Pakar mengusulkan kematian akibat narkoba di Inggris dan Wales baru bisa diselesaikan setelah masalah kemiskinan teratasi.
Data terbaru dari Badan Statistik Nasional Inggris (ONS) terkait kematian akibat narkoba di Inggris dan Wales menunjukkan, penduduk daerah miskin kini enam kali lebih mungkin meninggal karena overdosis obat-obatan terlarang daripada yang tinggal di daerah terkaya. Ketimpangan ini semakin meningkat dalam 10 tahun terakhir, yang saat itu empat kali lebih tinggi pada orang yang tinggal di daerah kekurangan, dan kemungkinan akan semakin melebar akibat memburuknya kondisi sosial dan ketidaksetaraan akibat pandemi.
Kematian akibat narkoba di Inggris dan Wales, seperti yang terjadi di Skotlandia, telah mencapai tingkat rekor. Dari hampir 3.000 kematian yang tercatat tahun lalu (sebagian besar terjadi pada 2019 dan sebelum lockdown pada 2020), heroin menjadi penyebab utama. Kematian akibat penggunaan kokain, benzo dan pregabalin juga terus meroket.
Otoritas di resor tepi laut Lancashire Blackpool sangat minim. Kota Inggris itu mencatat tingkat kematian akibat narkoba 22,1 per 100.000 orang. Angka kematian di Blackpool sama dengan Skotlandia, yang berada di tingkat tertinggi se-Eropa. Kota Glasgow memiliki tingkat 30,8, yang berarti enam kali lebih tinggi daripada Inggris dan Wales.
Kota Middlesbrough dan Hartlepool di timur laut Inggris memiliki tingkat kematian akibat narkoba tertinggi berikutnya. Keduanya juga masuk daftar 10 besar kota yang minim otoritas. Data ONS menemukan, orang yang tinggal di wilayah timur laut tiga kali lebih mungkin tewas akibat narkoba daripada warga London.
Angka kematian akibat narkoba meningkat pesat di wilayah yang paling terdampak di Inggris, bertepatan dengan langkah-langkah penghematan yang diperkenalkan pemerintah pada 2011. Data mengungkapkan angkanya naik dua sampai tiga kali lipat di Blackpool, Middlesbrough, Hartlepool, Barrow-in-Furness dan Stoke-on-Trent dalam 10 tahun terakhir, dibandingkan dengan peningkatan nasional pada periode yang sama sekitar 50 persen.
“Banyak orang menyalahgunakan narkoba sebagai reaksi terhadap lingkungan, jadi tidak heran jika kematian terkait narkoba paling tinggi di daerah-daerah termiskin,” ujar Jon Murray, direktur eksekutif kegiatan amal penanggulangan narkoba With You di Inggris.
“Isu-isu seperti meningkatnya tunawisma, buruknya kesehatan mental dan kurangnya peluang ekonomi mendorong orang memakai narkoba. Bagi banyak orang, tantangan ini menjadi lebih buruk karena pandemi.”
Dalam tinjauan independen tentang isu narkoba di Inggris, yang ditugaskan Kementerian Dalam Negeri Inggris, Dame Carol Black membeberkan hampir separuh orang yang meninggal dalam pengobatan berasal dari daerah serba kekurangan di Inggris. Dalam laporan itu, sang dokter mendesak pemerintah untuk menambahkan dana sebesar £500 juta (Rp9,9 triliun) dalam upaya mengatasi kecanduan narkoba. Dia memperingatkan bahwa resesi pascapandemi akan semakin memperburuk penggunaan narkoba dan kematian “di jalan yang salah”.
Dan Lewer, petugas kesehatan masyarakat yang fokus pada narkoba di University College London, menerangkan daerah yang kekurangan mengembangkan masalah narkoba tertentu. “Jenis penggunaan narkoba yang dapat menyebabkan overdosis fatal, seperti penggunaan jangka panjang obat opioid macam heroin yang digabung obat-obatan lain seperti benzodiazepin, terkait erat dengan kemiskinan, kekurangan dan kesulitan di masa kanak-kanak,” terangnya.
Danny Ahmed, direktur klinis terapi pengobatan heroin di Middlesbrough, berujar, orang yang tinggal di daerah seperti itu memiliki peluang yang lebih sedikit, sehingga lebih rentan mengalami masalah narkoba.
“Orang-orang yang saya temui adalah korban kemiskinan. Ini berdampak pada setiap aspek kehidupan mereka, seperti pola makan yang buruk, jarang berolahraga dan kebosanan. Dukungannya terbatas dan sulit diperoleh,” kata Ahmed. “Mereka terisolasi, mereka tinggal di daerah yang semangat komunitasnya hancur dan tak ada harapan untuk hidup yang berbeda. Dengan mengonsumsi narkoba seperti heroin, mereka ingin lari dari tantangan dunia. Namun, mereka menua lebih cepat, sehingga narkoba yang tadinya membuat mereka lupa pada penderitaan menjadi obat yang membunuh mereka.”
Jika kematian, serta kejahatan akibat narkoba, berkaitan dengan ketimpangan struktural yang begitu besar dalam masyarakat Inggris, bisakah perubahan kecil dalam kebijakan narkotika membendung peningkatan jumlah kematian akibat narkoba yang terkait kemiskinan?
“Dilihat dari konteks ini, skala tantangan dalam mengurangi kematian akibat narkoba sangat mencolok,” tutur Harry Sumnall, profesor yang mengajar tentang penggunaan zat-zat terlarang di Liverpool John Moores University. “Sangat tidak realistis jika berharap kebijakan narkoba atau intervensi tertentu akan memberi jawaban. Kita memerlukan kebijakan yang lebih baik, serta akses ke pengurangan dampak buruk dan pengobatan yang berkualitas tinggi dan didanai dengan baik. Tapi dalam jangka panjang, satu-satunya cara menyelesaikan masalah ini yaitu dengan mengatasi tantangan sosial yang besar dari ketidaksetaraan dan kekurangan.”