Lahat – Pemuda merupakan harapan masa depan bangsa. Di tangan pemudalah, Indonesia dipahat, dibentuk, yang tentunya menjadi sesuatu yang baru. Artinya, maju dan mundurnya bangsa ini berada di tangan pemuda.
“Saat ini negara kita tengah memasuki bonus demografi. Beriringan dengan hal tersebut, perintah turut melakukan berbagai upaya untuk membawa negara ini ke era bonus demografi, dengan harapan kita bisa memanfaatkanya sebagai peluang dalam pembangunan negara,” ujar Oktaria Saputra Aktivis Nasional Putra Daerah Kabupaten Lahat dalam keterangan tertulisnya, pada Selasa (05/11).
Menurut Oktaria, upaya-upaya yang dilakukan pemerintah meliputi pembangunan instruktur dan pematangan sumber daya manusia.
“Perlu diketahui bersama, bahwa bonus demografi indentik dengan pemuda, yakni mereka-mereka yang berada pada usia produktif jumlahnya membludak alias mendominasi,”jelasnya.
Di lain sisi sambungnya, Indonesia sedang menyongsong satu abad peristiwa monumental Sumpah Pemuda yang berlangsung 28 Oktober 1928 silam. Momen ini diharapkan menjadi kelas balik perjuangan pemuda menuju Indonesia Emas 2045.
Kemudian muncul sebuah pertanyaan mendasar, bagaimana kondisi pemuda Indonesia saat ini? Kondisi pemuda Indonesia saat ini tentu beragam. Ada yang seperti diharapkan, ada pula yang nampaknya kurang mencerminkan pemuda-pemuda yang tangguh dan berkarakter.
Saat karakteristik demografi memasuki apa yang disebut Gen Z, yaitu generasi paling terakhir di era ini. Gen Z merupakan mereka yang lahir tahun 1997 hingga kini.
Bahkan ciri khas Gen Z terbaru yang selalu menjadi perbincangan yaitu “fomo”, suatu istilah yang menggambarkan tentang orang-orang yang ikut ramai merespon suatu hal tanpa mengetahui substansinya.
Fenomena yang paling dikhawatirkan lagi, generasi muda saat ini terbuai dalam hiburan sesaat, sehingga tidak begitu berorientasi untuk meningkatkan kualitas diri.
“Situasi semacam inilah yang kemungkinan besar akan membawa bangsa kita pada situasi yang mencemaskan,” bebernya.
Namun di lain sisi, secara ideal tentu kita harus optimis bahwa Indonesia akan mencapai usia emas 2045, dengan predikat sebagai negara maju. Lantas pemuda seperti apa yang mampu mewujudkan situasi Indonesia demikian?
Bung Karno misalnya, selalu menaruh optimisme pada pemuda yang suka berdiskusi. Kemudian Bung Hatta sepanjang usianya terus mendekatkan dirinya dengan buku. Sedangkan Tan Malaka mengartikan kemanusiaan sebagai rasa, kemampuan memahami apa yang orang lain rasakan.
“Dengan demikian, saya berkesimpulan bahwa pemuda ideal yang diharapkan mampu membawa Indonesia menuju cita-citanya yaitu mereka yang memiliki wawasan luas yang diperoleh dari diskusi-diskusi kritis dan persentuhannya dengan berbagai referensi bacaan, baik buku, jurnal, dan sejenisnya,”ujarnya.
“Tidak sebatas kecerdasan, namun mereka mempunyai keikhlasan untuk mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara. Mereka peka, dan tanggap terhadap problem-problem yang terjadi. Kemudian mereka memiliki tekad yang kuat untuk terlibat aktif dalam menyelesaikan problematika tersebut,”tambahnya.