Bayangkan kalian berhasil meraih status sebagai perdana menteri paling lama menjabat di seluruh dunia. Kalian pasti jago banget berpolitik, serta tidak membiarkan faktor nonteknis mempengaruhi peruntungan selama berkarir. Menjadi orang berkuasa dalam jangka waktu lama juga membuatmu ingin mengatur segala hal, termasuk mengubah tanggal lahir resmi.
Kira-kira itulah yang ada di benak Hun Sen, perdana menteri Kamboja, yang sudah berkuasa sejak 1985. Pemimpin negara tetangga Thailand itu mengumumkan rencana mengurus perubahan tanggal lahirnya secara resmi ke pengadilan setempat. Hun Sen selama ini bertanggal lahir 4 April 1951. Dengan perubahan tersebut, dia hendak memundurkan momen kelahirannya menjadi 5 Agustus 1952. Hun Sen beralasan, tanggal 5 Agustus adalah hari yang sebenarnya dia dilahirkan ke dunia, dan selama ini “dituakan” oleh orang tua karena kacaunya proses administrasi catatan sipil kala itu.
Kalaupun betul itu alasannya, kenapa politikus 71 tahun, eh, 69 tahun ini tidak mengubahnya dari dulu-dulu? Kenapa baru sekarang dia mengurus perubahan akta lahir? Ternyata, alasannya dipengaruhi takhayul: tanggal lahirnya yang sekarang bisa mempengaruhi peruntungan merujuk kalender Shio, alias zodiak versi budaya Tiongkok.
Kakak lelaki Hun Sen dikabakarkan meninggal akibat serangan jantung pada 5 Mei 2022, setelah menjalani perawatan di salah satu RS Singapura. Hun Sen meyakini, sang kakak meninggal lantaran tanggal ultahnya sama dengan dirinya. Jika mengikuti pola pikir Hun Sen, seharusnya dia bershio sapi, bukannya macan seperti sang kakak. Andai tidak mengubah tanggal lahir, maka kemalangan lain bisa menimpa keluarga Hun Sen.
“Peruntungan dari Shio ini jangan sampai diabaikan,” demikian ujar Hun Sen dalam pidato pada awal pekan ini.
Sebenarnya punya dua tanggal lahir berbeda jamak dialami penduduk Kamboja berusia di atas 50 tahun. Mayoritas data kependudukan hilang semasa rezim Khmer Merah berkuasa di negara itu pada 1975 hingga 1979. Banyak keluarga memalsukan tanggal lahir anak-anak mereka, terutama supaya terkesan lebih tua, agar tidak dipaksa rezim Khmer Merah ikut wajib militer.
Hun Sen sendiri berhasil melampaui masa jabatan pemimpin-pemimpin otoriter lain di Asia Tenggara. Dia sukses membuat Kamboja secara de facto hanya memiliki satu partai. Kebijakan pemerintah pada 2017 membubarkan partai oposisi, yang membuat Hun Sen tidak memiliki pesain. Selain itu, Hun Sen dan anak buahnya kerap membungkam kritik masyarakat lewat medsos. Sudah banyak warga sipil Kamboja ditahan karena menyerang pemerintah.
Seperti diktator lain, Hun Sen tentu saja ingin jabatannya kelak diwariskan pada keluarga dekat. Pada Desember 2021, Hun Sen mengumumkan dukungan pada Hun Manet, putra sulungnya yang kini menjabat sebagai jenderal di Angkatan Darat, menjadi penggantinya kelak sebagai perdana menteri Kamboja.
Follow JC Gotinga di Twitter.