Ketika popularitas kripto meroket tahun lalu, tak sedikit orang rela meninggalkan pekerjaan mereka yang sudah mapan untuk berkecimpung di dunia web3. Mereka optimis masa depan internet akan bergerak ke arah yang lebih terdesentralisasi, yang memungkinkan pengguna mengoperasikannya secara lebih otonom dan kreatif.
Setahun berselang sejak pasar kripto digadang-gadang akan menjadi sumber kekuatan terbesar dalam keuangan global. Namun, realitas tak sesuai yang diharapkan para tech bro. Nilai aset terjun bebas, sedangkan dunia kripto dipenuhi kabar penipuan dan peretasan. Bagaimana kabar mereka yang nekat memulai semuanya dari awal di startup kripto dan semacamnya? Apakah mereka masih bertahan, atau justru menyesali pilihannya?
Tahun lalu, VICE mendengar cerita sejumlah anak muda tentang keputusan mereka banting setir ke sektor teknologi yang “bergerak maju”. Rupanya, kebanyakan dari mereka masih berurusan dengan kripto di tempat kerjanya. Walau sekarang harganya anjlok, mereka tampak tidak menyesal telah mengambil pilihan mereka masing-masing.
Contohnya seperti Raihan Anwar, yang tahun lalu bekerja di Friends With Benefits, organisasi otonom terdesentralisasi yang dijuluki “ruang VIP-nya kalangan kreatif kripto” dalam artikel New York Times. Dia kini menjabat sebagai Direktur Komunitas di Blockchain Creative Labs (BCL), bagian dari FOX Entertainment yang mengeksplorasi lisensi berbasis blockchain, pengalaman penggemar dan memperkenalkan sistem studio tradisional pada web3. “Pekerjaan ini sangat menarik karena kami dikelilingi nama-nama besar yang sudah terkenal kreatif di sektor ini. Mereka telah berpengalaman di bidang seni, animasi, film, kreatif, dll, tapi siap diajak bereksperimen dengan teknologi baru,” jelasnya.
Menurut Raihan, pasar kripto bisa nge-hype separah itu gara-gara orang awam belum begitu paham tentangnya. Kini, orang yang paling heboh menggembar-gemborkan kripto sudah “kembali ke bumi”. “Sudah paling benar menaruh kepercayaan pada manusia. ‘Kontrak cerdas’ cuma dijadikan alasan untuk menipu atau berbohong,” katanya.
Biarpun begitu, Raihan tetap antusias mengikuti perkembangan proyek kreatif yang mengandalkan bear market. Turunnya nilai berarti transaksi blockchain jadi lebih murah, baik untuk pengguna yang mencoba aplikasi baru maupun para pengembang yang menciptakan gebrakan teknologi. “Banyak orang berbakat yang bertahan sejak memasuki dunia ini tahun lalu. Mereka melakukan ini karena tertarik dengan eksperimen dan pengalaman yang ditawarkan,” tutur Raihan.
Selanjutnya ada seniman visual bernama Danny Cole. Dulu, dia melihat adanya potensi “struktur kreatif baru”, sehingga tergerak meluncurkan koleksi NFT Creature World pada Agustus 2021. “NFT belum ada definisi pastinya ketika saya terjun ke web3,” kenangnya. “Memaknai NFT semuanya diserahkan kepada saya. Itulah yang paling menarik untuk saya.”
Pandangan Danny soal kripto berubah jauh sebelum nilainya anjlok. “NFT akhirnya didefinisikan sebagai ‘sarana spekulasi keuangan, yang bisa kita manfaatkan untuk membangun alat perangsang keuangan baru,’” dia melanjutkan. “Definisi itu tidak sejalan dengan minat saya.”
Meskipun demikian, skandal yang meramaikan dunia kripto baru-baru ini—seperti runtuhnya bursa FTX dan ditangkapnya sang pendiri, Sam Bankman-Fried—tidak menyurutkan keyakinannya pada potensi nilai budaya NFT. “Tingkah laku penipu ulung sekali pun takkan mampu mengubah pikiran saya bahwa masih ada masa depan untuk produk digital.”
Tahun lalu, Lily Nguyen selaku desainer produk Zora, marketplace NFT, mengibaratkan dirinya bak “tikus kecanduan kokain” sejak bekerja di sektor tersebut. Menurutnya, dia lebih fokus bekerja sejak nyemplung ke bear market. “Tidak banyak distraksi dan gangguan,” tuturnya. “Memang, masih ada yang menggunakan produk kami, dan bertanya-tanya tentangnya. Tapi urusan pekerjaannya tak pernah tentang ‘ada yang rusak nih, harus sudah diperbaiki malam Minggu nanti’ atau rapat random pukul 11 malam.”
Chris*, software engineer yang tidak menyebutkan nama aslinya, hengkang dari dunia kripto pada awal 2021, padahal dia sudah dua tahun bekerja di bidang itu. Semakin lama dia semakin skeptis dengan klaim inklusi finansial yang digadang-gadang tech bro. Dia bahkan percaya cepat atau lambat gelembungnya akan meledak. Menurut pandangannya, perubahan harga berasal dari konsentrasi ekstrem kekayaan intrinsik ekosistem saat ini.
Chris sepemikiran dengan Raihan, bahwa siklus bear market cenderung menggaet orang yang suka ikut-ikutan saja. “Tahun lalu, bocah penasaran dari perbankan atau ekuitas swasta lebih dominan, jika dibandingkan dengan pengembang sistem yang sudah jelas,” tandasnya. “Istilahnya, orang yang tergiur dengan keuntungan versus mereka-mereka yang menganggap kripto keren.”
Meski sekarang dia sudah keluar dari dunia itu, Chris masih tertarik mengikuti perkembangan terbaru dalam kriptografi zero knowledge—cara memverifikasi klaim tanpa mengungkapkan semua data yang diperlukan—dan aplikasi-aplikasi lain yang mengedepankan privasi dan keamanan data. “Memahami pentingnya melakukan sesuatu untuk diri sendiri menjadi pembelajaran terbesar bagiku selama bekerja di dunia kripto. Hal itu lebih baik daripada hanya mengikuti apa kata orang.”
Sebagian besar narasumber mengatakan, bear market menguji keteguhan mereka dalam menjunjung prinsip pribadi. Pasalnya, ancaman resesi telah memukul keras industri teknologi secara keseluruhan. Banyak raksasa teknologi, seperti Meta dan Amazon, melakukan pengurangan karyawan dalam jumlah besar. Itulah sebabnya Lily puas mengambil jalur seperti sekarang. “Saya telah mengambil langkah yang cerdas, yaitu fokus pada hal-hal yang memberi saya tujuan hidup ketimbang mengejar apa yang banyak diminati orang tapi berisiko gagal di masa depan,” ujarnya. “Tak ada taruhan pasti dalam hidup ini.”
Lily masih termotivasi gagasan “membangun internet yang lebih baik”, terutama “yang lebih adil bagi para pembuat konten”. Prinsip ini jugalah yang membawanya ke dunia kripto. Dia menyimpan harapan kripto bisa membawa dampak sosial yang positif suatu saat nanti. “Masih ada peluang untuk mewujudkannya. Kripto tentunya bukan peluru ajaib. Tapi setidaknya, saya akan mencoba berkontribusi di dalamnya.”