Kisah cinta Anil Narasipuram dan Shruti Nair bersemi di tengah lockdown. Dari ajakan berkenalan lewat DM Twitter, keduanya memantapkan hubungan ke jenjang pernikahan lima bulan kemudian. Anil melamar sang kekasih di hadapan orang tua, dan Shruti bersedia menjadi istrinya. Setelah meresmikan pernikahan pada 15 November, dua sejoli ini tinggal bersama di kota Pune, India.
Berbulan-bulan kemudian, cerita mereka mendadak disorot media. Rupanya, mereka menggelar resepsi pernikahan dengan modal blockchain, sebuah tindakan luar biasa pada saat pemerintah India berencana melarang hingga membebankan pajak 30 persen untuk semua jenis uang kripto.
“Catatan pernikahan kami bersifat permanen, tidak dapat diubah dan publik. Buku besar blockchain tahan terhadap kerusakan […] menjadi bukti komitmen kami terhadap satu sama lain. Itu menunjukkan betapa kuatnya pernikahan kami,” kata Anil saat diwawancarai VICE World News.
Sementara pemerintah kelimpungan mencari cara untuk mengatur mata uang digital, transaksi online telah mengubah momen paling sakral di India.
Anil dan Sruthi membaca ijab kabul dalam bentuk blockchain Ethereum, lalu mengabadikan janji suci dalam foto cincin kawin sebagai NFT. Token tersebut kemudian menjadi alat tukar digital pada marketplace OpenSea.
Blockchain berfungsi sebagai buku besar digital yang mencatat transaksi uang kripto. Catatannya permanen dan dapat diakses oleh publik. Sementara itu, NFT merupakan koleksi digital unik yang diperjualbelikan dengan mata uang kripto. NFT bisa berbentuk apa saja, dari karya seni, musik sampai kotak warna. Anil melihat NFT sebagai cincin kawin digital mereka.
“Bagian terbaiknya, ini sangat dipersonalisasi. Ini tentang kami, dan apa yang kami harapkan untuk masa depan kami. Kami berhasil mengabadikan kisah cinta kami dalam pernikahan blockchain,” ujar Sruthi.
Setelah mendaftarkan pernikahan ke KUA, mereka menyalakan laptop dan membuka dompet digital. Lengkap dengan baju pengantin tradisional, mereka melangsungkan akad nikah selama 15 menit, yang dihadiri orang terdekat melalui layanan Google Meet.
Sepupu Anil, Anoop Pakki, telah menciptakan NFT bernama “Ekatvam” (“kesatuan” dalam bahasa Sansekerta) dari jauh-jauh hari. Dia bertugas sebagai pendeta digital yang memberkati hubungan keduanya saat mereka mengucap janji suci. Setelah acara tukar token selesai, Pakki menyatakan mereka menikah di bawah “kekuatan yang diberikan [padanya] oleh Ethereum.”
“Keyakinan saya akan potensi blockchain menginspirasi saya untuk menggelar pernikahan blockchain. Cukup lama bermain di dunia blockchain, saya merasa ini benar-benar jadi cara baru untuk memikirkan kepercayaan secara online,” Anil menjelaskan kepada VICE World News. “Saya penasaran apa yang bisa kita lakukan dengan teknologi ini, dan [pernikahan] ini menjadi pilihan sempurna. Calon istriku dengan senang hati berpartisipasi dalam ide gilaku.”
Bitcoin sudah berulang kali digunakan sebagai mahar pernikahan. Pada 2014, sepasang kekasih mencatat pernikahan blockchain pertama di Amerika Serikat menggunakan ATM Bitcoin yang tersedia di Disney World Florida. April lalu, lelaki di Riau meminang pujaan hatinya dengan uang panai berupa Bitcoin. Dan baru-baru ini, pasangan di negara bagian Tamil Nadu mengadakan pesta pernikahan di metaverse.
Keluarga Anil dan Sruthi awalnya bingung dengan konsep pernikahan mereka, tapi tetap merestui hubungan keduanya.
“Ibu saya sampai saat ini belum paham maksudnya. [Keluarga saya] awam soal kripto atau blockchain, jadi lumayan sulit mengajarkan mereka hingga mengerti. Tapi mereka tetap bahagia,” kata Sruthi.
Sementara itu, reaksi netizen campur aduk. Ada yang menganggapnya keren, ada juga yang mengkhawatirkan pernikahan semacam ini akan menghilangkan kesakralan suatu hubungan.
“Reaksi yang kami terima beragam. Beberapa yakin kalau kami berusaha mengubah pernikahan tradisional jadi versi digital, padahal kenyataannya tidak seperti itu. Ada juga yang mempertanyakan pernikahan kami sah atau tidak,” Sruthi melanjutkan.
“Beberapa berkomentar seperti, ‘Kalian bikin anak via blockchain juga, gak? Apakah anak kalian nanti di-mint?’ Komentar semacam itu lucu sekali. Sulit bagi masyarakat untuk menerima hal baru, tapi yah… mana kita tahu? Bisa saja ini menjadi populer suatu saat nanti.”
Follow Rimal Farrukh di Twitter.