KUPANG – Kader Partai Demokrat NTT seharusnya melakukan konsolidasi internal pasca penetapan Ketua Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Demokrat NTT, untuk menyiapkan konteslasi Pilkada 2024, dan kelompok yang mengatasnamakan simpatisan itu seharusnya lebih dewasa dalam menyikapi dinamika politik dalam pemilihan Ketua DPD yang baru saja berlangsung.
Hal itu dikatakan pakar Politik Dr. Urbanus Ola Hurek menanggapi aksi spontan yang dilakukan oleh simpatisan Jefri Riwu Koreh, yang tidak menerima keputusan DPP Partai Demokrat di bawah Ketum Agus Harimurti Yudoyono (AHY) jatuh kepada tangan Leonardus Lelo.
“Menurut saya, langkah terbaik yang dilakukan PD di NTT adalah konsolidasi partai agar partai ini semakin solid untuk siap bertarung dalam proses-proses politik ke depan”.
Menurut pandangan Dr. Urbanus, berkaca pada pemilu 2014, Partai Deokrat di NTT bahkan secara nasional mengalami penurunan signifikan perolehan suara, maka seharusnya dan sewajarnya konsolidasi dan tata kembali PD di NTT sebagai prioritas agar partai ini semakin mantap. Mantap organisasi, mantap struktur dan pengurus, mantap program agar teranyam kembali – terhimpun kembali pemilih dan simpatisan PD, Ungkapnya.
Menurutnya proses suksesi pimpinan DPD PD NTT jika merujuk pada Ad/ART, maka proses tersebut sah adanya. Terbuka ruang untuk dipersoalkan mana kala proses suksesinya tidak mengikuti AD/ART. Pengamatan saya, prosesnya demokratis sesuai statuta PD bahkan ada Fit and Proper Test segala.
Sikap menolak SK DPP menurutnya sebagai wujud tidak menerima kekalahan seperti ini lumrah adanya, sebagai dunamika internal parpol. Harapannya gerakan penolakan tersebut tidak diplintir sampai terjadi pembelahan dalam tubuh PD. Anggaplah ini sebagai reaksi spontan sesaat dan akan surut segera.
Selaku pengamat politik, ia melihat Ketum AHY selalu bertindak cermat dan terukur. Lihat saja bagaimana ia selalu berbicara dengan teratur, jelas dan terstruktur, mencerminkan pola pikir yang tertib dan rapih, bukan tipikal pribadi yang main tabrak aturan.
Dr. Urbanus menganalisa lebih jauh, “Elektabilitas pribadinya yang terus naik dalam dua tahun belakangan ini, menunjukkan publik suka dan percaya pada AHY. Kita lihat saja dalam survei-survei elektabilitas, Ketum AHY selalu konsisten berada pada urutan kedua di antara Ketum-ketum parpol lainnya.
“Ingat, yang punya parpol adalah yang memegang tiket. Di sisi lain, keberhasilan AHY membawa Demokrat keluar dari krisis akibat upaya kudeta oleh pihak eksternal partai, menunjukkan kepemimpinannya efektif, solid dan dapat diterima para kader,” ujar Urbanus.
Pengamat politik muda ini mengingatkan dari tahun 2014 ke 2019 ada penurunan perolehan suara maupun kursi Demokrat di NTT. Jadi, Demokrat NTT harus segera rekonsiliasi dan meneruskan kerja-kerja politik Jeriko, Ketua DPD sebelumnya. “Ada pak Benny K Harman di DPR pusat, ada pak Jefri Riwu Kore (Jeriko) sebagai Wali Kota Kupang, belum lagi para anggota Dewan provinsi dan kabupaten/ kota yang proaktif memperjuangkan harapan rakyat NTT,” Urai Dr. Urbanus.
Urbanus menilai semua ini menjadi modal yang baik untuk terus membesarkan Partai Demokrat sebagai partai yang nasionalis-religius sekaligus memperjuangkan harapan rakyat NTT.
“Kecewa boleh, tetapi jangan berlama-lama. Sayang kalau energi dan sumber daya partai ini tersedot pada kekecewaan yang dibawa berlarut-larut,” ujar Urbanus.
Urbanus mengingatkan Partai Demokrat mempunya slogan yang bagus ‘Bersama Kita Kuat, Bersatu Kita Bangkit.’ “Saya kira slogan itu sangat relevan diaplikasikan saat ini,” saran Dr. Urbanus.
Berita dengan Judul: Partai Demokrat NTT Seharusnya Lakukan Konsolidasi Internal Siap Pilkada 2024, Ini Kata Pengamat Politik pertama kali terbit di: Berita Terkini, Kabar Terbaru Indonesia – Liputan4.com oleh Reporter : ris