Suatu hari, Elizabeth Martínez Cigarroa diajak kenalan oleh pelanggan asal Amerika Serikat yang datang ke bar tempatnya bekerja di Tijuana, negara bagian Baja California. Kebetulan saat itu menjelang hari Valentine, sehingga mereka janjian untuk merayakannya berdua. Namun, Elizabeth tak sadar dirinya telah masuk perangkap.
Jasad perempuan 25 tahun itu ditemukan tiga hari kemudian di belakang mobilnya. Dilansir media lokal, polisi menemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh Elizabeth.
Kini, hampir setahun kemudian, hasil penyelidikan menunjukkan dia bukan satu-satunya korban. Ada setidaknya dua perempuan lain yang diduga dibunuh oleh lelaki tersebut.
Melihat motifnya, pihak berwenang setempat membandingkan pelaku dengan pembunuh berantai Ted Bundy. Pelaku memiliki “kecenderungan melakukan tindakan kriminal yang terkait dengan tabiat bengis dan mirip seperti psikopat,” kata Jaksa Agung Baja California Iván Carpio Sánchez, dikutip media lokal.
Bundy mengaku telah membunuh 30 perempuan AS sebelum dieksekusi mati pada 1989. Dia mengelabui para korbannya untuk mendapatkan hati mereka, lalu memerkosa dan membunuhnya dengan sadis. Sama seperti Bundy, pelaku diduga menghabisi korban setelah mendapat kepercayaan mereka. Tapi, untuk sementara ini, pihak berwenang menolak menyebutkan nama pelaku karena khawatir akan mempersulit proses penangkapan.
Carpio Sánchez menyampaikan pihaknya telah bekerja sama dengan FBI dan Departemen Kehakiman AS untuk menangkap pelaku dan memastikan orang itu dapat diekstradisi ke Meksiko untuk menjalani hukuman.
Menurut keterangan adik laki-lakinya, Francisco Cigarroa, dikutip kantor berita Punto Norte, Elizabeth pertama kali bertemu pelaku saat ia sedang bekerja sebagai penari striptis di Hong Kong Gentlemen’s Club. Mereka kemudian makan bersama di restoran Brasil, yang kedatangannya telah dikonfirmasi oleh seorang pramusaji.
Francisco mengatakan, kakaknya terakhir kali menghubungi keluarga saat menginap di hotel. Mereka baru mengkhawatirkan keadaannya setelah berjam-jam tidak mendengar kabar darinya.
Pihak berwenang mengaitkan kematian Elizabeth dengan dua perempuan lain yang sama-sama bekerja di bar di Tijuana. Korban tampaknya diserang hingga tewas dengan kondisi serupa. Tim penyelidik tidak mengesampingkan kemungkinan adanya korban lain.
Tingginya angka femisida—pembunuhan yang secara khusus menyasar perempuan—di Meksiko telah memicu kemarahan dan protes keras di dalam negeri. Badan statistik nasional INEGI melaporkan lebih dari 70 persen perempuan Meksiko yang berusia di atas 15 tahun pernah menjadi korban kekerasan, sedangkan hampir 35 persen mengaku pernah mengalami agresi fisik.
Beberapa waktu lalu, gadis remaja bernama Debanhi Escobar tewas dibunuh saat hendak pulang dari pesta. Penyebab kematian perempuan 18 tahun itu awalnya terjatuh ke tangki air, tapi hasil autopsi memperlihatkan Debanhi telah menjadi korban penganiayaan sebelum meregang nyawa.