Liputan4.Com – Lombok Timur – Meskipun perekonomian mengalami perlambatan pertumbuhan sebagai dampak pandemi covid-19 sepanjang 2020, laju pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Lombok Timur masih yang terbaik di Nusa Tenggara Barat, jika mengesampingkan sektor pertambangan atau tanpa bijih logam.
Berdasarkan rilis BPS per-26 Februari, Lombok Timur menduduki posisi Kabupaten dengan kontraksi ekonomi terendah diantara seluruh Kabupaten/Kota yang ada di NTB. Artinya, Lombok Timur merupakan Kabupaten dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di NTB sepanjang tahun 2020.
Hal tersebut terungkap dalam rapat koordinasi Sekretaris Daerah H. Mohammad Juaini Taofik bersama Kepala BPS Kabupaten Lombok Timur di ruang rapat Sekda Kabupaten Lombok Timur. Selasa (09/03/2021)
Rapat koordinasi ini dilaksanakan guna mengetahui kondisi perkembangan ekonomi Kabupaten Lombok Timur selama pandemi covid-19 dan langkah yang tepat untuk menyikapinya
Menurut Sekda, keunggulan dalam sektor pertanian yang dimiliki Kabupaten Lombok Timur menjadi suatu keuntungan, karena sifatnya yang relatif konsisten, berbeda dengan sektor pariwisata yang mengalami penurunan cukup signifikan selama pandemi Covid-19. Oleh karena itu, Sekda berharap ke depannya sektor pertanian harus terus dimaksimalkan.
Selain sektor pertanian, Kabupaten Lombok Timur juga diuntungkan dengan adanya pertambangan galian c yang berkontribusi meningkatkan sektor perdagangan. Galian c tersebut hingga saat ini masih dimanfaatkan oleh pembangunan sektor pariwisata Lombok Tengah yang berfokus di kawasan wisata Mandalika. Kemandirian masyarakat dinilai menjadi faktor pendukung rendahnya kontraksi ekonomi di Lombok Timur.
Menurut laporan kepala BPS Lombok Timur L. Putradi, pandemi Covid 19 mempengaruhi ekonomi hampir seluruh daerah di indonesia. Ekonomi Nusa Tenggara Barat mengalami kontraksi atau disebut juga pertumbuhan minus sebesar -5,19%.
Angka kontraksi ekonomi provinsi tersebut merupakan rata-rata kontraksi ekonomi seluruh Kabupaten/Kota di provinsi NTB. Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Barat merupakan penyumbang angka kontraksi tertinggi sebanyak masing-masing -7,44% dan -7,04%.
Sementara itu kontraksi pertumbuhan ekonomi kabupaten Lombok timur hanya -3,10%, merupakan daerah dengan kontraksi ekonomi ter-rendah dari seluruh kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat.
Menurut Putradi kontraksi ekonomi di Lombok Timur disebabkan menurunnya pertumbuhan di 3 sektor yang memiliki kontribusi paling besar dalam perekonomian daerah, diantaranya sektor pertanian yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,39%, sektor perdagangan sebesar -3,65%, dan sektor kontruksi sebesar -14,83%.
Sektor pertanian mengalami pertumbuhan minus dikarenakan beberapa komoditas dominan mengalami penurunan produksi. Padi menurun akibat adanya pergeseran waktu tanam, Jagung menurun 35%, cabe rawit 45% dan tembakau virginia 24%.
Menurunnya produksi tembakau virginia disebabkan berkurangnya luas lahan dan menurun hampir 50% dibandingkan dengan tahun 2019. Sedangkan untuk sektor perdagangan, nilai tambah yang muncul dipengaruhi nilai jual yang dihasilkan sektor-sektor lain.
Sementara itu, sektor konstruksi menurun karena aktivitas konstruksi pemerintah, baik APBD maupun APBN 2020 turun hingga 44% akibat pemangkasan anggaran. (Bul)