Pemerintah Jamaika baru saja meluncurkan iklan masyarakat yang bertujuan mematahkan mitos tentang ganja, sekaligus merilis lagu kampanye yang menegaskan “ganja bisa meningkatkan kualitas kehidupan”.
Bertajuk “Good Ganja Sense”, kampanye ini merupakan upaya terbaru Kementerian Kesehatan dan Kebugaran Jamaika dalam mengesahkan dan mempromosikan industri ganja medis yang berkembang di negara Karibia.
Penggalan lirik menyebutkan bahwa “ganja dapat meningkatkan kualitas hidup” dengan menggenjot pertumbuhan ekonomi melalui kewirausahaan, pembudidayaan dan penelitian ilmiah. Pemerintah juga memasang iklan di bus bertuliskan “Bakar mitos ganja: tak semua yang kalian dengar tentang ganja itu benar” dan “Percayalah pada sains: para ilmuwan belajar lebih banyak tentang ganja”.
Situs resmi kampanye mematahkan anggapan ganja menjadikan orang pemalas, menurunkan jumlah sperma, menyebabkan overdosis yang fatal dan menjadi awal dari penyalahgunaan obat-obatan yang lebih berbahaya. Mengutip lembar fakta Badan Narkotika Amerika Serikat (DEA) yang menyebutkan tidak ada kematian murni karena ganja, situsnya menunjukkan mariyuana tidak dapat menyebabkan overdosis fatal. “Terima kasih DEA. Pakar telah bersabda,” demikian keterangan yang tertulis di situs web.
“[Informasi tentang] ganja takkan lagi didasarkan pada tradisi lisan dan kisah lama, melainkan informasi berbasis fakta yang tersedia setiap saat,” ujar kepala kementerian Juliet Cuthbert-Flynn pada Senin waktu setempat.
“Kita semua sudah tahu seperti apa sifat internet — banyak sekali informasi keliru tentang kesehatan yang tersebar luas. Tapi sekarang, dengan adanya sains dan teknologi, Jamaika memiliki sumber daya yang menyertakan undang-undang, informasi kesehatan dan dialog berbasis bukti secara keseluruhan yang dapat mengubah sikap dan perilaku rakyat Jamaika terhadap ganja.”
Pada 2015, di bawah Undang-Undang Amandemen Obat-Obatan Berbahaya, Jamaika melegalkan mariyuana medis, mendekriminalisasi kepemilikan pribadi tak lebih dari dua ons dan menghapus hukuman ringan bagi para pemilik ganja. Tiga tahun kemudian, Menteri Sains, Energi dan Teknologi Andrew Wheatley menganjurkan agar Jamaika mengakui jenis ganja lokal dan mengklaim ganja sebagai “hak penuh” negara itu. Akan tetapi, praktik pembudidayaan, penjualan dan penggunaan ganja rekreasi masih dilarang.
Sejumlah pengamat memandang kampanye pemerintah tak cukup jauh menantang sikap seputar ganja.
Vicki Hanson, pakar industri ganja Jamaika dan eksekutif ritel apotek ganja Itopia Life di Kingston, memberi tahu VICE World News: “Pemerintah telah melangkah maju dari sikap sebelumnya yang menghindari ganja sepenuhnya. Pemerintah ingin memonetisasi industri dan menjadikan budidaya bisnis yang layak. Namun, bahasa yang mereka gunakan masih bersifat larangan dan secara resmi mengatur penggunaan ganja untuk kepentingan medis.
“Kita perlu mengubah wacana ini, melangkah lebih jauh dan mempertimbangkan penggunaan ganja yang lebih tradisional, serta memastikan kita memasukkan orang-orang yang telah dikriminalisasi karena membudidayakan ganja ke dalam industri ini, dan juga mata pencaharian mereka cocok dengan perubahan ini. Kita tidak ingin terlalu bergantung pada citra korporat ganja.”