Salah satu buronan kasus pedofilia teburuk yang dicari aparat lintas negara, akhirnya tertangkap di Malaysia. Alladin Lanim, nama buronan itu, tertangkap berkat kerja sama aparat Negeri Jiran dengan polisi asal Australia, yang mendapat informasi bila dia sedang berada di fasilitas karantina Covid-19.
Selama 14 tahun terakhir, Alladin Lanim hidup berpindah-pindah, dan berusaha menghindari aparat. Dia melecehkan serta memperkosa puluhan anak di rentang usia dua tahun hingga 16. Perilaku bejatnya paling sering dilakukan selama dia tinggal di Kota Lundu, Negara Bagian Serawak, Malaysia.
Lelaki 40 tahun itu rutin mengunggah rekaman tindakan bejatnya ke dark web, bahkan tercatat mengaku bangga di sebuah forum internet, karena berhasil melecehkan anak-anak tanpa pernah tertangkap. Menurut laporan yang dipublikasikan Sydney Morning Herald, Alladin sudah aktif mengunggah konten pornografi anak sejak 2007. Konten itu mencakup lebih dari seribu foto maupun video kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur.
“Dia sangat aktif melakukan kejahatan seksual, korbannya pun banyak. Karena itu [Alladin] merupakan salah satu target utama kami selama bertahun-tahun,” kata Daniel Burnicle, penyidik Kepolisian Federal Australia (AFP), saat dihubungi awak media.
“Dia sangat aktif melakukan kejahatan seksual, korbannya pun banyak.”
Kepolisian Australia terlibat dalam operasi ini, karena banyak materi pornografi hasil kejahatan Alladin dibeli sekaligus disebarkan oleh pengguan internet di negara mereka. Selain, itu AFP pada 2020 berhasil membongkar jaringan pedofil lintas negara yang saling berbagi materi pornografi anak di Internet.
Berkat analisis forensik digital berbagai materi pornografi anak yang dilakukan lebih dari dua tahun, aparat akhirnya menemukan titik terang seputar identitas pelaku. Berbagai indikasi itu mengarah ke sosok Alladin, warga negara Malaysia, dan akhirnya polisi Australia mengirim informasi tersebut ke Polis Diraja.
“Proses penyidikannya memang lambat dan kami harus benar-benar teliti,” kata Burnicle.
Berdasarkan informasi dari Australia itu, Malaysia segera bergerak melacak keberadaan Alladin. Pada 5 Juli 2021, ternyata lelaki itu sedang berada di fasilitas karantina milik pemerintah, setelah bepergian keluar dari Negara Bagian Serawak.
Dari hasil interogasi sementara, korban yang sudah pasti diperkosa dan dilecehkan Alladin berjumlah 34 anak, namun angka itu sangat mungkin terus meningkat. Setidaknya, saat ini pelaku dijerat dengan dakwaan pelecehan dan perkosaan terhadap lima anak lelaki di bawah umur di kawasan perkebunan Serawak. Modus pelaku biasanya mengiming-imingi bocah untuk mendekatinya, dengan tawaran main game di ponsel. Setelah terbujuk, korban akan dilecehkan dan direkam olehnya.
Proses pengadilan Alladin di Malaysia berlangsung cepat. Dia tidak menampik semua bukti yang dimiliki kepolisian dan langsung dihukum penjara 48 tahun, ditambah 15 kali cambukan.
Menurut Juru Bicara Kepolisian Australia, Warwick Macfarlane, penangkapan Alladin adalah bukti bahwa upaya kerja sama kepolisian lintas negara tetap mungkin dilakukan meski situasi sedang pandemi. “Fokus berbagai lembaga kepolisian lintas negara saat ini adalah mengatasi kasus-kasus pornografi anak semacam ini,” ujar Warwick lewat keterangan tertulis yang diterima VICE World News, pada 6 September 2021.
Problem kejahatan pedofilia memburuk sepanjang pandemi. Menurut analisis penyidik AFP pada September tahun lalu, kunjungan ke situs-situs dark web yang memuat materi pornografi anak meningkat drastis. Bahkan, beberapa situs yang khusus memuat materi pelecehan anak sampai crash, karena server tidak sanggup menampung kunjungan penonton yang membludak. Karenanya, menangkap para pelaku dan produsen materi pornografi anak menjadi prioritas kerja sama berbagai instansi kepolisian lintas negara.
Di Malaysia sendiri, kasus Alladin baru diungkap awal pekan ini. Warganet Negeri Jiran marah besar, karena pedofil berantai macam Alladin tak pernah terdeteksi aparat, bahkan bisa leluasa mencari mangsa selama bertahun-tahun. Publik Malaysia makin marah, karena beberapa tahun lalu pedofil buron asal Inggris, Richard Huckle juga tertangkap di Kuala Lumpur. Kasus-tersebut, ditambah Alladin, dianggap warganet sebagai bukti bahwa Polis Diraja tidak mampu menangani penyelidikan kejahatan seksual secara layak.
“Sudah dua pedofil tertangkap di Malaysia, dan yang melakukannya justru polisi dari luar negeri. Aparat Malaysia harus lebih serius bekerja,” tulis salah satu pengguna Twitter.
Follow Heather Chen dan Gavin Butler di Twitter.