Metode mencegah kehamilan yang bisa dilakukan lelaki demi meringankan beban pasangannya selama ini terbatas pada vasektomi dan penggunaan kondom. Opsi untuk lelaki sekarang mulai bertambah, berkat terobosan yang diperoleh tim ilmuwan asal Amerika Serikat. Tim dari University of Minnesota itu berhasil menciptakan pil pencegah kehamilan untuk lelaki, yang saat ini selesai diujicobakan pada tikus di laboratorium.
Dengan hasil uji coba hewan yang menggembirakan tersebut, tim mulai menjadwalkan tes klinis pada manusia paling lambat akhir 2022. University of Minnesota menyajikan hasil tes mereka pada tikus dalam konferesi Farmasi Amerika di San Diego, pada 22 Maret lalu.
Salah satu terobosan terpenting dari pil pencegah kehamilan itu adalah ketiadaan efek samping pada hormon testosteron lelaki. Selama ini, pil serupa tak pernah berhasil diproduksi massal karena bisa memicu kegemukan hingga depresi bagi lelaki yang mengonsumsinya.
“Kami berhasil mendapatkan hasil yang mendekati efektivitas pil pencegah kehamilan yang selama ini dikonsumsi perempuan,” ujar Abdullah al Noman, salah satu anggota penelitian, saat jumpa pers.
“Kami menyadari pil pencegah kehamilan untuk lelaki sering memiliki efek samping, yang akhirnya membuat banyak lelaki enggan mengonsumsinya. Pil kami tidak menyasar penjinakkan hormon seperti pil sejenis yang pernah dibuat.”
Pil dari University of Minnesota tersebut memakai metode manipulasi protein, tepatnya menggantikan reseptor alfa pada retinoic (RAR-α) dengan senyawa jenis YCT529. Senyawa kimia ini merupakan salah satu pembentuk vitamin A, yang sangat berperan dalam produksi sperma subur. Ketika senyawa tersebut digantikan fungsinya oleh YCT529, maka sperma yang dihasilkan lelaki tidak memiliki lagi kemampuan membuahi.
Dalam uji coba pada tikus jantan, hasil tes menunjukkan 99 persen sampel tidak lagi bisa membuahi tikus betina tanpa efek samping negatif. Tim saat ini terus melakukan uji coba untuk memastikan bahwa manipulasi RAR-α tidak akan menciptakan dampak buruk bagi tubuh penggunanya.
Ketua Penelitian, Gunda Georg, memastikan bahwa tubuh tikus-tikus yang mereka pakai untuk penelitian tetap sehat selama kurun empat minggu uji coba. Tikus jantan tersebut juga kembali subur enam pekan setelah tak lagi diberi suntikan senyawa YCT529.
“Tentu kami tidak akan menyimpulkan hasil yang sama otomatis akan terjadi pada tubuh manusia. Namun setidaknya hasil uji klinis sejauh ini cukup menjanjikan,” kata Georg.
Andai uji coba pil tersebut sukses pada manusia, maka ini bisa menjadi opsi yang jauh lebih baik bagi banyak lelaki. Vasektomi merupakan sarana KB terbaik untuk lelaki saat ini, tapi dampaknya permanen, sehingga menyulitkan bagi lelaki yang ingin kembali punya anak dengan pasangannya.
Follow JC Gotinga di Twitter.