Pangeran Harry sedang menjadi sorotan dunia sepekan terakhir. Di satu sisi, dia berhasil mencetak rekor dunia Guinness berkat penjualan buku memoarnya, Spare, yang laku keras dalam sehari. Dia membocorkan masa lalunya yang kelam sebagai anggota keluarga Kerajaan Inggris. Di sisi lain, Duke of Sussex menciptakan kehebohan dengan berbagai klaim mencengangkan yang keluar dari mulutnya.
Saat diwawancarai media, lelaki 38 tahun itu buka-bukaan soal dirinya yang mengalami masalah pada penisnya karena enggak disunat. Pangeran Harry juga bikin negaranya ketar-ketir karena menyebut pernah membunuh anggota Taliban selama bertugas di Afghanistan. Lebih kacaunya lagi, dia mengklaim “sengaja dilahirkan” demi organnya. Menurut Pangeran Harry, organ tubuhnya akan diberikan ke sang kakak, Pangeran William, jika diperlukan.
Saya cuma bisa menganga ketika menerima semua informasi ini. Bisa dibilang bukunya mendapat reaksi positif, lantas kenapa dia menyatakan hal-hal tersebut? Bukankah ucapan Pangeran Harry hanya akan mempermalukan dirinya sendiri? Saya meminta bantuan Jennifer Magas, lektor ilmu komunikasi Texas Tech University dan pendiri Magas Media Consultants, untuk mencerna segala keanehan ini. Magas dan perusahaannya berspesialisasi menangani krisis PR.
VICE: Dari perspektif kamu yang orang PR, bagaimana tanggapanmu melihat pemberitaan tentang Harry?
Jennifer Magas: Saya enggak begitu paham soal proses penulisan buku, tapi yang bikin saya penasaran buat apa dia ngomong kayak gitu? Apakah dia kira akan memperoleh publisitas yang positif? Yang ada situasinya semakin panas. Sangat menarik melihat apa yang terjadi padanya. Harry marah besar dengan semua perlakuan yang ia terima, tapi dia justru mengundang reaksi negatif.
Saya rasa semua pengakuannya untuk mempromosikan buku. Tapi menurutmu, apakah dia sudah mengambil langkah yang tepat?
Tidak sama sekali, karena posisinya dia melawan Keluarga Kerajaan. Kuasa hukum anggota kerajaan pasti sudah meminta mereka untuk bungkam dan berkomentar seperlunya saja. Saya penasaran, sih, gimana reaksi mereka jika Harry terus memberi pengakuan baru saat diwawancara.
Tapi balik lagi ke Harry, yang ia lakukan justru menggali lubang untuk dirinya sendiri. Bakalan sulit keluar dari semua ini.
Kalau begitu, kira-kira kenapa dia melakukannya?
Ada orang-orang yang merasa kebenaran harus disampaikan, apa pun itu. Bagi Harry, apa yang ia ceritakan adalah kebenaran versi dirinya. Raja Charles adalah sosok ayah yang dingin dan jarang hadir dalam hidup anaknya. Bahkan Raja Charles tidak memeluk putranya saat Diana meninggal. Jadi saya rasa Harry berharap keluarganya menerima kehadiran Meghan Markle, tapi kenyataannya tidak begitu. Harry lalu melakukan ini sebagai pembalasan. Akan tetapi, menurut saya pribadi, Harry tidak akan menulis buku kalau ayahnya tetap mengirimkan uang.
Sayangnya, semua ini hanya akan merugikan Harry. Dari sudut pandang PR, tak ada yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan mukanya karena orang-orang telah memihak keluarga kerajaan. Mereka punya PR yang lebih besar, dan tentunya uang untuk mengendalikan pemberitaan di media. Mereka sadar pentingnya tutup mulut.
Seandainya Harry minta bantuanmu menangani krisis ini, saran apa yang akan kamu berikan kepadanya?
Saya akan meramu kata-katanya agar terdengar lebih positif. Saat membangun citra diri, semua orang pastinya ingin menciptakan kesan inspiratif dan bersedia melakukan perubahan. Alih-alih menggambarkan diri sebagai korban dan berkata seperti: “Saya telah diperlakukan buruk oleh keluarga”, Harry bisa merangkai kata-katanya jadi: “Inilah pelajaran hidup yang saya petik sebagai anggota keluarga kerajaan.” Para pembaca takkan memahami perjuangan Harry karena mereka tidak terlahir dari keluarga kerajaan sepertinya. Oleh karena itu, penting baginya memosisikan diri sebagai orang yang mampu berbagi nilai-nilai positif kepada semua orang.
Daripada menyudutkan kakaknya seperti “William mendorongku hingga jatuh”, Harry bisa menceritakan kesedihan yang menyelimuti hatinya setelah ibunya meninggal, dan seperti apa rasanya memiliki ayah yang kurang peduli padanya di tingkat emosional. Di akhir cerita, dia bisa mengungkapkan bagaimana kenangan kurang menyenangkan semasa kecil membantunya menjadi pribadi yang lebih baik. Atau mungkin berkata seperti, “Saya akan memastikan pengalaman ini takkan terulang kembali”. Harry sudah terbiasa melakukan ini dulu, tapi kenapa sekarang malah blak-blakan membongkar rahasianya?