Pada Rabu, 25 Agustus 2021, Manajemen OnlyFans mengumumkan penundaan rencana melarang sepenuhnya konten seksual eksplisit. Platform streaming itu sempat menggegerkan banyak pihak, ketika sepekan sebelumnya berencana membatasi konten mesum mulai Oktober 2021.
Perubahan kebijakan ini dipicu oleh kritik serta kecaman dari para kreator OnlyFans yang merasa dirugikan oleh rencana tersebut. Tak sedikit kreator konten dewasa di platform ini adalah pekerja seks berbagai negara yang terpaksa alih profesi, lantaran bisnis lendir sedang seret di masa pandemi.
Lewat cuitan di akun Twitter resmi, Manajemen OnlyFans mengaku mendengar seluruh saran yang masuk sejak pengumuman rencana melarang penayangan konten seksual eksplisit.
“Berdasarkan masukan dari kreator dan komunitas kami yang beragam, maka kami memutuskan menunda perubahan kebijakan konten yang sedianya berlangsung pada 1 Oktober mendatang. OnlyFans tetap berkomitmen menciptakan komunitas yang inklusif, dan bisa menjadi rumah bagi berbagai jenis kreator konten.”
Saat dikonfirmasi terpisah oleh Motherboard, situs seputar isu teknologi bagian dari VICE.com, juru bicara OnlyFans mengklaim sudah terjadi kesepakatan dengan mitra pembayaran mereka, dalam hal ini mencakup Visa dan Mastercard. Sikap dua perusahaan mitra itu disebut-sebut sebagai pemicu OnlyFans ingin mengubah citra agar tak selalu disebut platform mesum.
“Berdasarkan kesepakatan dengan mitra kami, maka proses pembayaran terhadap kreator konten dari semua genre tetap bisa dilakukan. Karenanya, tidak perlu ada perubahan kebijakan pada 1 Oktober 2021,” ujarnya.
Andai tidak berubah pikiran, maka mulai 1 Oktober 2021, OnlyFans tidak lagi mengizinkan penayangan konten adegan seksual berpasangan, masturbasi, perekaman alat kelamin, dan berbagai aktivitas eksplisit lainnya. Hanya foto dan video bugil saja yang diizinkan tetap tayang, tapi itupun sangat sumir karena rentan masuk kategori “seksual eksplisit”.
Perubahan kebijakan tersebut dianggap tidak jelas, dan memicu banyak protes di medsos maupun YouTube. Bahkan, tak sedikit netizen menyebut OnlyFans menggali kuburannya sendiri, mengingat mayoritas konten yang membuat platform ini sukses adalah yang bermuatan seksual.
Sekitar 24 jam setelah rencana itu diumumkan pekan lalu, para kreator maupun pengguna OnlyFans mendapatkan pengumuman lain lewat email, menjelaskan beberapa poin perubahan kebijakan seputar konten. Beberapa kreator mengaku khawatir akan kehilangan mata pencaharian, sebagian lagi mengumumkan rencana pindah ke platform lain yang memperbolehkan konten mesum.
Saat diwawancarai Financial Times sehari sebelum mengumumkan pembatalan rencana jadi lebih alim, Pendiri OnlyFans Tim Stokley, menuding biang kerok semua ini adalah perusahaan pembayaran dan perbankan. Lembaga keuangan itu mempersulit OnlyFans bekerja sama dengan para pekerja seks yang menjadi konten kreator di platform mereka.
OnlyFans awalnya tidak dirancang menjadi platform untuk merekam konten seksual yang bisa ditonton siapapun asal bersedia bayar. Platform ini dibayangkan bakal menjadi sarana mendekatkan seleb dengan para penggemar yang bersedia berlangganan. Namun, lambat laun, mayoritas kreator adalah mereka yang telanjang atau melakukan adegan seks eksplisit sesuai bayaran penggemar.
OnlyFans dianggap paling mudah digunakan siapapun untuk membangun karir mesum secara cepat, sehingga popularitas platformnya meningkat drastis selama pandemi.
Berkat popularitas konten-konten mesum, OnlyFans sebetulnya sudah berhasil mendapat 130 juta pengguna merujuk data terbaru. Manajemen OnlyFans memotong 20 persen pendapatan tiap kreator, dan meraup penghasilan ratusan juta dollar.