden.
Pilkada Bupati Morowali tahun 2024 akan dilaksanakan pada bulan Nopember 2024. Seperti disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian dilansir dari laman www.setkab.go.id.
“Pilkada merupakan amanat Undang-Undang 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Wali Kota yang ditetapkan pada tanggal 1 Juli 2016, di mana nanti pilkada akan dilaksanakan secara serentak di bulan November Tahun 2024,” ujar Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian (16 Maret 2021).
Jika Pilkada Bupati dilaksanakan Nopember 2024, Sementara masa jabatan Bupati dan Wakil Bupati yang menjabat saat ini akan berakhir pada September 2023, artinya antara bulan September 2023 sampai bulan Nopember 2024 atau selama 14 bulan Morowali akan dipimpin oleh Penjabat Bupati Sementara untuk mengisi kekosongan.
Berdasarkan hal tersebut, maka pelaksanaan Pilkada Bupati Morowali 2024 dapat dikategorikan sebagai Pilkada tanpa Petahana, walaupun nantinya Bupati atau Wakil Bupati yang menjabat saat ini akan maju pada Pilkada 2024.
Situasi tersebut tentu menjadi keuntungan tersendiri bagi para calon penantang, sebab kondisinya sama-sama sedang tidak berkuasa.
Meski demikian, kekuatan Bupati saat ini tak bisa dianggap remeh pada Pilkada 2024, mengingat sokongan Partai NasDem yang begitu kuat, apalagi partai tersebut adalah pemenang Pemilu 2019 di Morowali yang memiliki 5 kursi di DPRD.
Pilkada Bupati Morowali 2024 akan menjadi pertarungan politik yang menarik. Selain karena tidak adanya Petahana, juga karena merebaknya wacana akan munculnya poros baru yang diyakini mampu bersaing ketat dengan kekuatan yang sedang memimpin hari ini.
Poros baru tersebut digadang-gadang berasal dari dua tokoh komunitas masyarakat yang berbeda. Tentu jika dua komunitas masyarakat berbeda disatukan maka akan melahirkan kekuatan yang besar. Oleh karena itulah, poros baru ini dianggap bisa menyaingi kekuatan yang sementara memimpin.
Namun, harus diingat bahwa sistem politik kita adalah sangat mahal. Bahwa, seseorang hanya bisa mencalonkan menjadi Bupati dan Wakil Bupati jika mendapatkan dukungan kursi dari partai politik. Untuk mendapatkan dukungan kursi tersebut, pengalaman kontestasi politik membuktikan bahwa biaya yang dikeluarkan amatlah besar.
Jalur independen sejatinya tersedia, namun untuk ukuran Morowali yang sebagian pemilihnya cenderung pragmatis, jalur independen ini sepertinya kurang laku.
Apapun itu, meskipun masih jauh, tapi pasti kita akan menyongsongnya. Para petarung tentu akan mempersiapkan diri dari sekarang untuk mendapatkan hasil yang maksimal kelak.
Semoga 14 bulan Morowali ditangan penjabat sementara melahirkan Pilkada yang sehat meskipun tanpa status Petahana sehingga menghadirkan kepemimpinan 2024-2029 yang mampu membaca dan mewujudkan harapan rakyat.
Salam Demokrasi.
———
Ruang Belakang Rumah, April 2021
Abd Ghafur Halim.
Berita dengan Judul: Pilkada Morowali 2024, Tanpa Petahana pertama kali terbit di: Berita Terkini, Kabar Terbaru Indonesia – Liputan4.com oleh Reporter : Ghaff